Modul 1
Pemikiran Tokoh Pembelaaran Berwawasan Kemasyarakatan
Kegiatan Belajar 1 : Pandangan Kritik Sosial dalam Pembelajaran
(Teori Belajar Humanistik)
Teori Humanstik dipelopori
oleh Jurgen Habermas. Menurut teori humanstik, proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Menurut Ausbel
(Rene: 1996) belajar bermakna meaning learning, belajar merupakan asimilasi
bermakna. Sedangkan menurut Kolb (Rene: 1996) membagi tahap-tahap belajar
menjadi 4 tahap, yaitu :
- Tahap
pengalaman konkret. Seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa
atau suatu kejadian sebagaimana adanya.
- Tahap
pengamatan aktif dan reflektif, seseorang makin lama akan semakin mampu
melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya.
- Tahap
konseptualisasi, seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abtraksi,
mengembangkan suatu teori, konsep atau hokum dan prosedur tentang suatu
yang menjadi objek pengmatannya.
- Tahap
eksperimentasi aktif. Seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep,
teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata.
Habermas membagi tipe
belajar ke dalam tiga bagian, yaitu (1) belajar teknis, (2) belajar praktis,
dan (3) belajar emansipatoris.
Honey dan Mumford
menggolongkan orang yang belajar ke dalam empat kelompok, yaitu : (1) kelompok
aktivis, (2) kelompok reflector, (3) kelompok teoris, (4) kelompok pragmatis.
Langkah-langkah pembelajaran
dengan pendekatan teori humanitis, yaitu :
- Menentukan
tujuan-tujuan pembelajaran
- Menentukan
materi pembelajaran
- Menngidentifikasi
kemampuan awal peserta didik
- Mengidentifikassi
topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri
dalam belajar.
- Merancang
fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
- Membimbing
siswa belajar secara aktif
- Membimbing
siswa untuk memahami hakikat atau makna dari pengalaman belajarnya
- Membimbing
siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya
- Membimbing
siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke dalam situasi nyata
- Mengevaluasi
proses dan hasil belajar.
Kegiatan Belajar 2 : Pandangan Progresif dalam Pembelajaran
Pandangan progresivisme
berasal dari pikiran John Dewey (Tilaar: 2000). Peserta didik dipandang sebagai
orang yang merupakan bagian dari masyarakat, sehingga proses pendidikan harus
memiliki orientasi terhadap masyarakat. Dewey menyebutkan bahwa terdapat tiga
tingkatan kegiatan yang biasa dipergunakan di sekolah, yaitu :
1)
Untuk
anak pendidikan pra-sekolah diperlukan latihan berkenaan dengan pengembangan
kemampuan panca indera dan pengembangan koordinasi fisik.
2)
Menggunakan
bahan belajar yang bersumber dari lingkungan yang dapat merangsang minat anak
belajar agar mampu membangun, mencoba dan mengambangkan kretivitas.
3)
Anak
menemukan ide-ide atau gagassan, mengujinya, dan menggunakan ide-ide atau
gagasan tersebut untuk memecahkan persoalan yang sama.
Pikiran-pikiran
progresivisme berbeda dalam cara pandang terhadap pendidikan tradisional, dalam
hal ; (1) guru memiliki kendali dalam pembelajaran, (2) hanya percaya bahwa
buku sebagai satu-satunya sumber informasi, (3) belajar yang pasif, dan
cenderung tidak faktual, (4) memisahkan sekolah dengan masyarakat, dan (5)
menggunakan hukuman fisik dalam menegakkan disiplin.
Terdapat lima prinsip
pendidikan progresif, yaitu (1) berikan kebebasan pada anak untuk berkembang
secara alamiah, (2) minat dan pengalaman langsung merupakan rangsangan paling
baik untuk belajar, (3) guru memiliki peran sebagai narasumber dan pembimbing
kegiatan belajar, (4) mengembangkan kerja sama antara sekolah dengan keluarga,
(5) sekolah profresif harus menjadi laboratorium reformasi dan pengujian
pendidikan.
Kegiatan Belajar 3 : Pandangan Sosiokultural Konstruktivis dalam
Pendidikan
Resolusi Konstruktivis
memiliki akar yang kuat di dalam sejarah pendidikan. Konstruktivisme lahir dari
gagasan Piaget dan Vygotsky, yang keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif
hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah
melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi
baru.
Ide-ide konstruktivisme
modern banyak berlandaskan kepada teori Vygotsky yang telah digunakan dalam
menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelaaran kooperatif,
pembelajaran berbasis proyek, dan penemuan (Mohamad Nur: 1999).
Terdapat empat prinsip kunci
yang diturunkan dari teori konstruktivisme modern, yaitu:
1)
Penekanannya
pada hakikat sosial dari pembelajaran.
2)
Ide
bahwa belajar paling baik apabila konsep itu berada dalam zona perkembangan
mereka.
3)
Adanya
penekanan terhadap keduanya, yaitu hakikat sosial dari belajar dan zona
perkembangan terdekat yang dinamakan dengan pemagangan kognitif.
4)
Pada
proses pembelajaran menekankan kemandirian atau belajar menggunakan media.
Menurut teori konstruktivis,
pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang
dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek,
pengalaman, maupun lingkungannya.
Von Galserfeld mengemukakan
beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses kognitif pengetahuan, yaitu (1)
kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan
membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, (3)
kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari padda yang
lainnya.
Paradigma kontruktivistik
memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum
mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut menjadi dasar dalam mengonstruksi
pengetahuan yang baru.
Pendekatan Vygotsky
menganjurkan pngetesan lapisan bawah dan atas zona itu sehingga mengetahui
tentang tingkat status dan kemampuan normal siswa saat ini di samping juga
berapa banyak siswa mendapatkan manfaat dari jenis-jenis bantuan tertentu.
Kegiatan Belajar 4 : Pandangan Ki Hadjar Dewantoro terhadap
Pendidikan
Pendidikan adalah upaya
untuk memerdekakan manusia dalam arti bahwa menjadi manusia yang mandiri, agar tidak
tergantung kepada orang lain baik lahir ataupun batin. Kemerdekaan yang
dimaksud dari 3 macam, yaitu : berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang
lain, dan dapat mengatur dirinya sendiri.
Lahirnya pendidikan Taman
Siswa juga diilhami oleh model pendidikan barat yang tidak menyelesaikan
persoalan peningkatan kualitas sumber daya manusia waktu itu. Menurutnya
Pendidikan barat memiliki ciri : perintah, hukuman dan ketertiban. Ki Hadjar
Dewantoro merupakan salah satu perkosaan terhadap kehidupan batin anak-anak.
Oleh karena itu, tidak heran apabila hasil pendidikan barat melahirkan anak
dengan budi pekerti rusak sebagai akibat dari anak yang hidup di bawah paksaan
dan hukuman, yang biasanya tidak setimpal dengan kesalahannya.
Beberapa falsafah Ki Hadjar Dewantoro
berkenaan dengan pendidikan, yaitu :
- Segala
alat, usaha dan juga cara pendidikan harus sesuai denngan kodratnya
- Kodratnya
itu tersimpan dalam adat istiadat setiap masyarakat dengan berbagai
kekhasan, yang kesemuanya itu bertujuan untuk mencapa hidup tertib dan
damai
- Adat
istiaddat sifatnya selalu berubah (dinamis)
- Untuk
mengetahui karakteristik mesyarakat saat ini diperlukan kajian dalam
mendalam tentang kehidupan masyrakat tersebut di masa lampau, sehingga
dapat diprediksi kehidupan yang akan datang pada masyarakat tersebut.
- Perkembangan budaya masyarakat akan dipengaruhi oleh unsur-unsur lain. Hal ini terjadi karena terjadinya pergaulan bangsa.
Modul 2
Ruang Lingkup Kebudayaan dalam Pendidikan
Kegiatan Belajar 1 : Hakikat Kebudayaan
Kata “kebudayaan” berasal
dari bahasa Sansekerta buddayah yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi” yang
berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkut
paut dengan budii atau akal”. Adapaun istilah culture yang merupakan istilah
bahasa asing sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata latin “colere”,
yang artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari
asal kata tersebut (colere) kemudian culture diartikan sebagai segala daya dan
kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Menurut Tylor (1871)
kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hokum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan
yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain,
kebudayaan mencakup kesemuanya yan didapatkan atau dipelajari oleh manusia
sebgai anggota masyarakat.
Tilaar (2002) merinci
definisi yang dikemukakan E.B. Tylor sebagai berikut :
1)
Kebudayaan
merupakan suatu keseluruhan yang kompleks.
2)
Kebudayaan
merupakan suatu prestasi kreasi manusia yang bukan material, artinya berupa
bentuk-bentuk prestasi psikologis seperti : ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan
seni.
3)
Kebudayaan
dapat pula berbentuk fisik seperti hasil seni
4)
Kebudayaan
dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah seperti hokum, adat
istiadat yang berkesinambungan.
5)
Kebudayaan
diperoleh dari lingkungan.
6)
Kebudayaan
tidak terwujud dalam kehidupan manusia soliter atau terasing tetapi yang hidup
dalam suatu masyarakat tertentu.
J.J. Honingmann membuat
perbedaan atas tiga gejala kebudayaan, yakni : (1) ideas, (2) activities, (3)
artifacts. Namun demikian Koentjaraningrat (1996) menyarankan agar kebudayaan
dibeda-bedakan sesuai empat wujudnya, yang terdiri dari : (1) artifacts, (2)
sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola, (3) sistem gagasan, (4) sistem
idiologis.
Kegiatan Belajar 2 : Unsur-unsur Pokok Kebudayaan
Menuurt Melville J.
Herskovits (Soekanto: 1990) ada 4 unsur pokok kebudayaan, yaitu :
- Alat-alat
teknologi
- Sistem
ekonomi
- Keluarga
- Kekuasaaan
politik
Menurut Malinowski
(Soekanto: 1990) menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan adalah sebagai berikut :
- Sistem
norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di dalam
supaya menguasai alam sekelilingnya.
- Organisasi
ekonomi
- Alat-alat
dan lembaga atau petugas pendidikan
- Organisasi
kekuatan
Menurut C. Kluckhohn (1953)
menyebutkan unsur-unsur pada kebudayaan yang ada di dunia ini secara universal
terdiri atas :
- Peralatan
dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah
tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi, dsb)
- Mata
pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem
produksi, sistem distribusi, dsb)
- Sistem
kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum dan
sistem pekawinan)
- Bahasa
(lisan maupun tertulis)
- Kesenian
(seni rupa, seni rupa, seni gerak, dsb)
- Sistem
Pengetahuan
- Religi
(sistem kepercayaan)
Unsur-unsur normative yang
merupakan bagian dan kebudayaan adalah sebagai berikut :
- Unsur-unsur
yang menyangkut penilaian, misalnya baik dan buruk, dsb
- Unsur-unsur
yang berhubungan dengan apa yang seharausnya, seperti perilaku.
- Unsur-unsur yang menyangkut kepercayaan, seperti mengadakan upacara adat saat kelahiran, dsb.
Kegiatan Belajar 3 : Fungsi Pendidikan dalam Kebudayaan
Di dalam transmisi kebudayaan
terdapat tiga unsur utama, yaitu :
- Unsur-unsur
yang ditransmisikan
- Proses
transmisi
- Cara
transmisi
Pada masyarakat modern,
sekolah merupakan salah satu lembaga utama yang dipergunakan oleh orang dewasa
dalam mewariskan kebudayaan kepada anak-anaknya. Oleh karena itu, guru atau
tenaga kependidikan harus memiliki pemahaman yang jelas tentang budaya yang
berkembang di masyarakat, baik secara makro maupun secara mikro yang meliputu
nilai, kepercayaan, dan norma.
D’Antonio (1983)
mendefinikan keluarga sebgai suatu unit yang terdiri dua orang atau lebih yang
hidup bersama untuk suatu periode waktu, dan diantara mereka saling berbagi
dalam suatu hal atau lebih, yang berkaitan dengan pekerjaan, seks,
kesejahteraan, dan makanan anak-anak, kgiatan intelektual, spiritual, dan
rekreasi.
Rollin dan Galligen (1978)
mendefinikan keluarga sebagai suatu sistem interaksi semi tertutup di antara
orang-orang yang bervariasi umur dan jenis kelaminnya, dimana interaksi
tersebut terorganisasi dalam arti hubungan proses sosial dengan norma dan
peranan yang ditentukan, baik oleh individu yang beriteraksi mauupun oleh
masyarakat sebgai suatu ciri dari sistem tersebut.
Zimmerman (1983)
mengemukakan fungsi utama keluarga adalah sebagai berikut :
- Pemeliharaan
fisik dan kesejahteraan anggota keluarga
- Meambah
anggota keluarga baru, baik melalui kelahiran amupun adopsi
- Sosialisasi
anak-anak tehadap orang dewasa, seperti sebgai orang dewasa, pekerja,
anggota masyarakat, dll
- Pengendali
sosial anggota keluarga
- Pemelihara
moral keluarga dan motivasi untuk memastikan kinerja tugas baik di dalam
keluarga maupun dalam kelompok sosial lain.
- Produksi
dan konsumsi peralatan dan pelayanan yang diperlukan untuk mendorong dan
memelihara inti keluarga
Di dalam proses pembudayaan
terdapat pengertian-pengetian seperti invensi dan penemuan, difusi kebudayaan,
akulturasi, asimilasi, inovasi, fokus, krisis, dan prediksi masa depan.
Menurut kajian Bremeld
(Tilaar: 2000) proses kebudayaan mempunyai tiga aspek yang saling berkaitan
satu dengan lainnya, yaitu :
- Kebudayaan
mempunyai tata susunan (order) yang kompleks namun merupakan suatu anyaman
yang berpola
- Nilai-nilai
kebudayaan ditransmisikan dengan proses-proses acquiring, dan
- Proses pembudayaan mempunyai tujuan
MODUL 3
Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan
Kegiatan Belajar 1 : Arah Baru Pendidikan Menuju Demokratisasi
Dengan terjadinya pergeseran
peran pendidikan, maka secara mendasar pendidikan perlu memiliki karakteristik
sebgai berikut :
- Mampu
mangembangkan kreativitas, kebudayaan, dan peradaban
- Mendukung
diseminasi nilai keunggulan
- Mengembangkan
nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan, dan keagamaan
- Mengembangkan
secara berkelanjutan kinerja kreatif dan produktif yang koheren dengan
nilai-nilai moral
Dengan acuan buku Reformasi
Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah (Jalal dan Supriadi, 2001), diungkapkan
tentang arah pendangan dasar pendidikan nasional, visi misi tujuan pendidikan
nasional dan demokratisasi pendidikan.
Acuan pemikiran dalam
penataan, dan pengembangan sistem pendidikan nasional harus mampu
mengakomodasikan berbagai pandangan sehingga terjadi keterpaduan dalam konteks
dengan didasarkan prinsip :
- Membangun
prinsip kesetaraan
- Menciptakan
konfigurasi komponen sumber
- Menerapkan
prinsip pemberdayaaan
- Melaksanakan
prinsip kemandirian
- Menciptakan
prinsip toleransi dan consensus
- Menyusun
dasar perencanaan pendidikan
- Menerapkan
prinsip rekonstruksionis
- Berorientasi
pada peserta didik
- Berdasar
pada prinsip pendidikan multicultural
- Menerapkan prinsip globalisasi
Visi Pendidikan Nasional
adalah pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju keunggulan untuk meraih
kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Misi Pendidikan
sesuai amanat UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang ditempuh
melalui pembelajaran dan pembudayaan bangsa dan masyarakat Indonesia agar
setiap insan Indonesia berpendidikan, berbudaya, cerdas, berakar kuat pada
moral dan budaya, dan berkeadilan sosial. Misi Pendidikan Nasional jangka
pendek adalah pemulihan dari krisis, misi jangka menengah adalah pemberdayaan
masyarakat dalam bidang pendidikan, misi jangka panjangnya adalah tercapainya
masyarakat Indonesia baru yaitu masyarakat madani. Tujuan Pendidikan Nasional
mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan anggota masyarakat yang sehat
dan cerdas.
Makna demokratis dalam
pendidikan yaitu proses pengembalian keputusan pendidikan melibatkan semua
tingkatan secara maksimal, dan upaya harus dilakukan dalam rangka demokratisasi
pendidikan adalah :
- Perluasan
dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
- Pendidikan
untuk semua
- Pemberdayaan
dan pendayagunaan berbagai institusi kemasyarakatan
- Pengakuan
hak-hak masyarakat termasuk hak pendidikan
- Kerja sama dengan dunia usaha dan industry
Kegiatan Belajar 2 : Konsep Pembelajaran Berwawasan
kemasyarakatan
Pembelajaran berwawasaan
kemasyarakatan dilandasi oleh pemikiran dari berbagai teori pembelajaran, yaitu
teori humanistik, teori progresivisme, dan teorikonstruksivisme, serta
pendidikan berbasis masyarakat. Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan harus
didasarkan pada hal-hal berikut :
- Kebermaknaan
dan kebermanfaatan bagi peserta didik
- Pemanfaatan
lingkungan dalam pembelajaran
- Materi
pembelajaran terintegrasi dengan kehdupan sehari-hari peserta didik
- Masalah
yang diangkat dalam pembelajaran ada kesesuaian dengan kebutuhan peserta
didik
- Menekankan
pada pembelajaran partisipatif yang berpusat pada peserta didik
- Menumbuhkan
kerja sama di antara peserta didik
- Menumbuhkan
kemandirian
Menurut Galbarait (Marzuki:
2004), pendidikan berbasis masyarakat mengandung beberapa makna, yaitu :
1)
Kemampuan
peserta didik meningkat
2)
Partisipasi
dan demokrasi
3)
Mobilisasi
aksi masyarakat
Dari pendapat tersebut
terdapat prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat disimpulkan, yaitu:
- Determinasi
Diri (self determination)
- Membantu
dirinya sendiri (self help)
- Mengembangkan
kepemimpinan (Leadership Development)
- Lokalisasi
(localization)
- Pelayanan
Terpadu (Integrated Delivery of Service)
- Menerima
Perbedaan (Accept Diversity)
- Belajar
Terus Menerus (Lifelong Learning)
No comments:
Post a Comment