Tuesday, April 11, 2017

RESUME PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN (PBK) PDGK4306 MODUL 1-3

Modul 1
Pemikiran Tokoh Pembelaaran Berwawasan Kemasyarakatan
Kegiatan Belajar 1 : Pandangan Kritik Sosial dalam Pembelajaran (Teori Belajar Humanistik)
Teori Humanstik dipelopori oleh Jurgen Habermas. Menurut teori humanstik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Menurut Ausbel (Rene: 1996) belajar bermakna meaning learning, belajar merupakan asimilasi bermakna. Sedangkan menurut Kolb (Rene: 1996) membagi tahap-tahap belajar menjadi 4 tahap, yaitu :
  1. Tahap pengalaman konkret. Seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya.
  2. Tahap pengamatan aktif dan reflektif, seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya.
  3. Tahap konseptualisasi, seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abtraksi, mengembangkan suatu teori, konsep atau hokum dan prosedur tentang suatu yang menjadi objek pengmatannya.
  4. Tahap eksperimentasi aktif. Seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata.
Habermas membagi tipe belajar ke dalam tiga bagian, yaitu (1) belajar teknis, (2) belajar praktis, dan (3) belajar emansipatoris.
Honey dan Mumford menggolongkan orang yang belajar ke dalam empat kelompok, yaitu : (1) kelompok aktivis, (2) kelompok reflector, (3) kelompok teoris, (4) kelompok pragmatis.
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan teori humanitis, yaitu :
  1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
  2. Menentukan materi pembelajaran
  3. Menngidentifikasi kemampuan awal peserta didik
  4. Mengidentifikassi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri dalam belajar.
  5. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
  6. Membimbing siswa belajar secara aktif
  7. Membimbing siswa untuk memahami hakikat atau makna dari pengalaman belajarnya
  8. Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya
  9. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke dalam situasi nyata
  10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Kegiatan Belajar 2 : Pandangan Progresif dalam Pembelajaran
Pandangan progresivisme berasal dari pikiran John Dewey (Tilaar: 2000). Peserta didik dipandang sebagai orang yang merupakan bagian dari masyarakat, sehingga proses pendidikan harus memiliki orientasi terhadap masyarakat. Dewey menyebutkan bahwa terdapat tiga tingkatan kegiatan yang biasa dipergunakan di sekolah, yaitu :
1)     Untuk anak pendidikan pra-sekolah diperlukan latihan berkenaan dengan pengembangan kemampuan panca indera dan pengembangan koordinasi fisik.
2)     Menggunakan bahan belajar yang bersumber dari lingkungan yang dapat merangsang minat anak belajar agar mampu membangun, mencoba dan mengambangkan kretivitas.
3)     Anak menemukan ide-ide atau gagassan, mengujinya, dan menggunakan ide-ide atau gagasan tersebut untuk memecahkan persoalan yang sama.
Pikiran-pikiran progresivisme berbeda dalam cara pandang terhadap pendidikan tradisional, dalam hal ; (1) guru memiliki kendali dalam pembelajaran, (2) hanya percaya bahwa buku sebagai satu-satunya sumber informasi, (3) belajar yang pasif, dan cenderung tidak faktual, (4) memisahkan sekolah dengan masyarakat, dan (5) menggunakan hukuman fisik dalam menegakkan disiplin.
Terdapat lima prinsip pendidikan progresif, yaitu (1) berikan kebebasan pada anak untuk berkembang secara alamiah, (2) minat dan pengalaman langsung merupakan rangsangan paling baik untuk belajar, (3) guru memiliki peran sebagai narasumber dan pembimbing kegiatan belajar, (4) mengembangkan kerja sama antara sekolah dengan keluarga, (5) sekolah profresif harus menjadi laboratorium reformasi dan pengujian pendidikan.

Kegiatan Belajar 3 : Pandangan Sosiokultural Konstruktivis dalam Pendidikan
Resolusi Konstruktivis memiliki akar yang kuat di dalam sejarah pendidikan. Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky, yang keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru.
Ide-ide konstruktivisme modern banyak berlandaskan kepada teori Vygotsky yang telah digunakan dalam menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelaaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan penemuan (Mohamad Nur: 1999).
Terdapat empat prinsip kunci yang diturunkan dari teori konstruktivisme modern, yaitu:
1)    Penekanannya pada hakikat sosial dari pembelajaran.
2)   Ide bahwa belajar paling baik apabila konsep itu berada dalam zona perkembangan mereka.
3)   Adanya penekanan terhadap keduanya, yaitu hakikat sosial dari belajar dan zona perkembangan terdekat yang dinamakan dengan pemagangan kognitif.
4)   Pada proses pembelajaran menekankan kemandirian atau belajar menggunakan media.

Menurut teori konstruktivis, pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya.
Von Galserfeld mengemukakan beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses kognitif pengetahuan, yaitu (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, (3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari padda yang lainnya.
Paradigma kontruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut menjadi dasar dalam mengonstruksi pengetahuan yang baru.
Pendekatan Vygotsky menganjurkan pngetesan lapisan bawah dan atas zona itu sehingga mengetahui tentang tingkat status dan kemampuan normal siswa saat ini di samping juga berapa banyak siswa mendapatkan manfaat dari jenis-jenis bantuan tertentu.

Kegiatan Belajar 4 : Pandangan Ki Hadjar Dewantoro terhadap Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti bahwa menjadi manusia yang mandiri, agar tidak tergantung kepada orang lain baik lahir ataupun batin. Kemerdekaan yang dimaksud dari 3 macam, yaitu : berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain, dan dapat mengatur dirinya sendiri.
Lahirnya pendidikan Taman Siswa juga diilhami oleh model pendidikan barat yang tidak menyelesaikan persoalan peningkatan kualitas sumber daya manusia waktu itu. Menurutnya Pendidikan barat memiliki ciri : perintah, hukuman dan ketertiban. Ki Hadjar Dewantoro merupakan salah satu perkosaan terhadap kehidupan batin anak-anak. Oleh karena itu, tidak heran apabila hasil pendidikan barat melahirkan anak dengan budi pekerti rusak sebagai akibat dari anak yang hidup di bawah paksaan dan hukuman, yang biasanya tidak setimpal dengan kesalahannya.
Beberapa falsafah Ki Hadjar Dewantoro berkenaan dengan pendidikan, yaitu :
  1. Segala alat, usaha dan juga cara pendidikan harus sesuai denngan kodratnya
  2. Kodratnya itu tersimpan dalam adat istiadat setiap masyarakat dengan berbagai kekhasan, yang kesemuanya itu bertujuan untuk mencapa hidup tertib dan damai
  3. Adat istiaddat sifatnya selalu berubah (dinamis)
  4. Untuk mengetahui karakteristik mesyarakat saat ini diperlukan kajian dalam mendalam tentang kehidupan masyrakat tersebut di masa lampau, sehingga dapat diprediksi kehidupan yang akan datang pada masyarakat tersebut.
  5. Perkembangan budaya masyarakat akan dipengaruhi oleh unsur-unsur lain. Hal ini terjadi karena terjadinya pergaulan bangsa.
Modul 2
Ruang Lingkup Kebudayaan dalam Pendidikan
Kegiatan Belajar 1 : Hakikat Kebudayaan
Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa Sansekerta buddayah yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkut paut dengan budii atau akal”. Adapaun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata latin “colere”, yang artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal kata tersebut (colere) kemudian culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Menurut Tylor (1871) kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup kesemuanya yan didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebgai anggota masyarakat.
Tilaar (2002) merinci definisi yang dikemukakan E.B. Tylor sebagai berikut :
1)    Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks.
2)   Kebudayaan merupakan suatu prestasi kreasi manusia yang bukan material, artinya berupa bentuk-bentuk prestasi psikologis seperti : ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan seni.
3)   Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik seperti hasil seni
4)   Kebudayaan dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah seperti hokum, adat istiadat yang berkesinambungan.
5)   Kebudayaan diperoleh dari lingkungan.
6)   Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia soliter atau terasing tetapi yang hidup dalam suatu masyarakat tertentu.
J.J. Honingmann membuat perbedaan atas tiga gejala kebudayaan, yakni : (1) ideas, (2) activities, (3) artifacts. Namun demikian Koentjaraningrat (1996) menyarankan agar kebudayaan dibeda-bedakan sesuai empat wujudnya, yang terdiri dari : (1) artifacts, (2) sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola, (3) sistem gagasan, (4) sistem idiologis.

Kegiatan Belajar 2 : Unsur-unsur Pokok Kebudayaan
Menuurt Melville J. Herskovits (Soekanto: 1990) ada 4 unsur pokok kebudayaan, yaitu :
  1. Alat-alat teknologi
  2. Sistem ekonomi
  3. Keluarga
  4. Kekuasaaan politik
Menurut Malinowski (Soekanto: 1990) menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan adalah sebagai berikut :
  1. Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di dalam supaya menguasai alam sekelilingnya.
  2. Organisasi ekonomi
  3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan
  4. Organisasi kekuatan
Menurut C. Kluckhohn (1953) menyebutkan unsur-unsur pada kebudayaan yang ada di dunia ini secara universal terdiri atas :
  1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi, dsb)
  2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dsb)
  3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum dan sistem pekawinan)
  4. Bahasa (lisan maupun tertulis)
  5. Kesenian (seni rupa, seni rupa, seni gerak, dsb)
  6. Sistem Pengetahuan
  7. Religi (sistem kepercayaan)
Unsur-unsur normative yang merupakan bagian dan kebudayaan adalah sebagai berikut :
  1. Unsur-unsur yang menyangkut penilaian, misalnya baik dan buruk, dsb
  2. Unsur-unsur yang berhubungan dengan apa yang seharausnya, seperti perilaku.
  3. Unsur-unsur yang menyangkut kepercayaan, seperti mengadakan upacara adat saat kelahiran, dsb.
Kegiatan Belajar 3 : Fungsi Pendidikan dalam Kebudayaan
Di dalam transmisi kebudayaan terdapat tiga unsur utama, yaitu :
  1. Unsur-unsur yang ditransmisikan
  2. Proses transmisi
  3. Cara transmisi
Pada masyarakat modern, sekolah merupakan salah satu lembaga utama yang dipergunakan oleh orang dewasa dalam mewariskan kebudayaan kepada anak-anaknya. Oleh karena itu, guru atau tenaga kependidikan harus memiliki pemahaman yang jelas tentang budaya yang berkembang di masyarakat, baik secara makro maupun secara mikro yang meliputu nilai, kepercayaan, dan norma.
D’Antonio (1983) mendefinikan keluarga sebgai suatu unit yang terdiri dua orang atau lebih yang hidup bersama untuk suatu periode waktu, dan diantara mereka saling berbagi dalam suatu hal atau lebih, yang berkaitan dengan pekerjaan, seks, kesejahteraan, dan makanan anak-anak, kgiatan intelektual, spiritual, dan rekreasi.
Rollin dan Galligen (1978) mendefinikan keluarga sebagai suatu sistem interaksi semi tertutup di antara orang-orang yang bervariasi umur dan jenis kelaminnya, dimana interaksi tersebut terorganisasi dalam arti hubungan proses sosial dengan norma dan peranan yang ditentukan, baik oleh individu yang beriteraksi mauupun oleh masyarakat sebgai suatu ciri dari sistem tersebut.
Zimmerman (1983) mengemukakan fungsi utama keluarga adalah sebagai berikut :
  1. Pemeliharaan fisik dan kesejahteraan anggota keluarga
  2. Meambah anggota keluarga baru, baik melalui kelahiran amupun adopsi
  3. Sosialisasi anak-anak tehadap orang dewasa, seperti sebgai orang dewasa, pekerja, anggota masyarakat, dll
  4. Pengendali sosial anggota keluarga
  5. Pemelihara moral keluarga dan motivasi untuk memastikan kinerja tugas baik di dalam keluarga maupun dalam kelompok sosial lain.
  6. Produksi dan konsumsi peralatan dan pelayanan yang diperlukan untuk mendorong dan memelihara inti keluarga
Di dalam proses pembudayaan terdapat pengertian-pengetian seperti invensi dan penemuan, difusi kebudayaan, akulturasi, asimilasi, inovasi, fokus, krisis, dan prediksi masa depan.
Menurut kajian Bremeld (Tilaar: 2000) proses kebudayaan mempunyai tiga aspek yang saling berkaitan satu dengan lainnya, yaitu :
  1. Kebudayaan mempunyai tata susunan (order) yang kompleks namun merupakan suatu anyaman yang berpola
  2. Nilai-nilai kebudayaan ditransmisikan dengan proses-proses acquiring, dan
  3. Proses pembudayaan mempunyai tujuan
MODUL 3
Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan
Kegiatan Belajar 1 : Arah Baru Pendidikan Menuju Demokratisasi
Dengan terjadinya pergeseran peran pendidikan, maka secara mendasar pendidikan perlu memiliki karakteristik sebgai berikut :
  1. Mampu mangembangkan kreativitas, kebudayaan, dan peradaban
  2. Mendukung diseminasi nilai keunggulan
  3. Mengembangkan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan, dan keagamaan
  4. Mengembangkan secara berkelanjutan kinerja kreatif dan produktif yang koheren dengan nilai-nilai moral
Dengan acuan buku Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah (Jalal dan Supriadi, 2001), diungkapkan tentang arah pendangan dasar pendidikan nasional, visi misi tujuan pendidikan nasional dan demokratisasi pendidikan.
Acuan pemikiran dalam penataan, dan pengembangan sistem pendidikan nasional harus mampu mengakomodasikan berbagai pandangan sehingga terjadi keterpaduan dalam konteks dengan didasarkan prinsip :
  1. Membangun prinsip kesetaraan
  2. Menciptakan konfigurasi komponen sumber
  3. Menerapkan prinsip pemberdayaaan
  4. Melaksanakan prinsip kemandirian
  5. Menciptakan prinsip toleransi dan consensus
  6. Menyusun dasar perencanaan pendidikan
  7. Menerapkan prinsip rekonstruksionis
  8. Berorientasi pada peserta didik
  9. Berdasar pada prinsip pendidikan multicultural
  10. Menerapkan prinsip globalisasi
Visi Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Misi Pendidikan sesuai amanat UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang ditempuh melalui pembelajaran dan pembudayaan bangsa dan masyarakat Indonesia agar setiap insan Indonesia berpendidikan, berbudaya, cerdas, berakar kuat pada moral dan budaya, dan berkeadilan sosial. Misi Pendidikan Nasional jangka pendek adalah pemulihan dari krisis, misi jangka menengah adalah pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan, misi jangka panjangnya adalah tercapainya masyarakat Indonesia baru yaitu masyarakat madani. Tujuan Pendidikan Nasional mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan anggota masyarakat yang sehat dan cerdas.
Makna demokratis dalam pendidikan yaitu proses pengembalian keputusan pendidikan melibatkan semua tingkatan secara maksimal, dan upaya harus dilakukan dalam rangka demokratisasi pendidikan adalah :
  1. Perluasan dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
  2. Pendidikan untuk semua
  3. Pemberdayaan dan pendayagunaan berbagai institusi kemasyarakatan
  4. Pengakuan hak-hak masyarakat termasuk hak pendidikan
  5. Kerja sama dengan dunia usaha dan industry
Kegiatan Belajar 2 : Konsep Pembelajaran Berwawasan kemasyarakatan
Pembelajaran berwawasaan kemasyarakatan dilandasi oleh pemikiran dari berbagai teori pembelajaran, yaitu teori humanistik, teori progresivisme, dan teorikonstruksivisme, serta pendidikan berbasis masyarakat. Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan harus didasarkan pada hal-hal berikut :
  1. Kebermaknaan dan kebermanfaatan bagi peserta didik
  2. Pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran
  3. Materi pembelajaran terintegrasi dengan kehdupan sehari-hari peserta didik
  4. Masalah yang diangkat dalam pembelajaran ada kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik
  5. Menekankan pada pembelajaran partisipatif yang berpusat pada peserta didik
  6. Menumbuhkan kerja sama di antara peserta didik
  7. Menumbuhkan kemandirian
Menurut Galbarait (Marzuki: 2004), pendidikan berbasis masyarakat mengandung beberapa makna, yaitu :
1)    Kemampuan peserta didik meningkat
2)   Partisipasi dan demokrasi
3)   Mobilisasi aksi masyarakat
Dari pendapat tersebut terdapat prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat disimpulkan, yaitu:

  1. Determinasi Diri (self determination)
  2. Membantu dirinya sendiri (self help)
  3. Mengembangkan kepemimpinan (Leadership Development)
  4. Lokalisasi (localization)
  5. Pelayanan Terpadu (Integrated Delivery of Service)
  6. Menerima Perbedaan (Accept Diversity)
  7. Belajar Terus Menerus (Lifelong Learning)

No comments: