PDGK4502 - Pengembangan Kurikulum
& Pembelajaran di SD
MODUL 3. PROSEDUR PENGEMBANGAN KURIKULUM
KB1. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Secara umum prinsip berarti
azas, dasar, keyakinan dan pendirian. Dari pengertian di atas tersirat makna
bahwa kata prinsip itu menunjukkan pada suatu hal yang sangat penting,
mendasar, harus diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan.
Prinsip juga mencerminkan
tentang hakikat yang dikandung oleh sesuatu, mungkin produk atau proses,dan
bersifat memberikan rambu-rambu atau aturan main yang harus diikuti untuk
mencapai tujuan secara benar.
Dalam pengembangan kurikulum
ada beberapa prinsip yang umum digunakan dalam pengembangan kurikulum, antara
lain, prinsip berorientasi pada tujuan, kontinuitas, fleksibilitas, dan
integritas.
A. Prinsip Umum
Pengembangan Kurikulum
1. Prinsip
berorientasi pada tujuan
Kurikulum sebagai suatu
sistem yang memiliki komponen tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Pengembangan kurikulum harus berorientasi pada tujuan, prinsip ini menegaskan
bahwa tujuan merupakan arah bagi pengembangan komponen- komponen lainnya dalam
pengembangan Tujuan kurikulum harus dapat dipahami dengan jelas oleh para
pelaksana kurikulum kurikulum. untuk dapat dijabarkan menjadi tujuan-tujuan lainnya
yang lebih spesifik dan operasional. Tujuan kurikulum juga harus komprehensif,
yakni meliputi berbagai aspek domain tujuan baik kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
2. Prinsip
Kontinuitas
Prinsip kontinuitas yaitu
adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal maupun secara
horizontal. Khususnya kesinambungan materi kurikulum pada jenis dan
jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP,SLTA,SMU/SMK sampai ke PT
(Perguruan Tinggi). Materi kurikulum harus memiliki hubungan hierarkis fungsional.
Dalam pengembangan materi kurikulum minimal dua aspek kesinambungan yaitu:
a. Materi kurikulum yang diperlukan pada sekolah tingkat atas
harus sudah diberikan pada sekolah tingkat bawah.
b. Materi kurikulum yang sudah diberikan pada sekolah tingkat yang
ada di bawah tidak perlu lagi diberikan pada sekolah tingkat atas. Dengan
demikian dapat dihindari pengulangan materi kurikulum, yang mengakibatkan
kebosanan pada siswa dan agar tidak terjadi tumpang tindih materi, dan untuk
menghindari hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menyusun scope dan sequence.
3. Prinsip
Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas
artinya bahwa kurikulum itu harus lentur dan tidak kaku, terutama dalam hal
pelaksanaannya, dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar apa yang
dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya,
memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi
tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar belakang
peserta didik.
Para pengembang kurikulum perlu memikirkan bahwa implementasi kurikulum
pada tataran yang sebenarnya akan terkait dengan keragaman kemampuan sekolah
untuk menyediakan tenaga dan fasilitas bagi berlangsungnya suatu kegiatan yang
harus dilaksanakan. Prinsip fleksibel juga terkait dengan adanya kebebasan
siswa dalam memilih program studi yang dipilih. Pengembangan kurikulum atau
sekolah harus mampu menyediakan berbagai program pilihan bagi siswa, siswa
diperkenankan memilih sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.
Fleksibel juga diberikan kepada guru, yang artinya kurikulum harus memberikan
ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan
kondisi yang ada, asalkan tidak menyimpang jauh dari apa yang telah digariskan
dalam kurikulum.
4. Prinsip
Integritas
Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan prinsip keterpaduan, dirancang untuk mampu membentuk manusia
yang utuh, pribadi yang integrated, yaitu selaras dengan
lingkungan hidup sekitarnya. Untuk itu, kurikulum harus mengembangkan berbagai
keterampilan hidup (lifeskill).
Dua kategori keterampilan
hidup:
(1) Keterampilan
hidup umum (personal, berpikir rasional, sosial)
(2) Keterampilan
hidup spesifik (akademik dan vokasional)
Dalam realitas empiris, semua keterampilan tersebut tidak dapat
dipisah-pisahkan. Tindakan individu merupakan paduan aspek fisik, mental,
emosional, dan intelektual.
Penyusunan KTSP dikembangkan berdasarkan tujuh prinsip berikut:
1.
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya.
2.
Beragam dan terpadu.
3.
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4.
Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5.
Menyeluruh dan berkesinambungan.
6.
Belajar sepanjang hayat.
7.
Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
B. Prinsip Khusus
Pengembangan Komponen Kurikulum
Prinsip khusus berkenaan
dengan prinsip yang digunakan dalam mengembangkan komponen utama kurikulum,
yaitu:
1. Prinsip yang berkenaan dengan Tujuan Pendidikan (jangka panjang,
menengah, maupun pendek), bersumber pada:
a)
Ketentuan dan kebijakan pemerintah
b)
Survei mengenai persepsi orang tua/masyarakat
c)
Survei tentang pandangan para ahli
d)
Survei tentang sdm
e)
Pengalaman negara lain
f)
Penelitian
2. Prinsip yang berkenaan dengan Pemilihan Isi Pendidikan
a)
Perlu penjabaran tujuan pendidikan ke dalam perbuatan hasil belajar yang
khusus dan sederhana.
b)
Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
c)
Unit-unit kurikulum disusun berdasarkan urutan yang logis dan sistematis.
3. Prinsip yang berkenaan dengan Pemilihan Proses Belajar Mengajar
Hendaknya memperhatikan
apakah metode/teknik tersebut:
a)
dapat mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
b)
cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?
c)
memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan
individual siswa.
d)
memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat.
e)
lebih mengaktifkan siswa atau guru atau keduanya.
f)
mendorong berkembanganya kemampuan baru.
g)
menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan di rumah, juga mendorong
penggunaan sumber belajar yang ada di rumah dan masyarakat.
4. Prinsip yang berkenaan dengan Pemilihan Media dan Alat Pengajaran
a)
Alat/media apa yang diperlukan? Sudah tersedia, atau ada penggantinya?
b)
Jika perlu dibuat, siapa yang membuat, berapa biayanya, gberapa lama
waktunya?
c)
Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam
bentuk modul atau paket belajar?
d)
Bagaimana pengintergrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
Hasil terbaik diperoleh
dengan penggunaan multimedia.
5. Prinsip yang berkenaan dengan
Penilaian
a)
Bagaimana karakteristik kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang
akan dites?
b)
Berapa lama waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan tes?
c)
Apakah tes tersebut berbentuk uraian atau pilihan?
d)
Berapa banyak butir tes yang perlu disusun?
e)
Apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau siswa?
Beberapa prinsip dalam
pengelolaan hasil penilaian:
a)
Norma penilaian apa yang digunakan dalam pengelolaan hasil tes?
b)
Apakah digunakan formula guessing?
c)
Bagaimana pengubahan skor mentah ke dalam skor masak?
d)
Standar apa yang akan digunakan?
e)
Untuk apakah hasil tes digunakan?
KB 2. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KURIKULUM
Langkah-langkah pengembangan
kurikulum terdiri atas diagnosis kebutuhan,perumusan tujuan, pemilihan dan
perorganisasian materi, pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar
dan pengembangan alat evaluasi.
A. Analisis dan Diagnosis
Kebutuhan
Langkah pertama dalam
pengembangan kurikulum adalah menganalisis dan menndiagnosis
kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mempelajari tiga
hal, yaitu kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat /dunia kerja, dan harapan –
harapan dari pemerintah (kebijakan pendididikan). Pendekatan yang dapat
dilakukan untuk menganalisis kebutuhan ada tiga, yaitu survei kebutuhan, studi
kompetensi, dan analisis tugas. Hasil akhirkegiatan analisis dan diagnosis
kebutuhan ini adalah deskripsi kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan
masukan bagi langkah selanjutnya dalam pengembangan kurikulum yaitu perumusan tujuan.
B. Perumusan Tujuan
Tujuan-tujuan dalam kurikulum
berhierarki, mulai dari tujuan yang paling umum (kompleks) sampai
pada tujuan-tujuan yang lebih khusus dan operasional. Herarki tujuan tersebut
meliputi : Tujuan Pendididikan Nasional, Tujuan Instusional, Tujuan Kurikuler,
serta Tujuan Intruksional.
Di samping bersifat
hierarki, komponen tujuan juga dapat dibagi dalam beberapa taksonomi
tujuan. Benyamin S. Bloom dalam Taxonomy of Educational Objective membagi
tujuan ini menjadi tiga ranah/domain yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Domain kogniitif berkenaan dengan pengusaaan kempampuan
kemampuan intelektual atau berpikir, domain afektif berkenaan dengan
penguasaan dan pengembangan perasaaan, minat, sikap dan
nilai-nilai, sedangkan domain psikomotor berkenaan dengan penguasaaan dan
pengembangan ketrampilan motorik.
C. Pemilihan dan
pengorganisasian materi
Materi kurikulum disusun
berdasarkan prosedur-prosedur tertentu yang merupakan salah satu bagian dalam
pengembangan kurikulum secara kseluruhan. Dalam Handbook
for Evaluating and Selecting CuriculumMaterials, M.D
Gall (1981) mengemukakan sembilan tahap dalam pengembangan bahan
kurikulum, yaitu identifikasi kebutuhan,merumuskan misi
kurikulum, menentukan anggaran biaya, membentuk tim,mendapat susunan
bahan, menganalisis bahan, menilai bahan, membuat keputusan
adopsi, menyebarkan, mempergunakan, dan memonitor penggunaan
bahan.
Materi kurikulum adalah
segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Isi dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah isi dari
kurikulum. Dalam penyusunan bahan pelajaran ini dikenal ada istilahscope dan sequence. Scope atau
ruang lingkup menyangkut keluasan dan kedalaman materi kurikulum. Sequence menyangkut
urutan susunan bahan kurikulum. Sequence dapat disusun dengan
mempertimbangkan tiga hal,yaitu struktur disiplin ilmu, taraf perkembangan
siswa, dan pembagian materi kurikulum berdasarkan tingkatan kelas.
D. Pemilihan dan
Pengorganisasian Pengalaman belajar
Cara pemilihan dan
pengorganisasian pengalaman belajar dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
pendekatan, strategi, metode serta teknik yang disesuaikan dengan
tujuan dan sifat materi yang akan diberikan.Pengalaman belajar siswa bisa
bersumber dari pengalaman penciuman,atau pengalaman suara, pengalaman
perabaaan, dan penciuman. Semua pengalaman belajar tersebut dapat
diorganisasikan sedemikian rupa dengan sumber, fasilitas, dan masyarakat.
E. Pengembangan Alat
Evaluasi
Pengembangan alat evaluasi
dimaksudkan untuk menelaah kembali apakah kegiatan yang telah dilakukan itu
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mc Neil (1977) mengungkapkan
ada dua hal yang perlu mendapatkan jawaban dari penilaian kurikulum, yaitu
a.
Apakah kegiatan kegiatan yang dikembangkan dan diorganisasikan itu memungkinkan
tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan?
b.
Apakah kurikulum yang telah dikembangkan itu dapat diperbaiki dan
bagaimana cara memperbaikinya?
Penilaian
pada dasarnya merupakan suatu proses pembuatan pertimbangan terhadap suatu
hal. Scriven dalam Nurgiyantoro mengemukakan bahwa penilaian itu terdiri
atas tiga komponen yaitu pengumpulan informasi, pembuatan
pertimbangan, dan pembuatan keputusan. Evaluasi kurikulum dapat
dilakukan terhadap komponen komponen kurikulum itu sendiri, evaluasi
terhadap inplementasi kurikulum, dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.
No comments:
Post a Comment