Tuesday, June 14, 2016

CINTA DALAM DIAM

Ada yang masih kulakukan secara sembunyi-sembunyi.
Ada yang sedang mengharapkan sesuatu yang ketiadaannya masih sanggup dimengerti. 
Ada sewujud doa yang kuungkap setiap mengawali pagi, untuk ia yang belum juga tahu tentang apa yang kulakukan setiap hari.
Ada yang kesulitan mengatur debar napas, seusai segaris bibirmu mengembang bebas.
Sebutlah aku pengaggummu.



Entah sampai kapan namaku tak kuucapkan.
Entah sampai kapan aku sebagai sosok transparan yang memelukmu dengan doa dan harapan.
Entah sampai kapan rasa ini tak terutarakan.
Entah sampai kapan aku harus menyimpan perasaan yang tak beralaskan alasan.
Rasanya dengan ketidak tahuanmu tentang pengetahuanku tentangmu lebih baik untuk sementara waktu.
Bukan aku sama sekali tidak sedang mengharapkan, namun hanya berusaha memaklumi segala keterbatasan-keterbatasan.
Bukan aku tidak ingin turut dirindukan, namun
hanya menghindari hati ini dari kemungkinan dikecewakan.
Karena hanya dengan melihatmu, sepertinya cukup untuk membantu menenangkan selaksa rindu yang sudah sejak lama menunggu.
Mungkin pikirmu ragu tentang seberapa besar perasaanku, tapi sungguh ini bukan sebatas rasa penasaranku.
Takkan kupanjatkan doa, jika kamu tak istimewa.
Mungkin menurutmu aku pengecut, tapi waktu yang tepat hanya belum menjemput.
Dari sisi yang sama sekali tidak terlihat, aku senang memandangimu sebagai suatu ciptaan yang sejak awal sudah indah terpahat.
Biarkan aku mengagumimu sekuat yang aku mampu.
Tak perlu pedulikan sebesar apa rasa yang semestinya kau balas, tak perlu acuhkan harus sampai sebatas apa kita hingga mampu membuatku puas.
Karena apapun perlakuanmu, tidak akan mengubahkan aku.

Nampaknya aku terlalu malu menunjukkan perbuatanku yang diikuti ‘selalu’.
Mungkin aku takut ketika suatu waktu kamu tahu, lalu seluruh perasaanku terhenti karena kamu berlalu.
Menunggu hanya satu-satunya aksi statis yang
menurutku begitu manis.
Karena menunggu perlu kesabaran untuk mempertahankan kepercayaan dan mengusir ragu.
Aku mungkin hanya terlalu siap untuk menerima bahwa kita bukanlah untuk menjadi nyata.
Maka aku akan sembunyikan rasa yang ada selama yang aku bisa.
Meski memang selalu ada keinginan semoga kita diciptakan untuk saling menemukan, namun aku sadar tak perlu berharap pada sebuah ketidak mungkinan.
Untuk rindu-rindu yang akhirnya berlarian menujumu saat tatap mata kita bertemu, aku menyelipkan sekecil doa di situ.
Aku mengagumimu tanpa suara, mungkin dalam menenangkan rindu harus dengan cara yang sama.
Meski tanpa isi hati yang bersuara, aku bukannya seorang penipu rasa.
Tapi mungkin aku telah dihadiahi porsi mengagumi dengan cara tersembunyi.
Mungkin cinta lebih baik tersimpan dibalik saku Tuhan, hati yang semakin jatuh perlahan dan kamu yang dipenuhi ketidaktahuan.

Jangan pernah berpikir aku lelah dengan cerita rahasia ini, karena sungguh aku menikmati peran ini.
Mengagumi adalah hal yang masih bisa kulakukan.
Tak ingin bicara soal ketetapan, tapi selama bahagia masih berdatangan seluruh cerita, tinggal Tuhan yang melanjutkan. Semoga, pengaggum rahasia diperbolehkan bahagia saat Tuhan menghadiahi “kita”.

No comments: