Hanya dengan pertolongan dari Allah, setiap diri bisa mensucikan hati sehingga hati menjadi bening. Jika ingin dekat dengan pertolongan Allah harus ada ikhtiar. Ketika hati dekat dengan sombong, fitnah, ghibah, dan berbagai penyakit lainnya hendaknya mensegerakan diri untuk bertaubat kembali ke jalan Allah. Setelah taubatan nasuhah, penjagaan kesucian hati dilanjutkan dengan melaksanakan apa-yang diperintah-Nya dan menjauhi apa-apa yang dilarang-Nya dengan sungguh-sungguh. Senantiasa menjaga kemurnian ibadah ikhlas lillahi ta’ala. Jangan sampai amalan-amalan kita bukan membuat hati kita semakin suci namun semakin mengotori hati kita karena di antara amalan kita tidak diniatkan lillahi ta’ala namun sebagai upaya untuk sombong dan merendahkan orang lain. Sebagai contoh, ketika dikaruniai kelebihan dalam hal ilmu bukan untuk berbagi namun untuk saling menghinakan satu sama lain. Sedekah bukan untuk membahagiakan dan memuliakan orang lain namun dijadikan sarana untuk riya’. Semoga kita terhindar dari amalan-amalan yang bukan karena Allah.
Untuk menjaga kesucian hati, hendaknya semakin menyibukkan hati dengan menyebut nama Allah, dzikrullah, jangan biarkan hati dipenuhi urusan dunia. Ketika kita ingin mengajarkan bagaimana menaga kesucian hati kepada buah hati kita sedini mungkin, awali dengan senantiaa memberikan makan, minum, pakaian, dan sekolah dengan makanan, minuman, dan rezeki yang halal. Dengan demikian Allah akan menuntun buah hati kita untuk berupaya menjaga kebersihan hati. Karena bisa jadi anak yang bandel dan jauh dari hidayah terjadi akibat dari kesalahan orang tua yang memberikan sesuatu yang tidak didapat dengan jalan yang halal kepada anaknya. Ingatlah, anak adalah amanah Allah kepada kita, sudah seharusnya kita menjaga amanah Allah dengan sebaik-baiknya. Tanamkan selalu dalam hati, bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat atas apa yang kita lakukan. Karenanya, perbaiki terus kualitas ibadah kita, jaga kesucian ibadah kita, dan yakin berdoa kepada Allah agat memberikan taqdir terbaik-Nya untuk kita. Belajarlah menjadi manusia yang senantiasa bersabar dan bersyukur
Ada kalanya niatan untuk menjaga kesucian hati sudah ada, namun kadang perasaan iri, dengki tiba-tiba muncul kembali. Segeralh istighfar bukan hanya di lisan namun istighfarkan hati kita. Teruslah berikhtiar untuk menjadi manusia yang lebih baik dari waktu ke waktu dan jangan berputus asa dalam ikhtiar. Sesuai dengan sabda Rasulullah, manusia yang celaka/binasa adalah mereka yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, manusia merugi adalah mereka yang hari ini sama dengan hari ekmarin, dan manusia beruntung adalah mereka yang hari ini lebih baikdari hari kemarin. Semoga kita senantiasa termasuk ke dalam golongan yang beruntung. Lebih sungguh-sungguh mengingat Allah, lebih focus kepada Allah yang Maha Agung, Maha Pemberi Ilmu, dan yakini bahwa Allah tidak pernah mendzolimi hamba-hamba-Nya yang bersungguh-sungguh kembali kepada-Nya
Sesungguhnya, kebersihan hati adalah pangkal dari kebersihan diri. Dari kebersihan diri akan memunculkan kebersihan akal, perilaku, dan lisan. Hati yang selamat akan tercermin dalam akhlak sehari-hari yang senantiasa menjaga kesucian ibadah dan tidak pula ternodai saat bersosialisasi. Intinya, jika kita ingin mengetahui apakah ibadah kita sudah sungguh-sungguh karena Allah, lihatlah kepada akhlak kita sehari-hari. Ketika kita bersungguh-sungguh dalam ibadah niscaya akhlak yang tercermin adalah akhlak yang mulia. Ketika memberi nasehat orang lain, senantiasa dijadikan pula nasehat untuk diri sendiri. Senantiasa sabar dalam beribadah, sabar dalam beramal shaleh, sabar dalam mendengar dan menerima nasehat, serta sabar dalam memberikan nasehat.
Bagaimanakah cara menstabilkan iman yang kadang naik turun agar bisa terlahir pribadi yang suci?
Terus berupaya untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya,bersungguh-sungguh mengamalkan apa yang diajarkan dan diteladankan Rasulullah. Semakin mempergiat bukan amalan wajib saja namun juga malan-amalan sunnah. Rajin mengevaluasi diri, muhasabah diri untuk mengkoreksi kelemahan dan kekurangan diri sehingga semakin mengenal diri untuk kemudian islah, senantiasa memperbaiki diri.
Ketika kita sudah berumah tangga, namun pasangan hidup kita kurang memberikan dukungan dalam menjaga kesucian hati, jadikan itu sebagai vitamin untuk semakin meluruskan niat menjaga kesucian hati. Memang seharusnya pasangan hidup menjadi sparing partner, motivator untuk menjaga kesucian hati. Namun begitu, ketika pasangan hidup kita belum seperti yang kita harapkan dalam menjaga kesucian hati, mak hal yang bisa kita lakukan adalah dengan terus memberikan contoh, mengingatkan dengan bahasa yang halus, dengan kat-kata yang baik, dan tetap berupaya menjadi pasangan hidup yang baik, dan senantiasa yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan perjuangan kita. Tetap istiqomah. Jadikan itu sebagai wujud kasih say dengan banyak bermuhasabah, istighfar, dan islah. Tetap melakukan hal-hal terbaik yang baik dab dibenarkan agama. Ketika kita mendapatkan respon yang negatif berupayalah untuk senantiasa tersenyum dan merendahkan diri untuk kemudian menyerahkan segalanya kepada Allah.
Rasul bersabda, “Ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia terdapat segumpal darah. Apabila segumpal darah itu baik, maka baik pula seluruh anggota tubuhnya. Dan apabila segumpal darah itu buruk, maka buruk pula seluruh anggota tubuhnya. Segumpal darah itu adalah hati”
(HR. Al-Bukhari)
Dalam Surat An-Nur, QS. 24:21 dijelaskan bahwa Allah akan membersihkan hati siapa saja yang dikehendaki-Nya karena Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ ۚ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَـٰكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَن يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿٢١
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(An-Nur, QS. 24:21)
Begitu pula dalam Surat Asy Syu’ara QS. 26: 89-90 dijelaskan bahwa hanya orang-orang yang berhati selamat (qalbun salim) yang amalannya diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala
إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ﴿٨٩﴾ وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ ﴿٩٠
(89) kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (90) dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa (Asy syu’ara QS. 26: 89-90)
Siap untuk menjaga kesucian hati? Insya Allah, terus berdoa dan ikhtiar..
No comments:
Post a Comment