Anda pasti suka buah. Tapi pernahkah anda bandingkan antara buah dan Islam.
Buah terbagi atas kulit, isi dan biji. Islam itulah kulit. Imam itulah isi. Dan taqwa itulah rasa. Sementara biji itulah anak yang kelak menggantikannya. Buahnya baik, insya Allah bijinya pun akan menghasilkan buah baik, begitu pula sebaliknya. Padahal pohonnya bisa sama-sama tumbuh dan berkembang dengan rindangnya.
Saat memilih buah, jangan terpancing oleh kulitnya saja. Banyak buah yang kulitnya bagus dan indah. Tapi isinya belum tentu sebaik kulitnya. Kulit rusak otomatis isinya pasti rusak, rasa pun tak lagi enak.
Harusnya berislam pun begitu. Menjadi muslim mudah. Mengucap syahadat, Islamlah dia. Menjadi mu'min yang tak mudah. Sebagai muslim, sudah dia kerjakan segala ibadah. Tapi ia lupa perannya sebagai mu'min, yang musti menghayati ibadahnya. Bacaan shalat tak dipahami, hatinya lalai. Makin banyak ibadah tapi tetap tak bisa cegah nafsunya.
Orang beragama pun tidak selamat karena lalai. Lalai itu bukan perkara syariah, tapi perkara iman, perkara hati. Karena apa dan untuk tujuan apa dia beribadah.
Banyak muslim yang kenal Allah, namun tak takut dan tak cinta Allah. Rasa kehambaannya tak ada. Dia tertipu dengan ibadahnya. Merasa pahalanya besar, hingga yakin dosanya terhapus. Dia puas akan ibadahnya.
Bagaimana cara merubahnya?. Jadilah mu'min. Seorang mu'min pasti terbebas dari mengejar pahala. Hatinya berusaha mengingati Allah. Bila hatinya sudah terisi ketuhanan, jadilah ia muttaqin.
Ibarat buah: Kulit yang muslim, isi yang mu'min dan rasa yang muttaqin, itulah umat pilihan. Dimana posisi kita?
No comments:
Post a Comment