Wednesday, September 28, 2011

Mengenal STRUKTUR HATI Versi Al-Quran (part 4) Ma

Fitrah adalah potensi Anda, nilai diri Anda yang sesungguhnya. Orang yang keluar dari fitrahnya maka ia sudah keluar dari potensinya sebagai manusia, misalkan ia bisa saja berbuat seperti hewan. Dan hewan bukanlah manusia.

Berbicara potensi, berarti kita berbicara tentang energi. Hukum energi mengatakan bahwa tiada energi yang hilang, dan energi selalu mencari titik keseimbangan. Semakin besar energi yang dihasilkan maka semakin besar energi yang dikeluarkan. Setiap nilai usaha tentunya akan menghasilkan produk.

Usaha adalah energi, dan produk adalah energi. Setiap usaha menghasilkan produk yang seimbang dengan kualitas usahanya. Energi menghasilkan energi yang bersesuaian. Dan, agar Anda bisa memberikan energi yang tinggi maka Anda harus memiliki energi yang tinggi; yakni menyerap dan menghasilkan energi yang tinggi juga.

Mari kita perhatikan rumus energi berikut :

Ep = m.g.h.

Dimana Ep adalah Energi Potensial, m adalah massa atau kapasitas, g adalah nilai percepatan untuk gravitasi, dan h adalah nilai ketinggian. Jika Anda ingin memiliki Potensi Diri yang tinggi maka Anda harus memiliki nilai Ep yang tinggi. Agar Anda memiliki nilai Ep yang tinggi maka Anda harus memiliki nilai m, g, dan h yang juga tinggi.

Jika diterjemahkan dalam bahasa kehidupan manusia, maka Ep adalah Potensi Diri atau Nilai Diri (to me), m adalah kemampuan diri yang seharusnya (to be), g adalah visi kebumian atau visi keduniawian (to have), dan h adalah visi ketinggian atau visi spiritualisme (to God).

Menariknya, nilai m dan g memiliki batas maksimal (limited), tetapi nilai h adalah unlimited, tak terbatas. Contoh, seseorang yang meningkatkan kualitas m (to be), maka ia tetap saja tidak mungkin menjadi ahli di segala bidang. Untuk memiliki to be yang maksimal ia harus fokus di titik tertentu. Ronaldinho, pesepak bola bintang yang berposisi sebagai pemain tengah dan penyerang pun akan kelabakan jika disuruh menjadi kiper. Ya, itulah nilai m atau to be, sangat terbatas.

Sedangkan nilai g atau gravitasi pun terbatas. Dalam ilmu fisika, nilai g memiliki kisaran antara 9,8 s.d 10. Artinya, kalau hari ini kita hidup hanya sekedar mengejar g atau visi keduniawian (to have), maka potensi diri kita pun akan sangat terbatas. Kejarlah dunia, maka Anda akan merasa haus dan lapar selamanya. Untuk lebih mantapnya, silakan perhatikan diagram berikut :


Sedangkan nilai h atau ketinggian bersifat tidak terbatas (unlimited). Mungkin saja ada batasnya, wallahu a’lam, tapi yang jelas kita sendiri tidak mengetahui dimana batasnya sebab “saking” sangat tingginya. Nilai h adalah visi spiritualisme atau visi keakhiratan atau visi ketuhanan (to God).

Nah, jika Anda menginginkan nilai Ep Anda OPTIMAL maka Anda harus meningkatkan nilai-nilai ketaqwaan Anda kepada Allah SWT; nilai-nilai ketuhanan Anda. Dan, disinilah fitrah Anda yang sesungguhnya akan ditemukan. Dengan kata lain, Anda akan semakin jauh dari fitrah, kalau Anda lebih fokus mengejar nilai m (to be) dan nilai g (to have) – sebagaimana yang banyak dilakukan manusia ingkar pada umumnya. Mereka mengejar UANG, karena mereka pikir UANG adalah sumber kebahagiaan.

Memang betul, Uang bisa membuat seseorang bahagia, tapi kebahagiaannya bersifat TERBATAS. Saudaraku, mari mulai hari ini kita lebih fokus mencari kebahagiaan yang UNLIMITED – Spiritual Happiness.

Ya, Carilah KEBAHAGIAAN yang UNLIMITED tapi jangan lupakan KEBAHAGIAAN yang LIMITED. Sebagaimana diperintahkan Allah yang dapat kita lihat pada terjemahan Data Suci Q.S. Al-Qososh (28) ; 77. Berikut :

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Berikutnya.....

Ternyata dalam hidup ini ada tiga lingkaran potensi kehidupan; pertama adalah Lingakaran MAMPU, kedua Lingkaran MAU, dan ketiga Lingkaran BENAR.

Lingkaran "Mampu" adalah "turunan" dari nilai "Gravitasi" (Mau) nya kita terhadap dunia. Kita bisa mendapatkan apa yang kita "Mau-i" dengan cara meningkatkan "KEMAMPUAN" kita.

Lingkaran "Mau" adalah "turunan" dari nilai "Massa" (Kemampuan) kita. Kita bisa meningkatkan KEMAMPUAN kita kalau kita memiliki KEMAUAN.

Lingkaran "Benar" adalah "turunan" dari nilai "Tinggi" (Seharusnya). Kita bisa meningkatkan nilai Seharusnya ketika kita tetap berada di jalur yang BENAR.

Agar lebih menarik kami akan sajikan digaram sederhana berikut :


Setiap INSAN memiliki tiga lingkaran potensi ini. Ia akan menjadi kuat jika Ketiga lingkaran ini berpadu. Yaitu tatkala seseorang melakukan sesuatu yang MAMPU ia lakukan, yang MAU ia lakukan, dan yang dilakukannya sesuai dengan nilai2 KEBENARAN.

Namun ketika ketiga lingkaran ini terpisah, alias berdiri masing-masing, atau hanya dua lingkaran yang berpadu, maka seorang manusia tidak akan mempunyai nilai diri (to me) kecuali NOL, yaitu seperti hewan, bahkan lebih buruk lagi. Baiklah, sebelum kami melanjutkannya, mari kita kembangkan diagram di atas menjadi lebih menarik lagi, perhatikanlah.

INSAN yang FITRAH berada pada irisan pertama (irisan yang memadukan ketiga lingkaran potensi diri), dimana ia melakukan sesuatu yang MAMPU, MAU, dan BENAR. Tapi hari ini tidak sedikit juga manusia yang terjebak pada irisan 2,3, atau 4.

Irisan kedua menyatakan bahwa seseorang melakukan sesuatu yang MAMPU dan BENAR, tapi ia sendiri ENGGAN (tidak MAU) melakukannya. Ini adalah irisan “paksarela”, yakni melakukan sesuatu yang harus dilakukannya, tapi ia terpaksa (kurang ikhlas) ketika melakukannya.

Irisan ketiga menyatakan bahwa seseorang melakukan sesuatu yang MAU dan BENAR, tapi ia sendiri tidak memiliki KEMAMPUAN untuk melakukannya. Ini adalah irisan “minimalis”, yakni ia akan mendapatkan hasil yang minimal ketika melakukannya, sebab ia melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan KEMAMPUANnya.sehingga energinya terKURAS.

Sedangkan irisan keempat adalah irisan yang paling parah, karena ia melakukan sesuatu tidak berdasarkan nilai-nilai KEBENARAN. Memang dia MAMPU dan dia MAU, tapi dia tidak memperhatikan norma-norma yang berlaku. Kita bisa menyebutnya sebagai irisan “maksiat” atau "Buas".

Dimanakah posisi kita hari ini berada ?
Sudahkah kita menjadi manusia 3 in 1?

Mengenal STRUKTUR HATI Versi Al-Quran (part 3) M

Sekarang Mari kita belajar lebih dalam lagi, yakni tentang Baitullah Jiwa.."dalemannya hati"...

Kami awali dengan pernyataan bahwa MANUSIA dan ALAM SEMESTA itu selaras, atau memiliki kemiripan. Contoh, Dalam Alam Makro terlihat bahwa Thowafnya Bulan adalah mengelilingi Bumi, Thowafnya Bumi adalah mengelilingi Matahari, Thowafnya Matahari adalah mengelilingi Galaksi, Thowafnya Galaksi mengelilingi Super Galaksi dan seterusnya hingga pada akhirnya semua benda di langit Thowaf Mengelilingi Arsy-nya Allah SWT, hanya memusatkan diri dan bertasbih kepada Allah SWT. Subhanallah.

Sedangkan dalam Alam Mikro terlihat Thowafnya para elektron mengelilingi inti atom. Dan dalam Alam SPIRITUAL terlihat Thowafnya manusia mengelilingi ka’bah di kota Mekkah. Dan ada satu keunikan yang kami perhatikan adalah bahwa semuanya memiliki kecenderungan arah berputar yang sama, yaitu ke arah kiri, yakni berlawanan arah jarum jam.

Lain itu, dalam hal beribadah, MANUSIA dan BUMI memiliki kecenderungan yang sama. Memiliki orientasi yang sama, yaitu MENYEMBAH Allah dengan cara FOKUS kepada BAITULLAHnya.

Pada Bumi, Baitullahnya bernama Ka’bah, berada di kota Mekkah. Nah, lalu dimana letaknya Baitullah yang berada dalam JIWA seorang manusia. Bukankah setiap hari manusia pun melakukan Thowaf melalui sistem SHOLAT. Selain, setiap manusia itu beribadah sholat menghadap ke arah Ka’bah, tapi juga secara perputaran roka’at, sebenarnya seorang manusia yang sedang sholat pun sedang melakukan Thowaf 360 derajat.

Perhatikanlah :
Lihatlah, ternyata satu putaran roka’at sama dengan 360 derajat. Sehingga, secara tersirat, ketika seseorang itu berputar penuh (360 derajat), maka ada “suatu zat” yang ia jadikan sebagai pusat perputaran. Kami mengatakannya sebagai Baitullah jiwa (dalam buku “Menyingkap Rahasia Hati”, oleh Sudirman Tebba, pustaka irVan, dikatakan bahwa di dalam Fuad ada yang namanya Lubb atau Albab – pen.), dan kalau kita melihat struktur HATI maka Baitullah Jiwa itu peluang terbesarnya terletak di kota FUAD.

Sholat adalah THOWAF, Thowaf adalah bergerak, bergerak adalah bertasbih. Bumi, Matahari, malaikat, alam semesta semua bertasbih (baca : bergerak berputar) fokus kepada Allah SWT. Subahanallah lebih tepat diartikan Allah Maha Menggerakkan, apalagi asal kata Subhanallah adalah "sabhan" yang berarti berenang, terapung, dan bergerak dengan cepat.

Itu sebabnya, SHOLAT MAYIT tidak ada Rukuk dan Sujud, karena mayit secara jasadiah sudah tidak bergerak. Itu pula sebabnya, Sholat Gerhana tidak ada sujud, yang ada justru RUKUK dua kali, sehingga membentuk dua kali sudut 90 derajat = 180 derajat atau disebut sebagai garis lurus. Sebab gerhana adalah terjadi ketika adanya garis lurus antara Bumi, Matahari, dan Bulan.

Nah, kembali ke awal, sebagaimana Kota Mekkah, maka “kota Fuad” pun tidak selalu diisi oleh “orang-orang” baik. Tapi apa pun yang terjadi pada kota FUAD, maka Baitullah tetaplah agung dan suci. Walaupun dahulu di sekitar Ka’bah berjejer banyak patung berhala, tentu saja tidak bisa mengurangi kesucian Baitullah, Baitullah tetaplah suci, tak kan terkotori oleh sesuatu yang fana.

Wallahu alam

Mengenal STRUKTUR HATI Versi Al-Quran (part 2)

Mari kita lanjutkan pembahasan mengenai hati FSQ... Fuad, Shodr, dan Qolbu

Fuad memiliki karakter jujur apa adanya (53:11), bisa diisi – oleh keimanan atau kekufuran (28:10, 14:43, 6:113), berinteraksi kuat dengan Al-Quran (25:32, 11:120), pondasinya ilmu (16:78), mencintai sesama (14: 37), dipengaruhi oleh Indra pendengaran dan penglihatan (46:26), jenis hati yang pertama kali diaktifkan (32:9) dan yang kelak mempertanggungjawabkan kinerjanya di hadapan Allah (17:36).

Dengan demikian Hati Fuad ini ibarat ruang kosong, dan yang pertama kali hadir di dalamnya adalah Ruh dari Allah. Ruh ini begitu suci, dan saat Ruh ini pertama kali hadir ia sudah langsung diliputi oleh jasad yang masih suci pula.

Rosulullah saw pernah bersabda bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci... tentunya suci dalamnya (Ruh) dan suci luarnya (Jasad). Tetapi , orangtuanyalah yang membuat jasad menjadi kotor, dengan berbagai program negatif yang diinputkan si orang tua via indra pendengaran dan penglihatan. Dan ketika jasad pun kotor, maka “kesucian” Ruh menjadi tak berefek optimal pada kehidupan jasad.

Nah ketika program yang masuk ke Fuad itu banyak yang negatif, maka tentu saja Fuad menjadi besar peluangnya menjadi tidak beriman, dan programisasi Fuad sudah mulai berlaku sejak si anak itu lahir, sejak ia masih kecil.

..........................
...........

Adapun Shodr, adalah jenis hati yang banyak sekali berhubungan dengan karakter manusia dalam urusannya terhadap dunia. Ia dipenuhi dengan berbagai macam keinginan dunia (59:9), maka pantas saja jika iblis/syaitan dan energi negatif lainnya mudah meliputi kinerja Shodr.

Shodr juga berhubungan dengan pola pikir (17:51), apalagi ia memiliki kecenderungan untuk berdebat (88:90, 40:56). Ketika hadir sebuah ujian terhadap si empunya, maka Shodr bisa menjadi sempit atau bisa juga menjadi lapang (6:125). Shodr yang berilmu lurus maka bisa menjadi tempat bersamayamnya ayat-ayat suci yang nyata (29:49).

Karakter Shodr seseorang tentunya yang paling tahu adalah Allah. Tetapi kita sebagai manusia pun bisa “memprediksi” karakter Shodr seseorang lewat “pola pandangan mata” (40 :11), dan lewat “pola kata” (15:97) plus “pola suara” (26: 12-14).

Mari kita pelajari sekilas bagaimana pola pandangan mata bisa memprediksi apa yang sedang dipikirkan seseorang.

......................................

Sedangkan Qolbu, dalam hadist Arba’in yang ke-6 dipadankan dengan karakter sebuah pagar, antara yang “sebelah sini” dan yang “sebelah situ”. Antara halal dan haram. Antara dunia dan akhirat.

Sehingga Qolbu itu berada di antara Jasad (Shodr) dan Ruh (Fuad). Baiklah, setelah kita melihat data-data dari Al-Quran mengenai Qolbu pad artikel bag-1, kini kami akan memperlihatkan hadist tentang Qolbu tersebut kepada Anda.

“Sesungguhnya yang halal itu telah terbukti (jelas) dan yang haram itu pun telah terbukti (jelas). Sedangkan diantaranya ada perkara yang samar-samar (syubhat) yang kebanyakan manusia tidak mengetahui (bukti-bukti)nya. Barang siapa yang menghindari perkara yang samar-samar, maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya. Barang siapa yang jatuh ke dalam perkara yang samar-samar, maka ia telah jatuh ke dalam perkara yang haram. Seperti pengembara yang berada di dekat pagar (milik orang lain); dikhawatirkan ia akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki pagar. Ketahuilah, bahwa pagar Allah adalah larangan-larangan-Nya. Ketahuilah, bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging (yang berfungsi sebagai pagar – pen). Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasadnya. Dan jika ia jelek, maka jelek pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah Qolbu. (H.R. Bukhori dan Muslim)“

Ternyata, dari hadist tersebut tersirat bahwa Qolbu itu ibarat pagar dalam diri kita, yaitu pagar Antara Shodr dan Fuad, pagar Antara wilayah pengaruh Syahwat plus Syaitan dengan Baitullah jiwa, yakni pengaruh suci/fitrah dari Allah. Maka wajar saja dari sisi arti pun Qolbu itu adalah yang bisa terbolak-balik.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Qolbu itu Filter atau Penyampai Pesan dari informasi yang diterima SHODR kepada FUAD, atau dari FUAD ke SHODR.

Jika Qolbunya kotor maka informasi dari SHODR tidak disampaikan ke FUAD atau hanya disampaikan sebagian. Jika Qolbu kotor, maka cahaya dari FUAD tidak bisa keluar menuju SHODR. Dan ketika Qolbu sangat kotor, maka Fuad jadi gelap, pingsan atau mati seperti tanpa cahaya, dan akhirnya membentuk watak yang negatif. Itu sebabnya Qolbu disebut sebagai KUNCI KARAKTER.

Nah, karena posisi Qolbu itu ada di dalamn Shodr (22 : 45-46) dan Fuad itu adalah hati yang pertama kali ada/aktif, sebagai pondasi bagi jiwa, dan kemudian bahwa Qolbu itu ibarat pintu, sehingga jika digambarkan dalam sebuah imajinasi visualisasi hati, maka STRUKTUR HATI adalah sebagaimana berikut :


Nah sebetulnya, kalau disimak lebih dalam lagi, ternyata dalam psikologi populer sudah ada FSQ tapi dalam bentuk istilah yang berbeda. Anda mungkin pernah mendengar istilah Pikiran Sadar (conscious), pikiran bawah sadr (subconscious), dan Critical Area atau SAR (Sistem Aktivasi Retikular) - yakni PINTU antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.



Pikiran Sadar memiliki kemampuan akses potensi hingga 12%, sedangkan pikiran bawah sadar puny apotensi hingga 88%. Dan seseorang bisa mengakses "kekuatan" pikiran bawah sadar jika SARnya terbuka, atau dengan kata lain jika QOLBUnya tidak mati. Dan SAR bisa terbuka jika Pikirannya Fokus tidak sempit dengan berbagai macam pikiran atau dengan kata lain jika SHODRnya lapang alias tidak sombong.


Subhanallah, ternyata... agar kekuatan tersembunyi kita bisa diakses maka kita harus memiliki :
1. Shodr yang lapang dan diliputi ayat-ayat suci Al-Quran
2. Qolbu yang bersih, tidak buta, dan cenderung kepada akhirat.
3. Fuad yang beriman, Fuad yang sering dibacakan ayat-ayat Al-Quran, sehingga pancaran Cahaya Ruh dariNya bisa "menerangi" jiwa dan semesta kita

Mengenal STRUKTUR HATI Versi Al-Quran (part 1)

Alhamdulillah, kira-kira 1 pekan yang lalu, sahabat saya, Kang Hari (Makmun Jauhari Putra), memberikan informasi bahwa sekarang ada metode baru memahami Al-Quran dengan cepat dan tuntas dengan metode LIMAOEN (Lima Unsur) yang di tulis oleh A.Bambang W.A. Hariyanto.

Berdasarkan itu, saya pun menjadi lebih mudah mengurutkan file-file Al-Quran, secara terartur berdasarkan waktu turunnya ayat (konkordansi).

Berikut ini adalah file-file ayat Al-Quran mengenai definisi HATI dalam ketiga bentuknya, yaitu Fuad, Qolbu, Shodr.

Ayat yang bercerita tentang Qolbu paling banyak, kemudian disusul ayat yang bercerita mengenai Shodr, dan paling sedikit ayat yang bercerita mengenai Fuad.

Setelah diurutkan, maka dihasilkan definisi Fuad, Shodr, dan Qolbu sebagai berikut :

Fuad adalah :

1) Hati yang tidak mendustakan Q.S. 53:11
2) Hati yang dibakar di neraka Huthomah Q.S. 104 : 5-7
3) Hati yang semakin kuat ketika dibacakan Al-Quran Q.S. 25 : 32
4) Hati yang bisa menjadi Kosong (frustasi) Q.S. 28 : 10
5) Hati yang dimintai pertanggungjawaban Q.S. 17 : 36
6) Hati yang semakin teguh dengan kisah-kasah dari Rasul Q.S. 11:120
7) Hati yang dipalingkan oleh Allah sehingga sesat Q.S. 6 : 110
8) Hati yang tidak beriman 6:113
9) Hati yang bekerja sinergis bersama Pendengaran dan Penglihatan Q.S. 46 : 26
10) Hati yang membuat kita menjadi berilmu dan harus kita syukuri (optimalkan) Q.S. 16 : 78
11) Hati yang mencintai/cenderung kepada sebagian manusia Q.S. 14:37
12) Hati yang bisa kosong (melamun/mata tak berkedip) Q.S. 14:43
13) Hati yang diaktifkan setelah hadirnya Ruh (pendengaran, penglihatan, dan Fuad) Q.S.32 : 9


Shodr adalah :

1) Hati yang lapang karena sudah dimudahkan dari kesulitan hidup Q.S. 94 : 1-8, Q.S.
2) Hati yang (banyak hal/berbagai macam isi) di dalamnya Q.S. 100 : 9-11
3) Hati yang dibisiki setan. Q.S. 114 : 5
4) Hati yang menjadi sempit menerima alkitab Q.S. 7 : 2
5) Hati yang bisa menghilangkan dendam karena beramal saleh Q.S. 7:43
6) Hati yang diketahui segala isinya oleh Allah Q.S. 35 : 38
7) Hati yang lapang karena sudah dimudahkan dari kesulitan hidup Q.S. 20 : 25-35
8) Hati yang disaat sempit membuat jadi sulit berbicara Q.S. 26 : 12-14
9) Hati yang isinya tidak bisa kita sembunyikan dihadapan Allah Q.S. 27 : 74-75, Q.S. 28 : 69, Q.S. 3:29
10) Hati yang bisa berarti Pikiran/bayangan Q.S. 17 :51
11) Hati yang bisa diobati dengan pelajaran dari Allah Q.S. 10 : 57
12) Hati yang bisa berpaling dari kebenaran Q.S. 11 : 5
13) Hati yang sempit menolak sebagian wahyu karena tidak ada bukti berupa harta kekayaan atau malaikat Q.S. 11 : 12
14) Hati yang tanpa dendam dan bersaudara di surga Q.S. 15 : 47
15) Hati yang bisa menjadi sempit karena perkataan/hinaan orang lain Q.S. 15 : 97
16) Hati yang lapang memeluk Islam, Hati yang sempit tersesat dan sesak seolah-olah sedang mendaki ke langit (kekurangan oksigen) Q.S. 6 : 125
17) Hati yang diketahui segala isinya oleh Allah Q.S. 39:7
18) Hati yang dibukakan Allah untuk menerima ajaran Islam Q.S. 39:22
19) Hati yang bisa diketahui penghianatannya lewat pandangan mata Q.S. 40 : 19
20) Hati yang menginginkan kebesaran (penghormatan) karena memperdebatkan ayat-ayat Allah Q.S. 40 : 56
21) Hati yang memiliki berbagai keperluan, termasuk kendaraan Q.S. 40:80
22) Hati yang diketahui segala isinya oleh Allah Q.S. 42:24
23) Hati yang bisa lapang dengan kekafiran Q.S. 16:106
24) Hati yang menyimpan rahasia perkataan, tapi Allah Mengetahuinya Q.S. 67 : 13
25) Hati yang didalamnya menyimpan Al-Quran sebagai ayat-ayat yang nyata Q.S. 29:49
26) Hati yang mudah gentar dan suka berbantah-bantahan, dan Allah Mengetahui isi hati. Q.S. 8 : 41-43
27) Hati yang bisa diketahui sinyal-sinyal kebenciannya lewat ucapan Q.S. 3 : 118
28) Hati yang bisa marah dan benci. Q.S. 3 : 119
29) Hati yang diuji agar Qolbu dibersihkan. Q.S. 3 153-154
30) Hati yang bisa berkeberatan/protes. Q.S. 4 : 88-90
31) Hati yang terindikasi ada keselarasan dengan proses terjadinya siang dan malam Q.S. 57:6
32) Hati yang menaruh keinginan-keinginan. Q.S. 59:9
33) Hati yang bisa ditakuti oleh manusia yang tidak takut kepada Allah. Q.S. 59 : 11-13
34) Hati yang di dalamnya ada Qolbu. Q.S. 22 : 45-46
35) Hati yang lega mendapatkan pertolongan Allah Q.S. 9 : 14


Dan Qolbu adalah :

1) Hati yang berpenyakit. Q.S. 74 : 31
2) Hati yang bertobat Q.S. 50 :33
3) Hati yang mendapat peringatan dari apa yang didengar dan disaksikannya Q.S. 50:37
4) Hati yang dikunci mati oleh Allah: Q.S. 7:100
5) Hati yang terkunci mati karena mendustakan kebenaran/bukti-bukti yang nyata 7:101
6) Hati yang berfungsi untuk memahami kebenaran Q.S. 7:179
7) Hati yang bersih siap menghadap Allah Q.S. 26:89
8) Hati (Muhammad) sebagai tempat turunnya Al-Quran (yang dibawa oleh Ruhul Amin/Jibril) Q.S. 26:194
9) Hati yang durhaka pun tetap dimasukkan ayat-ayat AlQuran di dalamnya Q.S. 26:200
10) Hati yang dindingnya tertutup sehingga tuli dari kebenaran : Q.S. 17 : 45-46
11) Hati yang dindingnya tertutup sehingga tuli dari kebenaran : Q.S. 6:25
12) Hati yang keras sehingga merasa benar dengan tindakan yang salah Q.S. 6:43
13) Hati yang tertutup bersamaan dengan pendengaran dan penglihatan Q.S. 6:46
14) Hati yang terkunci mati sampai datangnya siksaan Q.S. 10:88
15) Hati yang terkunci mati karena melampaui batas Q.S.10:74
16) Hati yang berdosa karena suka memperolok-olok Rosul Q.S. 15:11-12
17) Hati yang suci akan mendatangi Tuhannya Q.S. 37 : 84
18) Hati yang dihilangkan rasa takut dalam mengatakan kebenaran Q.S. 34: 23
19) Hati yang membatu dari mengingat Allah Q.S. 39 : 22
20) Hati yang tenang ketika mengingat Allah bersamaan dengan tenangnya kulitnya Q.S. 39 : 23
21) Hati yang kesal ketika disebutkan nama Allah Q.S. 39:45
22) Hati yang girang ketika disebut nama selain Allah Q.S. 39:45
23) Hati yang dindingnya tertutup sehingga tuli dari kebenaran : Q.S. 41: 5
24) Hati yang dikunci mati olehNya karena mengada-adakan dusta terhadap Allah Q.S.42:24
25) Hati yang diteguhkan oleh-Nya setelah melewati masa-masa sulit Q.S.18:10-14
26) Hati yang tertutup sehingga menjadi tuli dan tidak bisa memahami kebenaran Q.S. 18 : 57
27) Hati yang ingkar karena sombong Q.S. 16 : 22
28) Hati yang tetap tenang dalam kebenaran walau ucapannya mengatakan kekufuran Q.S.16 : 106
29) Hati yang terkunci karena lebih mengutamakan dinia daripada akhirat, sehingga pendengaran dan penglihatannya tertutup dari kebenaran Q.S. 16 : 108
30) Hati yang lalai karena suka “bercanda” dan tidak serius mendengarkan petuah kebenaran Q.S.21:2-3
31) Hati yang takut berbuat buruk dan bersegera berbuat baik Q.S. 23 : 60-61
32) Hati yang sesat dan banyak berbuat buruk Q.S. 23 : 63
33) Hati yang ketakutan ketika ditiupkan sangkakala Q.S. 79:8
34) Hati yang terkunci mati karena tak mau memahami ayat-ayat Allah Q.S. 30:59
35) Hati yang tertutup karena sering berbuat ekstrim dan dosa Q.S. 83 : 12-16
36) Hati yang terkunci bersamaan dengan terkuncinya pendengaran dan tertutupnya penglihatan dari kebenaran Q.S. 2 : 7
37) Hati yang berpenyakit. Q.S. 2 : 10
38) Hati yang merasa berbuat benar padahal salah Q.S. 2: 10-12
39) Hati yang lebih keras dari batu, sebab batu saja menurut kepada Allah Q.S. 2:74
40) Hati yang tertutup karena tidak beriman Q.S. 2 : 88
41) Hati yang mencintai Tuhan selain Allah Q.S. 2 : 93
42) Hati (Muhammad) sebagai tempat turunnya Al-Quran (yang dibawa oleh Jibril) Q.S. 2:97
43) Hati yang menuntut tanda-tanda kekuasaan Allah Q.S. 2 :118
44) Hati yang tertarik dengan kehidupan dunia Q.S. 2:204
45) Hati yang terpaksa atau menyengaja bersumpah Q.S. 2:225
46) Hati yang bergetar (mukmin) ketika disebut nama Allah Q.S. 8 :2
47) Hati yang tentram mendapat kabar gembira Q.S. 8:10
48) Hati yang menguat ketika diturunkan kantuk dan hujan Q.S. 8 : 11
49) Hati yang ketakutan melihat keteguhan orang-orang yang beriman Q.S. 8:12
50) Hati yang berpenyakit menyangka orang mukmin tertipu oleh agamanya Q.S. 8:49
51) Hati yang dipersatukan dengan Hati orang-orang mukmin lainnya Q.S. 8 : 63
52) Hati yang ada nilai kebaikan Q.S. 8:70
53) Hati yang condong kepada kesesatan suka menimbulkan fitnah dengan cara mencari-cari takwil ayat-ayat mutasyabihat Q.S. 3 : 7
54) Hati yang condong kepada kesesatan tidak akan mendapat rahmat dari sisiNya Q.S. 3 : 8
55) Hati yang dipersatukanNya Q.S. 3:103
56) Hati yang tentram mendapat kabar gembira Q.S. 3:126
57) Hati yang ketakutan karena suka berbuat syirik Q.S. 3 : 151
58) Hati yang dibersihkan setelah Shodr-nya diuji Q.S. 3:154
59) Hati yang menyesal telah berbuat benar Q.S. 3 : 156
60) Hati yang sengaja berbuat dosa Q.S. 33:5
61) Hati yang sesak dan tergoncang karena berburuk sangka kepada Allah Q.S. 33:10
62) Hati yang munafik dan berpenyakit Q.S. 33 : 12-13
63) Hati yang takut mati Q.S. 33 : 26
64) Hati yang isinya diketahui oleh Allah Q.S. 33 : 51
65) Hati yang suci menjaga pandangan mata dari istri-istri nabi Q.S. 33 : 53
66) Hati yang berpenyakit dan suka menebar kabar bohong Q.S. 33 : 60
67) Hati yang terkunci mati karena kekafirannya Q.S. 4 : 155
68) Hati yang tunduk karena beriman Q.S. 57 :16
69) Hati yang fasik dan menjadi keras Q.S. 57 : 16
70) Hati yang santun dan penuh kasih sayang Q.S. 57:27
71) Hati yang mengikuti hawa nafsu dan dikunci mati oleh Allah Q.S. 47 : 16
72) Hati yang berpenyakit dan takut mati Q.S. 47 : 20
73) Hati yang terkunci takkan mampu memperhatikan Al-Quran Q.S. 47:24
74) Hati yang berpenyakit dengki akan ketahuan/terlihat aslinya Q.S. 47 : 29
75) Hati yang tentram karena mengingat Allah Q.S. 13 : 28
76) Hati yang terguncang dan taku di yaumul akhir Q.S. 24:37
77) Hati yang bertaqwa karena mengagungkan syiar-syiar Allah Q.S. 22:32
78) Hati yang buta berada di dalam Shodr (dada) Q.S. 22:46
79) Hati yang takut dengan azab Allah Q.S. 59:2
80) Hati yang dengki kepada orang-orang yang beriman Q.S. 59 : 10
81) Hati yang berpecah belah walau tampak bersatu secara fisik 59 : 14
82) Hati yang lalim, berpenyakit, dan ragu-ragu Q.S. 24 : 50
83) Hati yang bergetar ketika disebut nama Allah Q.S. 22 : 35
84) Hati yang berpenyakit dan kasar bisa dimasuki syaitan Q.S. 22 : 53
85) Hati yang tunduk dan beriman kepada Al-Quran Q.S. 22 : 54
86) Hati yang terkunci mati karena setelah beriman kafir lagi Q.S. 63 : 3
87) Hati yang ditanamkan keimanan oleh-Nya Q.S. 58 :22
88) Hati yang merasakan indahnya (manisnya) iman karena tidak menurti hawa nafsu Q.S. 49:7
89) Hati yang belum dimasuki keimanan Q.S. 49:14
90) Hati yang teruji dan bertaqwa berbicara dengan suara rendah di hadapan Rosulullah saw Q.S. 49 : 33
91) Hati yang dipalingkan dari kebenaran Q.S. 61 : 5
92) Hati yang tidak selaras dengan ucapannya Q.S. 48:11
93) Hati yang Sombong karena jahil Q.S. 48 : 26
94) Hati yang tenang karena imannya betambah Q.S. 48:4
95) Hati yang menyangka bahwa ia telah berbuah baik, padahal tidak Q.S. 48: 13
96) Hati yang keras dan membatu karena (suka) melanggar janji Q.S. 5 : 13
97) Hati yang tidak akan disucikan-Nya karena suka menubah-ubah firman Allah Q.S. 5 : 41
98) Hati yang berpenyakit (munafik) Q.S. 5:52
99) Hati yang tentram karena melihat bukti Q.S. 5 : 114
100) Hati yang munafik (lain di kata lain di hati) Q.S. 9:8
101) Hati yang panas Q.S. 9 : 15
102) Hati yang bimbang dan ragu Q.S. 9 : 45
103) Hati yang dibujuk Q.S. 9 : 60
104) Hati yang mnyembunyikan sesuatu Q.S. 9:64
105) Hati yang diberikan kemunafikan olehNya Q.S. 9 : 77
106) Hati yang dikunci mati karena takut berjihad Q.S. 9:87, Q.S. 9:93
107) Hati yang dikunci mati karena takut berjihad Q.S. 9:93
108) Hati yang ragu Q.S. 9:110
109) Hati yang hancur Q.S. 9: 110
110) Hati yang hampir berpaling karena kesulitan masih diterima tobatnya Q.S. 9:117
111) Hati yang berpenyakit, diberitahu malah tambah ingkarnya Q.S. 9:125
112) Hati yang dipalingkanNya karena tidak mau mengerti Q.S. 9:127

Nah, berdasarkan keterangan-keterangan di atas, menurut para sahabat tercinta...apakah perbedaan antara Fuad, Shodr, dan Qolbu?

KENAL DIRI

     Tubuh manusia dibedakan atas 2 bagian penting, yakni jasad lahiriah dan jiwa batiniah. Jiwa disebut juga dengan ruh. Ruh terbagi dua, yaitu ruhul hayat dan ruhul tamyid/ruhul amri.Ruhul hayat inilah yang dikenal dengan nyawa, yang ada pada setiap makhluk. Ruhul hayat jadi perantara mahluk untuk hidup. Bila dicabut matilah ia.

      Ruhul amri merupakan perpaduan 3 in 1. Saat dia berfikir dinamakan akal. Waktu berkehendak disebut nafsu. Dan saat merasakan dinamai hati. Ruhul amri tak ada pada semua mahluk. Ia hanya pada manusia, jin dan malaikat.Dengan ruhul amri manusia dan jin akan diminta pertanggungjawaban. Malaikat punya ruh dan akal tapi tak diberi nafsu. Malaikat adalah mukalaf yang tabiatnya patuh dan tak pernah ingkar. Binatang punya ruh dan nafsu namun tak berakal. Maka binatang tak diminta tanggungjawab. Manusia dan jin punya ketiganya. Jika dididik, manusia seperti malaikat. Jika tak dididik, seperti setan.

      Nafsu ini fitrah, tak bisa dihilangkan. Nafsu hanya bisa dididik.Nafsu terdiri atas mazmumah(sifat buruk) dan mahmudah(sifat baik).Yang dimaksud mengenal diri adalah mengenal ruhul amri. Siapa yang mengenal ruhul amri berarti ia mengenal Allah swt. Siapa yang memahami ruhul amri berarti ia telah bisa menaklukan hawa nafsunya, total pasrah pada Allah swt. Inilah hamba yang telah menjadi muttaqin.
Nafsu itu harus ditaklukan. Inilah yang dikatakan mujahadatunnafsi. Berjuang menaklukan nafsu terdiri dari 3 bagian.Pertama takhalli yakni menyisihkan sifat buruk.Kedua tahalli yakni memasukkan sifat-sifat baik.Ketiga adalah tajalli yaitu kenikmatan saat kita mampu membuang rasa marah, sabar saat dihina dan ikhlas mengakui dosa dan bertaubat.

     Mujahadatunnafsi adalah perjuangan mendekatkan diri pada Allah. Maka siapa yang tak dekat dan tak takul Allah apaun yang datang jadi berbahaya. Yang positif datang seperti sukses naik pangkat, kita jadi merasa sombong dan riya. Yang negatif datang seperti gagal, kita jadi kecewa dan putus asa.
Jiwa atau hati itu ajaib. Dia yang tentukan baik buruknya manusia. Karena itu jagalah jiwa atau hati. Mintalah pada Allah untuk men-tadbir hati adar mendapat petunjuk-Nya. Saat hati anda pasrah total pada Allah, pada saat itulah wajah anda pun berubah teduh, menyejukkan dan mulai bersinar. Siapapun akan suka melihat anda.

Saturday, September 24, 2011

MAHALNYA HIDAYAH ALLAH SWT.

Pernahkan terpikirkan bahwa kita tengah berada dalam ANUGERAH yang tiada ternilai ari Dzat yang memiliki kerajaan langit dan bumi, sementara begitu banyak orang yang DIHALANGI untuk memperolehnya?

Kita bisa tahu ajaran yang benar dari agama ini. Tahu ini benar, itu salah.. Tahu mana yang seharusnya dilakukan dan mana yang seharusnya ditinggalkan … Lalu kita dimudahkan untuk MENGIKUTI yang BENAR dan MENINGGALKAN yang SALAH.

Sementara, banyak orang TIDAK MENGERTI mana yang benar dan mana yang sesat, atau ada yang TAHU tapi TIDAK DIMUDAHKAN baginya untuk mengamalkan KEBENARAN, malah ia gampang berbuat KESALAHAN.

Kita dapat berjalan mantap di bawah CAHAYA yang TERANG BENDERANG, sementara banyak orang yang TERTATIH meraba dalam KEGELAPAN.

Kita tahu apa TUJUAN hidup kita dan kemana kita kan menuju. Sementara, ada orang-orang yang tidak tahu UNTUK APA sebenarnya mereka HIDUP. Bahkan kebanyakan mereka menganggap, mereka hidup hanya untuk dan di DUNIA saja, sekedar makan, minum, dan bersenang-senang di dalamnya lalu mati dan selesailah kehidupan.

Apa namanya semua yang kita miliki ini, wahai saudara-saudariku, kalau bukan ANUGERAH TERBESAR, NIKMAT yang TIADA TERNILAI? Inilah HIDAYAH dan TAUFIQ dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada jalan-Nya yang lurus.

Dalam Tanzil-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Baqarah: 213)

Fadhilatusy Syaikh Al-‘Allamah Muhammad ibnu Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu menerangkan dalam tafsirnya bahwa HIDAYAH di sini maknanya adalah PETUNJUK dan TAUFIQ.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan hidayah ini kepada orang yang PANTAS mendapatkannya, karena segala sesuatu yang dikaitkan dengan KEHENDAK Allah Subhanahu wa Ta’ala maka mesti mengikuti HIKMAH-Nya. Siapa yang beroleh hidayah maka memang ia PANTAS mendapatkannya. (Tafsir Al-Qur’anil Karim, 3/31)

Fadhilatusy Syaikh Shalih ibnu Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah ketika menjelaskan ayat
وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
"Dan Dia Maha Mengetahui orang-orang yang mendapat PETUNJUK / HIDAYAH"

beliau berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak meletakkan HIDAYAH di dalam HATI kecuali kepada orang yang PANTAS mendapatkannya. Adapun orang yang TIDAK PANTAS memperolehnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala MENGHARAMKANNYA beroleh hidayah tersebut. Allah Yang Maha Mengetahui, Maha Memiliki Hikmah, Maha Mulia lagi Maha Tinggi, tidak memberikan HIDAYAH HATI kepada setiap orang, namun HANYA diberikannya kepada orang yang diketahui-Nya BERHAK mendapatkannya dan dia memang PANTAS. Sementara orang yang Dia ketahui TIDAK PANTAS beroleh hidayah dan TIDAK COCOK, maka DIHARAMKAN dari hidayah tersebut.”

Asy-Syaikh yang mulia melanjutkan, “Di antara sebab TERHALANGNYA seseorang dari beroleh HIDAYAH adalah FANATIK terhadap KEBATILAN dan semangat KESUKUAN, PARTAI, GOLONGAN, dan semisalnya. Semua ini menjadi SEBAB seseorang tidak mendapatkan TAUFIQ dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Siapa yang KEBENARAN telah JELAS baginya namun TIDAK MENERIMANYA, ia akan DIHUKUM dengan TERHALANG dari HIDAYAH. Ia dihukum dengan PENYIMPANGAN dan KESESATAN, dan setelah itu ia TIDAK DAPAT menerima KEBENARAN lagi.

Maka di sini ada hasungan kepada orang yang telah sampai al-haq kepadanya untuk BERSEGERA MENERIMANYA. Jangan sampai ia MENUNDANYA atau mau pikir-pikir dahulu, karena kalau ia menundanya maka ia memang PANTAS diharamkan/dihalangi dari hidayah tersebut.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ
“Maka tatkala mereka berpaling dari kebenaran, Allah memalingkan hati-hati mereka.” (Ash-Shaf:5)

وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
“Dan begitu pula Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur’an) pada awal kalinya dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (QS.Al-An’am:110)

Perlu diketahui, HIDAYAH itu ada dua macam:

1. HIDAYAH yang bisa diberikan oleh MAKHLUQ, baik dari kalangan para nabi dan rasul, para da’i atau selain mereka. Ini dinamakan hidayah IRSYAD (bimbingan), DAKWAH dan BAYAN (keterangan). Hidayah inilah yang disebutkan dalam ayat:

وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Sesungguhnya engkau (ya Muhammad) benar-benar memberi hidayah/petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Asy-Syura: 52)

2. HIDAYAH yang hanya bisa diberikan oleh Sang KHOLIQ Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak selain-Nya. Ini dinamakan hidayah TAUFIQ. Hidayah inilah yang ditiadakan pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, terlebih selain beliau, dalam ayat:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَـٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya engkau (ya Muhammad) tidak dapat memberi hidayah/petunjuk kepada orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah lah yang memberi hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Qashash: 56)

Yang namanya manusia, baik ia da’i atau selainnya, hanya dapat MEMBUKA JALAN di hadapan sesamanya. Ia memberikan penerangan dan bimbingan kepada mereka, mengajari mereka mana yang benar, mana yang salah. Adapun MEMASUKKAN orang lain KE DALAM HIDAYAH dan MEMASUKKAN IMAN KE DALAM HATI, maka tak ada seorang pun yang kuasa melakukannya, karena ini HAK ALLAH Subhanahu wa Ta’ala semata. (Al-Qaulul Mufid Syarhu Kitabit Tauhid, Ibnu Utsaimin, sebagaimana dinukil dalam Majmu’ Fatawa wa Rasa’il beliau 9/340-341)

Saudara-Saudariku, BERSYUKURLAH kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika engkau dapati dirimu termasuk orang yang DIPILIH-Nya untuk mendapatkan DUA HIDAYAH yang tersebut di atas.

Karena berapa banyak orang yang telah sampai kepadanya hidayah irsyad, telah sampai padanya dakwah, telah sampai padanya al-haq, namun ia tidak dapat mengikutinya karena TERHALANG dari HIDAYAH TAUFIQ.

Sementara dirimu, ketika tahu al-haq dari al-batil, segera engkau pegang erat al-haq tersebut dan engkau hempaskan kebatilan sejauh mungkin. Berarti HIDAYAH TAUFIQ dari Rabbul Izzah MENYERTAIMU.

Tinggal sekarang, hidayah itu harus engkau JAGA, karena ia sangat BERNILAI dan sangat PENTING bagi kehidupan kita. Ia harus menyertai kita bila ingin SELAMAT di dunia, terlebih di akhirat.

Seorang hamba butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala SETIAP SAAT untuk mengokohkannya di atas HIDAYAH, agar hidayah itu BERTAMBAH dan TERUS MENERUS dimilikinya.

Karena seorang HAMBA TIDAK DAPAT MEMBERIKAN KEMANFAATAN dan TIDAK DAPAT MENOLAK KEMUDHARATAN dari dirinya, KECUALIi apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala KEHENDAKIi.

Allah ‘Azza wa Jalla pun MEMBIMBING si hamba agar di SETIAP WAKTU memohon kepada-Nya PERTOLONGAN,KEKOKOHAN, dan TAUFIQ.

Orang yang BERBAHAGIA adalah orang yang diberi TAUFIQ oleh Allah ‘Azza wa Jalla untuk MEMOHON HIDAYAH, karena Allah ‘Azza wa Jalla telah memberikan JAMINAN untuk MENGABULKAN permintaan orang yang berdoa kepada-Nya di sepanjang malam dan di penghujung siang. Terlebih lagi bila si hamba dalam kondisi terjepit dan sangat membutuhkan bantuan-Nya. Ini sebanding dengan firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ
“Wahai orang-orang yang beriman, TETAPLAH BERIMAN kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya…” (QS. An-Nisa’: 136)

Dalam ayat ini, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan orang-orang yang telah beriman agar TETAP BERIMAN. Ini bukanlah perintah untuk melakukan sesuatu yang BELUM ADA, karena yang dimaukan dengan perintah beriman di sini adalah hasungan agar TETAP TSABAT (kokoh), TERUS MENERUS dan TIDAK BERHENTI melakukan AMALAN-AMALAN yang dapat membantu seseorang agar TERUS di atas KEIMANAN. Wallahu a’lam. (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 1/38)

> BERBAHAGIALAH dengan HIDAYAH yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadamu dan JANGAN BIARKAN hidayah itu BELALU darimu. MINTALAH SELALU selalu KEKOKOHAN dan KEISTIQAMAHAN di atas IMAN kepada Dzat Yang Maha Mengabulkan doa.

> Teruslah MEMPELAJARI ILMU agama. HADIRILAH selalu MAJELIS ILMU. DEKATLAH dengan ULAMA, CINTAIi mereka karena Allah ‘Azza wa Jalla.

> BERGAULLAH dengan orang-orang SHOLEH dan JAUHI orang-orang yang JAHAT yang dapat merancukan PEMAHAMAN agamamu serta membuatmu terpikat dengan DUNIAa.


Satu lagi yang penting, JANGAN Engkau MENJUAL AGAMAMU karena menginginkan DUNIA, karena ingin HARTA, TAHTA, dan karena CINTA kepada lawan jenis.

Sekali-kali JANGANLAH Engkau KEMBALIi ke BELAKANG. Kembali kepada masa lalu yang SURAM karena jauh dari hidayah dan bimbingan agama. Ingatlah:

فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ
“Maka tidak ada sesudah kebenaran itu melainkan kesesatan.” (Yunus: 32)

Kata Al-Imam Al-‘Allamah Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi rahimahullahu:
“Kebenaran dan kesesatan itu tidak ada PERANTARA antara keduanya. Maka, siapa yang luput dari kebenaran mesti ia jatuh dalam kesesatan.” (Mahasinut Ta’wil, 6/24)

Thursday, September 1, 2011

Merenungi Samudera Makna Surah Al-Ashr


  1. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ :  Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
  2. وَالْعَصْرِ : Demi masa.
  3. إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ : Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
  4. إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ : kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Adalah Imam Asy-Syafi’I rahimahullah pernah berkata bahwa jikalau semua manusia senantiasa merenungkan samudera makna yang terkandung dalam surah al-ashr ini, maka cukuplah baginya.

Pernyataan Imam Syafi’I rahimahullah ini mengandung arti betapa pentingnya hakikat yang terkandung dalam surah ini, tentunya tanpa mengabaikan pentingnya surah-surah lain di dalam Al-Qur’anul Karim. Apatah lagi, pernah disusun buku tebal yang hanya membahas sebuah surah pendek ini secara tersendiri, sebagaimana juga surah-surah yang lain seperti surah Al-Fatihah, samudera Al-Fatihah.


Dalam surah pendek yang hanya terdiri atas 3 ayat ini, tercermin pedoman yang lengkap bagi kehidupan manusia sebagaimana yang dikehendaki Islam. Tampaklah rambu-rambu paradigma keimanan dengan hakikatnya yang agung dan lengkap (sempurna) dalam bentuk yang sangat jelas dan detil.


Surah ini meletakkan aturan Islami secara menyeluruh dalam kalimat-kalimat ringkas. Juga mengidentifikasi umat Islam dengan hakikat dan aktivitasnya dalam sebuah ayat, yaitu ayat ke-3. Hal ini merupakan paparan ringkas yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh selain Allah.

Hakikat besar yang ditetapkan surah ini secara total adalah bahwa dalam semua rentangan zaman (masa, waktu) dan perkembangan manusia sepanjang masa, hanya ada satu pedoman yang menguntungkan dan satu jalan yang menyelamatkan, yaitu pedoman yang telah dilukiskan batas-batasnya dan dijelaskan rambu-rambu jalannya dalam surah ini. Adapun yang berada di luar dan bertentangan dengannya adalah kesia-siaan dan kerugian.

Pedoman itu adalah iman, amal sholih, saling menasehati untuk menaati kebenaran dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran. (Pengantar surah Al-ashr dalam Fii Dzilaalil Qur’an, Sayyid Quthb).

Ibnul Qayyim di dalam kitab Miftahu Daris-Sa’dah (kunci-kunci rumah kebahagiaan) menerangkan, Apabila empat hal sudah dimiliki & dilakukan oleh manusia (yaitu iman, amal sholih, saling menasehati untuk menaati kebenaran, dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran), maka akan menuju kepada kesempurnaan hidup.

Sebab kesempurnaan itu adalah sempurna pada diri sendiri dan menyempurnakan pula bagi orang lain. Kesholihan & kebaikan pribadi haruslah ditransfer dan dikembangkan menjadi kesholihan keluarga, kesholihan masyarakat/sosial, dan seterusnya. Karena Islam adalah rahmatan lil alamiin.

Imam Ar-Razi di dalam kitab tafsirnya menulis; dalam surah ini terkandung peringatan yang keras, karena semua manusia dianggap rugi, kecuali yang berpegang dengan yang empat ini. Yaitu: iman, amal sholih, saling menasehati untuk menaati kebenaran, dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran. Hal ini menunjukkan betapa keselamatan hidup bergantung kepada keempatnya, tidak boleh ada yang terlewatkan. Bahwa mencari selamat bukanlah untuk diri sendiri saja, melainkan diperintahkan pula untuk saling menyampaikan dengan orang lain.

Mengajak kepada perintah agama, nasehat atas kebenaran, amar ma’ruf nahyi munkar, dan agar saling mencintai sesama saudara apa yang dia cintai untuk dirinya. Dua kali diulang tentang saling berpesan dan mewasiati ini, karena yang pertama adalah mengajak kepada jalan Allah dan yang kedua agar istiqamah menjalankannya. Atau, yang pertama memerintahkan dengan yang ma’ruf dan yang kedua mencegah dari yang munkar.

Iman dan amal shalih yang menjadi syarat pertama keluar dari kerugian merupakan dua hal yang saling terkait, ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Artinya tidak berguna dan akan mati iman seseorang tanpa amal shalih, begitu sebaliknya sia-sialah amal shalih yang tidak berlandaskan iman. Dari iman berasal setiap cabang kebaikan dan dengannya terkait setiap buah kebaikan. Oleh karena itu, Al-Qur’an dengan tegas menghancurkan nilai seluruh amal perbuatan, selagi amal perbuatan itu tidak didasarkan pada iman yang menjadi pendorong dan penghubung dengan Sang Maha Wujud. “Dan orang-orang yg kafir, amal perbuatan mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yg datar, yg disangka air oleh orang yg dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia tdk mendapatinya suatu apapun”.(AN-Nur: 39). Secara impelementatif, Iman adalah gerak dan amal, pembangunan dan pemakmuran menuju Allah. Ia bukan sesuatu yang pasif, layu dan bersembunyi di hati nurani. Juga bukan sekedar kumpulan niat yang baik yang tidak tercermin dalam bentuk perbuatan & gerak.

Yang menarik untuk dicermati mengenai tafsir surah ini adalah pendapat Al-Wahidi dalam kitab tafsirnya Al-Wajiz fi Tafsir Al-Kitab Al-Aziz. Beliau mengemukakan secara spesifik contoh mereka yang telah mendapat kerugian dan keberuntungan berdasarkan urutan dalam mushaf. Abu jahal merupakan representasi dari orang yang merugi. Abu Bakar merupakan sosok yang sesuai dengan implementasi iman. Umar bin Khattab mewakili orang-orang yang beramal shalih. Utsman bin Affan merupakan contoh nyata dari mereka yang saling menasehati dalam kebenaran dan Ali bin Abi Thalib identik dengan golongan yang saling menasehati dalam kesabaran. Lebih lanjut As-Syanqithi dalam tafsir ‘Adhwa’ul Bayan mengemukakan Mafhum mukhalafah dari setiap ajaran dalam surah ini; mafhum mukhalafah dari keberuntungan adalah kerugian, yaitu tdk beriman (kafir), tidak beramal atau beramal buruk, tidak berpesan dengan kebenaran atau berpesan tetapi dengan kebatilan serta tidak berpesan dengan kesabaran atau senantiasa berkeluh kesah.

Sungguh setiap kita mendambakan kesuksesan, keberuntungan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Tidak ada jalan dan manhaj lain melainkan mengamalkan kandungan surah ini secara totalitas seperti yang pernah dicontohkan oleh para sahabat Rasulullah saw. Disebutkan bahwa tidaklah dua orang sahabat Rasulullah bertemu, melainkan salah seorang dari keduanya akan membacakan surah ini sebelum berpisah, kemudian saling mengucapkan salam dan saling berjanji serta berkomitmen untuk tetap berpegang teguh dengan iman dan beramal shalih, saling berjanji untuk senantiasa berpesan dengan kebenaran dan dengan kesabaran dalam menjalani kehidupan mereka...

selamat hari raya idul fitri...mohon maap lahir batin..semoga amal ibadah kita Allah terima..aamiin...salam untuk kalian semua ya umat nabi s.a.w. dari hamba yg berlumpur dosa ini