Sunday, September 8, 2013

Nasehat Lukman Al-Hakim pada anaknya




Satu-satunya manusia yang bukan nabi, bukan pula Rasul tapi kisah hidupnya diabadikan dalam Qur'an adalah Lukman Al Hakim. Kenapa, tak lain, karena hidupnya penuh hikmah. Suatu hari ia pernah menasehati anaknya tentang hidup.


"Anakku, jika makanan telah memenuhi perutmu, maka akan matilah pikiran dan kebijaksanaanmu. Semua anggota badanmu akan malas untuk melakukan badah, dan hilang pulalah ketulusan dan kebersihan hati. Padahal hanya dengan hati bersih manusia bisa menikmati lezatnya berdzikir."

"Anakku, kalau sejak kecil engkau rajin belajar dan menuntut ilmu. Dewasa kelak engkau akan memetik buahnya dan menikmatinya."

"Anakku, ikutlah engkau pada orang-orang yang sedang menggotong jenazah, jangan kau ikut orang-orang yang hendak pergi ke pesta pernikahan. Karena jenazah akan mengingatkan engkau pada kehidupan yang akan datang. Sedangkan pesta pernikahan akan membangkitkan nafsu duniamu."

"Anakku, aku sudah pernah memikul batu-batu besar, aku juga sudah mengangkat besi-besi berat. Tapi tidak pernah kurasakan sesuatu yang lebih berat daripada tangan yang buruk perangainya."

"Anakku, aku sudah merasakan semua benda yang pahit. Tapi tidak pernah kurasakan yang lebih pahit dari kemiskinan dan kehinaan."

"Anakku, aku sudah mengalami penderitaan dan bermacam kesusahan. Tetapi aku belum pernah merasakan penderitaan yang lebih susah daripada menanggung hutang."

"Anakku, sepanjang hidupku aku berpegang pada delapan wasiat para nabi. Kalimat itu adalah:

1. Jika kau beribadah pada Allah, jagalah pikiranmu baik-baik.
2. Jika kau berada di rumah orang lain, maka jagalah pandanganmu.
3. Jika kau berada di tengah-tengah majelis, jagalah lidahmu.
4. Jika kau hadir dalam jamuan makan, jagalah perangaimu.
5. Ingatlah Allah selalu.
6. Ingatlah maut yang akan menjemputmu
7. Lupakan budi baik yang kau kerjakan pada orang lain.
8. Lupakan semua kesalahan orang lain terhadapmu. 

Kisah Petani Jagung

Kisah Petani Jagung, yang di cuplikan dari Fiksibuku Sepatu Terakhir.  Novel Inspiratif terbaru 2013 dari Republika.

Ayah adalah tipe pebisnis yang membuatku tak habis pikir. Jika kebanyakan orang berbisnis, tak ingin membagi resep rahasia, ataupun ilmu utamanya, Ayah justru sebaliknya. Ayah tak pernah pelit untuk berbagi ilmu, dari sekian pegawai yang dimilikinya, semuanya diajarinya untuk membuat sepatu. Tak ada satupun ilmu yang ia sembunyikan. Tak hanya itu, didorongnya mereka untuk lepas dan mandiri dari ayah.

Aku dan Mas Agus waktu itu sampai terheran-heran. Mendidik pegawainya untuk mandiri bukankah justru akan melahirkan pesaing baru bagi usaha Ayah?

Ayah menjelaskan konsepnya dengan satu kisah sederhana. Kisah yang masih aku ingat sampai sekarang.
“Bapak pernah cerita ke kalian tentang kisah seorang petani jagung yang berhasil?”
Aku dan Mas Agus hanya menggeleng.

“Alkisah ada seorang petani jagung yang sangat sukses.”, Ayah berhenti mengambil nafas sejenak.
Aku dan Mas Agus pasang telinga, antusias mendengarkan.

Dengan nada layaknya seorang pendongeng ia melanjutkan, “Di negerinya, setiap tahun diadakan kontes jagung, untuk mencari petani mana yang menghasilkan jagung terbaik. Petani sukses tadi, dia sering memenangkan kontes jagung tersebut. Tak hanya sekali, namun berkali-kali dan boleh dikata, setiap kontes jagung diadakan petani inilah pemenangnya. Kalian tahu rahasianya?” Tanya Ayah ke arah kami.

“Pupuk rahasia?”, Mas Agus coba mejawab.
 “Bukan, bukan itu rahasianya. Suatu waktu seorang wartawan bertanya pada petani sukses ini, apa formula rahasianya dia bisa memenangkan kontes jagung tersebut sampai berkali-kali. Si petani menjawab, 'tak ada formula rahasia, aku hanya membagikan benih-benih jagung terbaikku kepada petani tetangga-tetanggaku”

“Lho, benih  jagung terbaiknya kok malah diberikan ke tetangga? Tapi kok dia yang menang? Aneh!”, tanyaku.

“Itu dia kuncinya”, Ayah tersenyum. “Alin di sekolah sudah belajar IPA kan? Tentang tanaman yang punya serbuk sari dan putik?”

“Sudah” jawabku sambil mengangguk.
“Kita tahu bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak, lalu menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain.”, tangan ayah bergerak-gerak bak seorang pendongeng.

“Coba bayangkan Jika tanaman jagung tetangga buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang petani sukses ini pun juga buruk. Ini tentu menurunkan kualitas jagungnya.”
Kakakku manggut-manggut mulai paham.

Ayah melanjutkan “Sebaliknya jika tanaman jagung tetangga baik, maka serbuk sari yang dibawa angin dari ladang jagung mereka akan baik pula, disinilah bila kita ingin mendapatkan hasil jagung yang baik, kita harus menolong tetangga kita untuk mendapatkan jagung yang baik pula.

“Begitu pula dengan hidup kita Nak. Jika kita ingin meraih keberhasilan, maka kita harus menolong orang sekitar menjadi berhasil pula. Mereka yang ingin hidup dengan baik harus menolong orang disekitarnya untuk hidup dengan baik pula. “, Ayah menutup ceritanya dengan bijak. 

Nilai Kehidupan


Nilai Kehidupan
Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.
Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.
“Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini,” katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.
Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. “Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini.”
Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, “Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya.”
Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, “Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini.”
Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, “Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain”.
Segera timbul kesadaran baru. “Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain”.
Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.
Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.
Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Thursday, August 15, 2013

RASULULLAH DIALOG DENGAN MALAIKAT JIBRIL TENTANG JAHANNAM DAN MEMBUATNYA PINGSAN



Dari Anas bin Malik ra berkata: Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW pada waktu yang tidak biasa datang dalam keadaan berubah mukanya, maka ditanya oleh Rasulullah SAW: "Mengapa aku melihat kau berubah muka?".

Jawabnya: "Ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yang mengetahui bahwa neraka Jahannam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu terbesar, untuk bersenag-senang sebelum ia merasa aman dari padanya. "

Lalu Rasulullah SAW bersabda: "Ya Jibril, jelaskan padaku sifat Jahannam."

Jawabnya: "Ketika Allah menciptakan Jahannam, maka dinyalakan selama seribu tahun, sehingga menjadi merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga menjadi putih, kemudian seribu tahun sehingga menjadi hitam, maka ia pun hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya. “

“Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan terbuka sebesar lubang jarum saja, niscaya akan dapat membakar penduduk dunia semuanya karena panasnya.”

“ Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli neraka itu digantung di antara langit dan bumi niscaya akan mati penduduk bumi karena panas dan basinya.”

Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yang disebut dalam Al-Quran itu diletakkan di atas bukit, niscaya akan cair sampai ke bawah lapisan bumi yang ke tujuh.”

“ Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan seorang di ujung barat disiksa, niscaya akan terbakar orang-orang yang di ujung timur karena sangat panasnya,”

“ Jahannam itu sangat dalam dan perhiasannya besi dan minumannya air panas campur nanah dan pakaiannya potongan-potongan api. Api neraka itu ada tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bagiannya yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan. "

Nabi s.a.w. bertanya: "Apakah pintu-pintunya seperti pintu-pintu rumah kami?"

Jawabnya: "Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jauhnya jarak perjalanan 70,000 tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 kali lipat."

Rasulullah SAW bertanya: "Siapakah penghuni masing-masing pintu?"

Jawab Jibril:

"Pintu yang terbawah untuk orang-orang munafik dan orang-orang yang kafir setelah diturunkan mukjizat Nabi Isa as serta keluarga Firaun, sedang namanya Al-Hawiyah.”

“ Pintu kedua tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim.”

“ Pintu ketiga tempat orang Shobi'in bernama Saqar (neraka orang yang tidak shalat). “

“Pintu keempat tempat Iblis dan pengikutnya dari kaum Majusi bernama Ladha.”

“Pintu kelima orang Yahudi bernama Huthomah. “

“Pintu ke enam tempat orang Nasrani bernama Sa'eir. "

Kemudian Jibril terdiam karena segan pada Rasulullah SAW hingga ditanya: "Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ke tujuh?"

Jawabnya: "Di dalamnya orang-orang yang berdosa besar dari umatmu yang sampai mati belum sempat bertaubat."

Mendengar itu Rasulullah SAW jatuh pingsan, sehingga Jibril meletakkan kepala Rasulullah SAW di pangkuannya hingga sadar kembali dan sesudah sadar Rasulullah SAW bersabda: "Ya Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat dalam kesedihanku, apakah ada seorang dari ummatku yang akan masuk ke dalam neraka?"

Jawabnya: "Ya, yaitu orang yang berdosa besar dari umatmu. "

Kemudian Rasulullah SAW menangis, Jibril juga menangis. Kemudian Rasulullah SAW masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk shalat kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang selalu menangis dan berdoa kepada Allah.

Saudaraku…
Rasulullah pingsan dan menangis karena penduduk neraka pintu ke tujuh di dalamnya orang-orang yang berdosa besar dari umat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam yang sampai mati belum sempat bertaubat.

Jadi itulah kepedulian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, dimana waktu beliau meninggal, yg disebut adalah ummatii…ummatiii (ummatku-ummatku)

Marilah di bulan suci ini kita sebagai ummat yg dating setelah Nabi Muhammad segera bertaubat sebelum dating kematian, karena pintu ke tujuh neraka sudah disiapkan.

Wallahu a’lam bishawab.

Saturday, August 3, 2013

Obat Bagi Yang Dimabuk Cinta



Berikut adalah beberapa obat bagi orang yang dimabuk cinta namun belum sanggup untuk menikah.
Pertama: Berusaha ikhlas dalam beribadah.
Jika seseorang benar-benar ikhlas menghadapkan diri pada Allah, maka Allah akan menolongnya dari penyakit rindu dengan cara yang tak pernah terbetik di hati sebelumnya. Cinta pada Allah dan nikmat dalam beribadah akan mengalahkan cinta-cinta lainnya.



Kedua: Banyak memohon pada Allah
Ketika seseorang berada dalam kesempitan dan dia bersungguh-sungguh dalam berdo’a, merasakan kebutuhannya pada Allah, niscaya Allah akan mengabulkan do’anya. Termasuk di antaranya apabila seseorang memohon pada Allah agar dilepaskan dari penyakit rindu dan kasmaran yang terasa mengoyak-ngoyak hatinya. Penyakit yang menyebabkan dirinya gundah gulana, sedih dan sengsara. Ingatlah, Allah Ta’ala berfirman,
Yang artinya: Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al Mu’min: 60)
Ketiga: Rajin memenej pandangan
Pandangan yang berulang-ulang adalah pemantik terbesar yang menyalakan api hingga terbakarlah api dengan kerinduan. Orang yang memandang dengan sepintas saja jarang yang mendapatkan rasa kasmaran. Namun pandangan yang berulang-ulanglah yang merupakan biang kehancuran. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk menundukkan pandangan agar hati ini tetap terjaga. Lihatlah surat An Nur ayat 30 yang telah kami sebutkan sebelumnya. Mujahid mengatakan, “Menundukkan pandangan dari berbagai hal yang diharamkan oleh Allah akan menumbuhkan rasa cinta pada Allah.”[11]
Keempat: Lebih giat menyibukkan diri
Dalam situasi kosong kegiatan biasanya seseorang lebih mudah untuk berangan memikirkan orang yang ia cintai. Dalam keadaan sibuk luar biasa berbagai pikiran tersebut mudah untuk lenyap begitu saja. Ibnul Qayyim pernah menyebutkan nasehat seorang sufi yang ditujukan pada Imam Asy Syafi’i. Ia berkata, “Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).”[12]
Kelima: Menjauhi musik dan film percintaan
Nyanyian dan film-film percintaan memiliki andil besar untuk mengobarkan kerinduan pada orang yang dicintai. Apalagi jika nyanyian tersebut dikemas dengan mengharu biru, mendayu-dayu tentu akan menggetarkan hati orang yang sedang ditimpa kerinduan. Akibatnya rasa rindu kepadanya semakin memuncak, berbagai angan-angan yang menyimpang pun terbetik dalam hati dan pikiran. Bila demikian, sudah layak jika nyanyian dan tontonan seperti ini dan secara umum ditinggalkan. Demi keselamatan dan kejernihan hati. Sehingga sempat diungkapkan oleh beberapa ulama nyanyian adalah mantera-mantera zina.
Ibnu Mas’ud mengatakan, “Nyanyian dapat menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air dapat menumbuhkan sayuran.”  Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Nyanyian adalah mantera-mantera zina.” Adh Dhohak mengatakan, “Nyanyian itu akan merusak hati dan akan mendatangkan kemurkaan Allah.”[13]
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal | www.remajaislam.com