Monday, July 21, 2014

DIBALIK JILBAB KEPALSUAN


     Memakai jilbab itu adalah sesuatu yang baik, juga sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Jilbab hanyalah sebatas alat untuk menutupi dan melindungi aurat. Bukan sekedar menutupi melainkan melindungi. Dan inilah sesungguhnya yang harus kita mengerti betul.

     Jika kita memakai jilbab hanya sebatas menutupi saja, itu tiada artinya. Itu namanya kita hanya berlindung dalam hal-hal yang nampak saja. Artinya jika kamu memakai jilbab sementara apa yang kamu lakukan sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai jilbab itu sendiri, itu sama halnya engkau menyembunyikan bau busuk dibalik wengangian. Itulah yang memprihatinkan, sementara sebagian orang ribut-ribut memerjuangkan agar jilbab dipakai para perempuan Muslim, eee... yang lain malah seenaknya memakai jilbab, kayak jilbab itu barang aksesoris saja.

      Kalau aku pribadi sih sah-sah saja orang mau makai jilbab seperti apa. Dan aku juga percaya perempuan itu juga sudah tau bagaimana tata cara ketika sedang memakai jilbab. Ironis memang, karena mereka sendiri dengan penuh kesadaran memakai baju-baju bersimbol tuhan, sementara apa yang mereka lakukan bertolak belakang dari nilai yang seharusnya dijalankan.

      Selama ini, kita menganggap bahwa jilbab itu aturan agama, ya akhirnya begini. Ketika kita melihat orang berjilbab sambil bercumbu di pinggir jalan, kita mengatakan mereka telah melanggar agama. Padahal jilbab bukan aturan agama, maksudnya yang diwajibkan agama adalah menutup aurat. Yang namanya menutup aurat kan tidak harus pakai jilbab. Cuma kebetulan saja jilbab itu identik dengan penutup aurat, jadi maksudnya itu hanya bahasa budaya dan kebiasaan masyarakat masing-masing. Yang namanya menutup aurat tidak harus memakai jilbab, bisa juga dengan kerudung ataupun potongan kain apa saja. Yang penting, sesuatu itu dapat menutupi bagian-bagian tubuh perempuan yang dapat menimbulkan nafsu.

      Tak memakai jilbab bukan berarti buruk. Asal dirimu berusaha untuk menutupi aurat semampumu dan terus-menerus menjaga dan melindungi aurat, itu merupakan hal yang mulia dihadapan Tuhan. Menutupi itu mudah, namun menjaga dan melindungi aurat dari hal-hal yang buruk itulah yang sulit.

      Ambil dan jalanilah nilai dari jilbab itu sendiri, bukan wujudnya. Artinya, selama cara berpakaianmu itu wajar dan tidak mengundang nasfu jika mata memandangnya, itulah nilai jilbab yang terkandung. Cara berjalanmu, warna pakaianmu, perhiasanmu dan bau parfum yang kau kenakan, selama itu adalah sesuatu yang biasa dan wajar, maka itu sudah lebih dari cukup untuk melindungi auratmu. Meski itu masih terlihat.

      Jika kamu selalu mengenakan pakaian yang longgar dan tebal, yang mana orang memandang dirimu seperti bentangan kain yang berjalan. Meski dirimu tidak memakai jilbab, orang tidak akan terlalu memperhatikanmu. Tetapi meskipun dirimu memakai jilbab, sementara bagian lekuk tubuhmu masih terlihat menonjol, itu sama halnya kamu berlindung dibalik baju Tuhan, sementara tubuhmu terbuka untuk setan. Kalau seperti itu, akan lebih baik jika engkau melepaskan jilbabmu sekalian.

      Setidaknya dirimu tidak melakukan perbuatan yang membawa-bawa baju Tuhan, karena itu sama halnya dirimu menghancurkan aturan agamamu sendiri. Kalau dirimu ingin melakukan perbuatan setan, maka lepaskanlah jilbabmu, karena dengan begitu kamu tidak akan melakukan dua kesalahan sekaligus, yaitu melecehkan nilai kemanusiaan dan meremehkan nilai ke-Tuhanan. Karena Tuhan tidak suka kita memakai simbol-simbol keagungan-Nya untuk melakukan perbuatan dosa.