Friday, October 25, 2013

TINGKATAN NAFSU

Oleh: Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi 

Allah berfirman di dalam Al Quran:

“Beruntunglah orang yang membersihkan hatinya dan rugilah orang yang mengotorinya.” (QS Asy Syams 9-10)

Islam menganggap nafsu itu sebagai musuh manusia. Allah SWT telah menegaskan:

“Sesungguhnya nafsu itu sangat mengajak kepada kejahatan.” (QS Yusuf 53)

Dalam ayat ini digunakan tiga bentuk ketegasan, yakni in–taukik, lam–taukik dan isim fiil mubalaghah. Gaya bahasa ini menunjukkan bentuk penekanan yang sungguh-sungguh bahwa nafsu akan membawa kepada kejahatan.

Nafsu adalah musuh di dalam diri manusia. Sedangkan nafsu adalah sebagian dari diri manusia. Nafsu adalah jismul latif (tubuh halus yang tidak dapat dilihat). Kejahatan nafsu harus dibuang dari diri manusia. Jika tidak dibuang maka nafsu akan menjadi musuh. Tapi walaupun kita ingin membuangnya, nafsu tetap merupakan sebagian daripada diri. Oleh karena itu, melawan hawa nafsu adalah hal yang sangat sulit.

Nafsu adalah jalan raya (highway) bagi syaitan. Ini diterangkan oleh hadis Rasulullah SAW yang maksudnya :

“Sesungguhnya syaitan itu bergerak mengikuti aliran darah, maka persempitlah jalan syaitan dengan lapar dan dahaga.” (Riwayat Ahmad)

Ini menunjukkan syaitan dapat dilawan dengan melawan hawa nafsu secara mengurangi makan atau berpuasa. Jika nafsu tidak terdidik, jalan syaitan adalah besar. Sedangkan syaitan itu juga adalah musuh. Firman Allah yang maksudnya :

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata.” (QS Al Baqarah 168)

Ayat yang menerangkan tentang nafsu sebagai musuh memiliki tiga gaya bahasa penegasan. Sedangkan ayat yang menerangkan tentang syaitan hanya memiliki satu gaya bahasa penegasan. Hal ini menunjukkan bahwa nafsu lebih jahat daripada syaitan. Syaitan akan mendapat jalan atau peluang yang sangat besar untuk merusak manusia jika nafsu tidak terdidik.

Menghalau atau mengalahkan syaitan tidak bisa dilakukan dengan dijampi atau dibacakan ayat-ayat Quran. Cara melawan syaitan adalah dengan mendidik hawa nafsu. Jika nafsu terdidik niscaya syaitan akan kesulitan untuk mempengaruhi diri. Jika nafsu terdidik, jalan syaitan akan terputus. Yang bisa dilawan dengan dibacakan dengan ayat-ayat Quran adalah apabila syaitan merusak jasad lahir manusia. Jika hal ini terjadi, syaitan dapat dilawan dengan dibacakan Ayat Kursi, Surat An Naas dan lain-lain. Demikianlah menurut dalil atau nashnya. Tetapi jika syaitan menggoda dan merusak hati, bacaan-bacaan itu tidak dapat digunakan lagi. Jika hati rusak, rusaklah seluruh anggota badan. Oleh karena itu, kita tidak perlu merisaukan tentang syaitan tetapi didiklah nafsu dan bermujahadahlah. Jika nafsu tidak terdidik maka menjadi mudah bagi syaitan untuk mempengaruhi kita. Oleh karena itu perangilah nafsu, niscaya serangan syaitan akan tertahan.

Nafsu diperlukan untuk manusia. Namun berhati-hatilah. Karena nafsu, manusia boleh jadi akan kecewa, celaka dan masuk Neraka. Tapi nafsu juga bisa menjadi alat untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia sebelum sampai ke Akhirat.

Ketika Allah menciptakan akal, Allah bertanya kepada akal, “Siapakah kamu, siapakah Aku ?” Jawab akal, “Saya hamba, Engkau Tuhan.” Kemudian Allah memerintahkankan akal agar maju ke depan dan mundur ke belakang. Akal mematuhi perintah Allah. Hal ini menunjukkan bahwa akal begitu taat kepada Allah.

Kemudian Allah menciptakan nafsu. Ketika Allah bertanya kepada nafsu, “Hai nafsu, siapa engkau, siapa Aku ?” Nafsu menjawab dengan sikap membantah, “Engkau Engkau, aku aku.” Karena itulah Allah murka kepada dan kemudian Allah memberikan didikan kepada nafsu agar insaf. Allah memasukkan nafsu ke Neraka selama 100 tahun, ia dipukul dan dibakar hingga hangus menjadi arang. Kemudian setelah nafsu dikeluarkan dari neraka, Allah bertanya lagi kepadanya, “Siapa engkau, siapa Aku?” Setelah semua itu, barulah nafsu mengenal Tuhannya, ia menjawab, “Engkau Tuhan, aku hamba”

Ketika Allah menciptakan Nabi Adam as, Allah memasukkan akal dan nafsu ke dalam dirinya. Ketika Nabi Adam datang ke bumi, keturunan manusia bertambah banyak. Maka peranan nafsu dan akal tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kemungkaran yang terjadi di atas muka bumi ini adalah dari nafsu, bukan dari akal.

Karena akal dan nafsu ada dalam diri manusia, maka terjadilah pertentangan antara satu sama lain. Peperangan nafsu dan akal tidak pernah ada henti-hentinya. Kadang-kadang nafsu yang menang, kadang-kadang akal menang. Buktinya, jika kita berhadapan dengan perbuatan yang baik, maka nafsu akan menolaknya dan mengajak kepada kejahatan sedangkan akal mengajak kepada kebaikan. Kalau kita mengikuti nafsu, artinya kita kalah. Sebaliknya, jika kita mengikuti akal maka kita menang.

Namun bagaimanapun nafsu tetap diperlukan oleh manusia. Bila nafsu musnah, manusia juga akan musnah. Sebagai contoh adalah nafsu makan. Nafsu makan tidak akan hilang karena merupakan fitrah alami manusia. Jika nafsu makan tidak ada, manusia akan mati. Begitu juga dengan nafsu terhadap lawan jenis. Jika nafsu ini tidak ada, maka manusia tidak akan berketurunan. Pernah seorang sahabat datang kepada Rasulullah dan memberitahukan bahwa ia ingin membunuh nafsunya agar ia dapat bersungguh-sungguh berjuang. Tetapi Rasulullah melarang karena Rasulullah sendiri juga berumah tangga dan beliau menyukai jika umatnya mempunyai keturunan yang banyak. Pernah juga ada seorang sahabat yang mengatakan kepada Rasulullah bahwa ia ingin berpuasa terus menerus agar dapat lebih berbakti kepada Allah. Rasulullah juga melarangnya karena Baginda sendiri juga berpuasa dan jberbuka. Rasulullah juga tetap bermasyarakat dan berjuang untuk menegakkan kehidupan di dunia dan dan Akhirat. Jadi, Rasulullah memberi jalan tengah. Nafsu ini tetap diperlukan untuk manusia. Akan tetapi, jangan sampai salah langkah sehingga membawa kita ke Neraka. Rasulullah bersabda tentang nafsu ini,

“Ada dua lubang yang dapat menyebabkan seseorang masuk ke Neraka, yaitu lubang faraj dan lubang mulut.” (Riwayat Tirmidzi)

Nafsu juga dapat kita jadikan kuda untuk ke Syurga. Sebagian orang jika mendengar kata nafsu, hanya terbayang hal-hal yang jahat saja. Sedangkan nafsu itu adakalanya jahat, adakalanya baik. Nafsu akan menjadi baik jika dilatih. Imam Al Ghazali mengibaratkan nafsu itu sebagai anjing, jika dilatih akan menjadi baik.

Para ulama telah membagi nafsu menjadi 7 peringkat :

1. Nafsu Ammarah

Allah berfirman dalam Al Qur’an, maksudnya :

“Sesungguhnya nafsu itu senantiasa mengajak kepada kejahatan.” (QS Yusuf 53)

Ayat tersebut berkaitan dengan peristiwa Nabi Yusuf dan isteri perdana menteri Mesir. Barang siapa yang memiliki nafsu ammarah, maka ia tidak lagi dapat menahan diri untuk menjaga kehormatan dirinya. Bahkan seseorang yang terkenal sekalipun akan jatuh dan terhina jika menuruti nafsu ammarah. Orang yang memiliki nafsu ammarah, tidak mampu lagi menjaga diri agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan maksiat. Karena inilah sehingga seseorang yang tidak pernah kita sangka akan melakukan maksiat, tiba-tiba minum arak, punya wanita simpanan, melakukan korupsi dan sebagainya. Hal ini adalah karena nafsu ammarah yang ada di dalam diri.

Nafsu ammarah inilah yang mendorong manusia melakukan kejahatan. Jika berhasil melakukan perbuatan maksiat, barulah terasa puas. Bahkan akhirnya manusia berlomba-lomba dalam perbuatan maksiat. Seseorang yang berada di peringkat nafsu ammarah tidak peduli dengan Akhirat. Ia mudah merasa kecewa tidak tahan dengan ujian. Kadang Allah memanjangkan umurnya agar puas dengan maksiat dan akhirnya dilemparkan ke dalam api Neraka. Orang yang mempunyai nafsu ammarah adalah ahli Neraka. Walaupun ada juga yang mencoba berpura-pura menjadi baik tapi kebaikan itu bertujuan untuk memudahkannya melakukan kejahatan dan mencari keuntungan pribadi.

2. Nafsu Lawwamah

Seseorang yang sudah memiliki kesadaran dan keinsafan akan menyadari bahwa kejahatan itu dosa dan kebaikan itu pahala. Ia ingin berbuat kebaikan tetapi tidak tahan lama. Ketika jatuh dalam kejahatan, ia merasa resah tak tentu arah. Walaupun merasa puas dengan kejahatan tapi hati menderita karena perbuatan itu. Meskipun begitu, terasa sangat berat untuk keluar dari kejahatan.

Terjadi perebutan pengaruh antara nafsu dan akal di dalam dirinya. Nafsu mengajak kepada kejahatan sedangkan akal mengajak kepada kebaikan. Orang yang memiliki nafsu lawwamah belum dapat membuat keputusan untuk berbuat baik baik. Ia seperti daun yang tertiup angin, terbawa ke mana arah saja angin bertiup. Ia belum ada kekuatan untuk meninggalkan maksiat. Setelah berbuat kebaikan, ia masih melakukan berbuat kejahatan. Kadang-kadang ke tempat ibadah, kadang-kadang ke tempat maksiat. Hatinya selalu merintih kepada Allah ketika tidak dapat melawan nafsu sehingga melakukan maksiat dan tidak dapat istiqamah dalam berbuat kebaikan.

3. Nafsu Mulhamah 

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu, jalan kejahatan dan ketaqwaan.” (QS Asy-Syams 8 )

Bagaimanakah rasa hati orang yang memiliki nafsu mulhamah ini? Seseorang yang berada di peringkat ini masih merasa berat ketika akan berbuat amal kebaikan. Jadi ia melakukan amal kebaikan dalam keadaan bermujahadah. Ia sanggup bermujahadah karena sudah mulai dapat merasa takut akan kemurkaan Allah dan neraka. Ketika berhadapan dengan hal-hal maksiat, sebenarnya sebagian dirinya masih rindu dengan hal-hal itu. Tetapi hatinya dapat melawan keinginan-keinginan itu dengan mengingat-ingat nikmat di Syurga.
Seseorang yang memiliki nafsu mulhamah, di dalam hatinya masih banyak mazmumah atau sifat-sifat buruk. Tapi ia sudah dapat mengenali penyakit-penyakit hati yang ada dalam dirinya, hanya saja belum sanggup melawannya. Ia mencoba beribadah dengan sabar.

Apa arti sabar? Sabar adalah menahan perasaan tidak setuju di dalam hati untuk melahirkan rasa setuju. Orang yang memiliki nafsu mulhamah, jika mendapat pujian pasti masih merasa puas, senang dan berbangga. Ibadah yang dilakukan masih belum khusyuk. Bagaimanakah cara untuk melawan penyakit hati yang ada dalam diri orang yang berada di peringkat nafsu mulhamah ini? Karena penyakit-penyakit hati itu didorong oleh nafsu dan syaitan, maka untuk mengelak dari godaan syaitan dan nafsu ada baiknya mengamalkan zikir-zikir dan wirid-wirid tertentu. Syaitan dan nafsu hanya takut pada tuannya saja yaitu Allah. Bila kita berwirid dan berzikir, seolah-olah kita menunjukkan kepada nafsu dan syaitan bahwa Allah sedang melihat kita.

Amal kebajikan yang dilakukan karena Allah, bukan karena manusia, insya Allah amal kebaikan itu akan istiqomah. Jika amal kebaikan dilakukan karena orang lain atau karena guru kita misalnya, hal itu tidak akan tahan lama. Kita hanya akan melakukannya ketika ada orang lain atau ketika ada guru saja. Di belakang mereka boleh jadi kita akan berbuat maksiat. Jadi setiap kebajikan harus dilakukan karena Allah.

Orang yang berada di peringkat nafsu ini perlu dipimpin oleh guru mursyid yang betul-betul dapat mengenal jiwa muridnya dan dapat mengasuh murid-muridnya. Jika penyakit-penyakit hati itu sudah tidak ada lagi, maka sesorang itu akan akan merasakan suatu kemanisan baru dalam hatinya dan akan merasa benci dengan kejahatan. Di waktu itulah ia akan meningkat ke peringkat nafsu yang lebih baik lagi yaitu nafsu Muthmainnah.

3. Nafsu Muthmainnah

Terhadap orang yang memiliki nafsu muthmainnah, Allah berfirman dalam Al Qur’an:

“Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang redha dan diredhai, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Syurga-Ku” (QS Al Fajr 27-30)

Hamba Tuhan yang sebenar-benarnya adalah mereka yang telah sampai ke peringkat nafsu Muthmainnah. Sebelum itu hamba juga, tetapi hamba yang didasarkan kepada dia buat atau dipaksa, bukan atas dasar keredhaan. Orang yang sudah sampai kepada nafsu ini, dia sudah dijamin Syurga.

Bagaimanakah sifat orang-orang yang memiliki nafsu Muthmainnah? Seseorang yang telah berada di peringkat ini, ketika ia dapat melakukan amal kebaikan maka hatinya akan terasa sejuk. Hatinya tenang dan puas. Ia selalu merasa rindu untuk berbuat kebaikan dan senantiasa menunggu datangnya waktu untuk beribadah kepada Allah. Mereka ini disebut sebagai penggembala matahari karena senantiasa menunggu waktu sholat. Hatinya senantiasa merasa rindu dengan Allah. Jika membaca ayat-ayat Allah yang bekaitan dengan Neraka, mereka merasa takut dan cemas. Bahkan ada yang sampai pingsan dan mati. Mereka merasa takut dengan dosa-dosanya, seolah-olah dosa-dosa itu bagaikan gunung akan menimpa kepalanya. Jika berkorban, mereka sanggup berhabis-habisan, barulah terasa puas hatinya. Senantiasa merasa cemas dengan maksiat dan berusaha mencegahnya sekuat tenaga. Doanya mustajab, dengan segera dikabulkan Allah. Rezekinya dijamin oleh Allah. Mereka senantiasa sabar dengan ujian dari Allah dan rasa sabar itu kemudian meningkat menjadi redha kepada Allah. Dengan kesabaran dan keredhaan dalam hati mereka itu maka mereka akan meningkat kepada peringkat nafsu yang kelima yaitu nafsu Radhiah.

4. Nafsu Radhiah

Sifatnya:

Walau hanya terhadap larangan yang kecil, mereka akan meninggalkan perkara yang dilarang itu dengan sungguh-sungguh. Terhadap perkara yang makruh, mereka menganggapnya seolah-olah itu perkara yang haram. Sedangkan terhdap perkara yang sunat, dianggap seolah-olah perkara yang wajib. Kalau tidak melaksanakan hal yang sunat seolah-olah berdosa. Kita dapat mempelajari kisah-kisah mereka. Kadang-kadang jika mereka mendapat musibah seperti kematian anggota keluarganya, mereka berkata “Alhamdulillah”. Dalam sejarah terdapat kisah seorang seorang ibu yang anak-anaknya pergi berperang fi sabilillah. Ketika ada orang yang membawa berita bahwa anaknya telah gugur, ibu itu merasa gembira. Orang-orang yang semacam ini ini sudah mampu menjauhkan diri dari bahkan dari perkara yang syubhat. Apabila diseru kepada perjuangan di jalan Allah, mereka menyambutnya bagaikan menyambut hari raya. Kalau kita perhatikan, takbir hari raya itu adalah takbir yang dikumandangkan para sahabat setalah memeproleh kemenangan pada perang Khandak.

Sebagian dari mereka jika dilarang ke medan perjuangan mereka menangis. Di dalam Al Qur’an mereka disebut dengan “asnabul buka” sebanyak 18 orang. Ketika Rasulullah tidak memiliki cukup kendaraan untuk membawa mereka dalam peperangan Tabuk, mereka menangis siang dan malam. Mereka mengadu kepada Allah, apakah dosa mereka sehingga tidak dipilih ke medan perang. Sampai akhirnya Allah menurunkan wahyu kepada Rasulullah bahwa mereka menangis sepanjang malam karena menyangka mereka berdosa. Mereka begitu cinta dengan mati syahid. Mereka redha terhadap apa yang Tuhan redhai.

Dalam beribadah kepada Allah, mereka bukan sekedar merasakan kelezatan dalam berdoa atau membaca Al Quran, bahkan mereka juga merasakan kelezatan dalam beramal kebaikan. Akhlak mereka terpuji dan mulia di sisi Allah Mereka sanggup memberi maaf kepada orang lain bahkan ketika mereka memliki kekuasaan. Pernah seorang sahabat Rasulullah mengalamu sebuah peristiwa. Sahabat ini yang memiliki hamba sahaya. Suatu hari hamba sahaya itu membawa sebuah wadah yang berisi daging kambing. Tiba-tiba pisau yang berada di atas wadah itu terjatuh dan menimpa kepala anak sahabat tersebut yang sedang merangkak di bawah. Anak itu kemudian meninggal seketika. Karena kejadian itu, hamba sahaya itu ketakutan. Maka, sahabat tadi berkata kepadanya, “Tenanglah kamu. Anak itu milik Allah dan kini Allah telah mengambilnya kembali. Pada hari ini aku memerdekakan kamu.”

Tidak ada seorangpun yang mampu melakukan hal yang demikian kecuali mereka yang memiliki nafsu Radhiah. Mereka akan merasa menderita apabila ada sahabatnya yang terjerumus dalam maksiat. Mereka akan mendoakan sahabat-sahabatnya secara khusus di malam hari agar diselamatkan dari perbuatan maksiat. Mereka juga banyak mendapat pertolongan dari Allah, di antaranya Allah memberikankan firasat yang tajam. Mereka dapat dengan mudah mengenali mana orang yang berbuat maksiat dan mana yang tidak tidak. Mereka dapat dengan mudah memimpin masyarakat karena mereka mengenal sifat-sifat hati manusia. Mereka dapat memberi nasehat-nasehat tepat kepada orang-orang yang mereka didik. Apabila mereka diusir dari masyarakat, maka tunggulah datanganya bala bencana dari Allah. Mereka juga dianugerahi oleh Allah dengan berbagai karamah. Begitu juga dengan kata-kata mereka. Lidahnya masin, apa yang disebut insya Allah akan terjadi.

6. Nafsu Mardhiah

Inilah peringkat nafsu kekasih-keasih Allah atau wali-wali besar. Merka redha kepada Allah dan Allah pun redha kepada mereka.

7. Nafsu Kamilah

Peringkat Nafsu Kamilah adalah peringkat nafsu yang sempurna. Inilah kesempurnaan yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul.

Setelah kita mengetahui di peringkat manakah nafsu kita, marilah kita berupaya meningkatkannya untuk mencapai hati yang selamat dan sejahtera untuk kembali kepada Allah SWT. 

Wednesday, October 9, 2013

Hubungan Linguistik Terapan dengan Pembelajaran Bahasa


Mengenai kaitan linguistik terapan dan pengajaran bahasa, Soenardi menjelaskan sebagai berikut: Analisis ilmiah atas berbagai gejala yang terumuskan menjadi kaidah fonologik, morfologik dan sintaktis diproses menjadi bahan ajar dalam pengajaran bahasa. Hasil pembahasan akademik dan hasil penelitian yang punya bobot teoritik kebahasaan ditransfer menjadi dalil-dalil pemandu pemakaian bahasa yang baik dan benar melalui kegiatan pendidikan bahasa.
Kalau kita umpamakan linguistik dan pengajaran sebagai dua kutub, maka antara dua kutub itu perlu adanya penyambung yang dapat melayani keduanya dengan sebaik-baiknya. Sarana pelayanan itu adalah suatu disiplin baru yang disebut linguistik terapan. Bagi kepentingan pengajaran bahasa linguistik terapan tersebut memusatkan perhatiannya pada:
  1. Butir-butir teoritik yang mempunyai keabsahan kuat dalam linguistik.
  2. Berbagai kemungkinan dan alternatif untuk memandu pelaksanaan pengajaran bahasa. Kemungkinan dan alternatif itu diupayakan agar seiring dan sejalan dengan butir teoritik dalam linguistik.
Secara lebih transparan, Ramelan menjelaskan tentang kegunaan linguistik terhadap pengajaran bahasa, antara lain:
  1. Memberi pijakan tentang prinsip-prinsip pengajaran bahasa asing, termasuk didalamnya pendekatan, metode dan teknik.
  2. Memberi arahan atau pijakan mengenai isi/materi bahasa yang akan diajarkan yang didasarkan pada diskripsi bahasa yang mendetail, termasuk cara mempresentasikan.
Selanjutnya Ramelan menyatakan, jika para linguis struktural percaya akan sumbangan linguistik terhadap pengajaran bahasa, maka linguis transformasional tidak pernah mengklaim demikian. Menurut yang terakhir, linguistik adalah suatu ilmu yang otonom, yang mencoba mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan manusia tanpa mempertimbangkan kemungkinan teori mereka tentang bahasa dapat diterapkan pada pengajaran bahasa. 

Ini mungkin tidak dapat dilepaskan dari sikap Chomsky sendiri (tokoh transformasional), bahkan dia pernah menyatakan dalam suatu konferensi guru-guru bahasa, bahwa seorang linguis tidak pernah bermaksud menyibukkan dirinya dalam persoalan-persoalan pengajaran bahasa (linguists never intended to address themselves to thee problem of teaching a language).
Meskipun demikian, banyak penganut tranformasional yang percaya bahwa aspek kreatif bahasa yang ada pada diri seseorang (salah satu tinjauan aliran ini) dapat diterapkan pada pengajaran bahasa, misalnya dengan melatih siswa untuk menciptakan dan menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa yang sedang mereka pelajari.
Sementara kesepakatan linguis struktural tentang peranan linguistik terhadap pengajaran bahasa, juga tidak terlepas dari sikap Bloomfield. Disamping dia seorang linguis, dia juga seorang yang ahli di bidang pengajaran bahasa. Hal ini ditunjukkan dari perhatiannya yang besar terhadap pengajaran bahasa-bahasa modern. 
Bahkan dia sangat mengkritik penggunaan metode tata bahasa terjemahan (grammar-translation method). Menurutnya tujuan utama pengajaran bahasa asing harus didasarkan pada penguasaan oral bahasa tersebut. Dari sini lahir suatu pendekatan yang terkenal dengan “Oral-Aural Approach”
Pendekatan oral-aural approach bersifat aural, yakni menimbulkan daya tangkap pelajar memahami maksudnya. Sifat oral mengandung makna adanya kegiatan agar pelajar dapat menggunakan bahasa secara lisan dalam pergaulan yang menggunakan bahasa. Dengan kata lain, pendekatan ini melalui pengajaran bahasa dengan mengajarkan kemahiran menyimak atau mendengarkan bunyi bahasa dalam kata atau kalimat dan melatih pengucapannya sebelum pelajaran membaca dan menulis dilakukan. Jadi, urutan pengajaran kemahiran berbahasa adalah menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Tujuan oral-aural approach ini dapat dicapai dengan baik yakni dengan latihan audio-lingual atau latihan pola kalimat. Latihan tersebut dapat dilakukan di laboratorium bahasa. Namun, apabila tidak ada laboratorium tersebut dapat menggunakan tape recorder.
Dari pendekatan inilah muncul beberapa metode dalam pembelajaran bahasa:
Menurut Mackey (1965 :138) metode akan menentukan keberhasilan dan kegagalan pengajaran bahas. dalam buku Language Teaching Analysis.
1) Metode Dan Teori Bahasa
Konsep metode itu dikaitkan dengan pengajaran bahasa, maka ada baiknya dibahas pula kaitan antara konsep metode dengan teori bahasa. Telah diketahui bahwa pengetahuan tentang teori bahasa dapat diperoleh melalui disiplin ilmu yang disebut dengan linguistic. Di dalam disiplin linguistic kita akan memperoleh pengetahuan tentang :
a) Sejarah perkembangan bahasa dan bahasa tertentu
b) Tataran linguistik
c) Aliran linguistik
d) Teori-teori
e) Hubungan linguistik dengan disiplin ilmu yang lain yang menghasilkan neurolinguistik,psikolinguistik,dan sosiolinguistik terapan,
f) Penerapan linguistik yang menghasilkan perian bahasa tertentu atau teori bahasa yang baru
Untuk memproleh perian bahasa atau deskripsi bahasa tertentu itu, kita memerlukan metode. Namun, metode yang dibahas disini, bukan metode seperti itu melainkan metode yang ada. Metode yang dipilih untuk melaksanakan proses belajar mengajar bahan tertentu memerlukan landasan teori kebahasaan tertentu. Dengan kata lain, teori kebahasaan mempengaruhipemilihan metod, tetapi sebaliknya metode yang kita pilih mempengaruhi teori yang digunakan.
Mackey (1965:139) mengatakan bahwa metode didasarkan pada teori kebahasaan tertentu. Misalnya, seorang guru mengajarkan prefiks me- ini berarti, guru tersebut harus menguasai betul morfologi (teori bahasa). Guru akan memilih metode pengajaran bahasayang tepat misalnya . Disini terlihat bahwa , guru bahasa selain dituntut menguasai teori bahas, tetapi juga dituntut menguasai penerapan metode pengajaran bahasa.
2) Metode dan Perian Bahasa
Perian bahasa berisi uraian menyeluruh (atau barangkali juga hanya sebagaian) tentang bahasa tertentu yang biasanya disebut struktur bahasa itu. Struktur ini dimaksud, yakni tata bunyinya (fonologi), tata bentuknya morphologi), dan tata kalimanya (syntak). Struktur inilah yang akan diberikan siterdidik. Tujuannya, ialah agar siterdidik segera terampil menggunakan unsur struktur ini dalam pemakaian bahasa.
3) Metode Dan Pengajaran
Metode dapat dibagi menjadi dua bagian besa, yakni metode pengajaran umum, dan metode pengajaran bahaa. Surachman (1959:38-145) menyebutkan 7 metode pengajaran pada umumnya yaitu : ceramah, Tanya jawab, diskusi,pemberian tugas,belajar resitasi, demontrasi dan eksprimen, belajar kelompok, dan sosiodrama bermain peran. Engkoswara (1984:45-62) hanya menyebut 4 metode: ceramah, diskusi, karya wisata, dan metode sosiodrama.
Tapi metode pengajaran bahasa yang akan dibahas di sini mengacu kepada metode yang di kemukakan oleh Mackey (1965:151-155), yakni:
1. Metode Langsung (Ath-thariqah Al –Mubassyarah)
Menurut Mackey (1965:151-152) cir utama metode ini ialah :menggunakan struktur dan kosa kata yang biasa di gunakan sehari-hari, tata bahasa yang diajarkan dengan memperhatikan situasi,menggunakan banyak butir baru dalam pengajaran yang sama untuk membuat alamiyah bunyi bahasa yang pada gilirannyamemperkaya penggunaan nya dalam percakapan biasa.
Adapun dari segi kekutan dan kelemahannya.
Kekuatan:
Pelajar terampil menyimak dan berbicara. Pelajar menguasai pelafalan denganbaik seperti atau mendekati penutur asli. Pelajar mengetahui banyak kosa katadan pemakaiannyadalam kalimat.
Kelemahannya:
Pelajar lemah dalam kemampuan membaca pemahaman karna materi dan latihan ditekankan pada bahasa lisan. Memerlukan guru yang idealdari segi ketrampilan berhasadan kelincahan dalam penyajian pelajaran. Tidak bisa dilaksanakan dalam kelas besar.
2. Metode Alamiah
Menurut Mackey (1965:152) metode ini berciri :
a) Pengajaran llangsung kepada benda atau digunakan gambar.
b) Kata-kata baru diajarkan berdasarkan pengetahuan siterdidik mengenai kata lama.
c) Kesalahan berbahasa segera diberi diberitahukan.
d) Tidak ada terjemahan.
Keunggulan metode ini adalah si terdidik belajar seperti bahasa ibunya, si terdidik dapat langsung menghayati benda,sifat atau proseskarena langsung diperhatikan atau gambar.
3. Metode Psikologi
Menurut Mackey 91965 : 152) ciri utama metode ini adalah :
a) Benda, diagram,gambar digunakan untuk menimbulkan imaji mental terhadap kata yang diajarkan.
b) Kosa kata disusun kedalam kelompok-kelompok berdasarkan jenis kalimat idiomatic yang berkaitan dengan bahan yang sssedang diajarkan.
c) Tiap kelompok merupakan satu pokokbahasan.
d) Pelajaran dibagi atas bab dan subbab.
e) Pelajaran bersifat oral pada mulanya, lalu ,menngunakan buku.
f) Bahasa sehari-hari dihindari meskipun tidak dilarang.
Keunggulan metode ini,adalah si terdidik langsung menghubungkannyadengan aktivitas mental sehingga bahan yang diajarkan sukar dilupakan, si terdidik terhindar dari pengaruh bahasa ibu.
4. Metode Fonetik
Metode ini dikenal juga dengan metode oral. Metode memulai dengan telinga, lalu ke ucapan yang berturut-turutdari bunyi bahasa (fonem), kata, frase, dan kalimat. Langkah berikutnya, yakni menghubungkannya dengan percakapan dan cerita.Keunggulan metode ini adalah si terdidik terbiasa melafalkan bahasa yang dipelajari secara tepat.
5. Metode Membaca
Tujuan utmanya yakni si terdidik memiliki ketrampilan pengetahuan membaca. Teks di bagi atas jenis tertentu yang didahului oleh daftar kata yang akan diajarkan melalui wacana, terjemahan atau atau dengan menggambarkannya. Setelah tahap kosa kata tertentu dicapai, bahan tambahan berupa cerita atau novel mulai diperkenalkan dengan makasud agar si terdidik menguasai kosa kata. Segi kekuatan dan kelemahan
Kekuatan :
a) Pelajar terlatih memahami bacaan dengan analisis, tidak melalui penerjemahan.
b) Pelajar mengusai kosa katadengan baik.
c) Pelajar memahami penggunaaan tatabahasa
Kelemahan
a) Pelajar lemah dalam ketrampilan dalam membaca nyaring.
b) Pelajar tidak terampil dalam menyimak dan berbicara
c)Pelajar kurang terampil dalam mengarang bebas
6. Metode Tata Bahasa
Pada metode ini, kaidah yang menjadi pusat perhatian. Kaidah tata bahasa dipelajari melalui kata-kata. Pengetahuan kaidah lebih daripada pemakaian bahasa. Dalam metode ini tidak ada latihan lafal. Keunggulan metode ini, yakni dengan pengetahuan kaidah si terdidik dapat meramalkan bentuk yang muncul.
7. Metode Terjemahan
Pengertian terjemahan dan jenis-jenis terjemahan . Newmark (1985:5) mengatakan bahwa terjemahan adalah proses memadankan konsep kata, frase,dan kalimat yang terdapat pada teks bahasa yang lain. Adapun jenis- jenis terjemahan menurutnya adalah: terjemahan yang menekankan pada bahasa sumber dan terjemahan yang menekankan pada bahasa sasaran.
Menurut Mackey (1965:153) metode ini dapat digunakan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran dan sebaliknya. Langkah yang ditempuh, yakni cerita dibagi atas bagian-bagian tertentu, tiap bagian diikuti dengan pertanyaan dan diikuti oleh sejumlah latihan trjemahan dari dari bahasa sumber ke bahasa sasara, dan demikian sebaliknya. Dasar yang digunakan dalam metode terjemahan ini, yakni penguasaan bahasa yang sedang dipelajari dapat dicapai melalui terjemahan dari bahasa ibu atau sebaliknya. Selain itu, metode ini didasarkan pada persefsi bahasa melalui pemusatan perhatian pada kata yang biassa disebut Lexical Analogi Hypothesis, yakni bahwa bahasa asing sama dengan bahasa ibu, yang berbeda yang berbeda adalah kata-katanya (lihat Atmodarsono 1984:59).
Keunggulan metode ini adalah praktis, tidak banyak mengeluarkan biaya dan tenaga, dan pengetahuan tentang kosa kata segera dicapai. Si terdidik langsung bisa membedakannya dengan bahasa ibunya.
8. Metode Tata Bahasa- Terjemah
Metode ini adalah kombinasi antra tata bahasa dan terjemahan. Metode ini biasadisebut metode tradisional (lihat Els,dkk,1977,;45). Metode ini menekankan pengajaran tata bahasa sasara, dan teknik praktek utamanya adalah terjemahan dari dank e dalam bahasa sasaran (lihat Hamied, 1987:114). Menurut Mackey (1965:153, cirri-ciri metode ini:
a) Tatabahasa yang diajarkan adalah tata bahasa formal.
b) Kosa kata yang digunakantergantung pada teks atau bacaan yang telah dipilih
c) Pelajaran dimulai dengan kaidah-kaidah, lalu kosa kata tanpa konteks, dan kemudian terjemahan
d) Kosa kata dibagi ke dalam daftar kata untuk diingat
Keunggulan metode iini adalah si terdidik mendapat bekal kaidah bahasa yang dipelajari dan memahami sejumlah kosa kata. Dengan memahami kaidah bahasa yang diikuti oleh pemahaman terhadap kosa kata, praktek berbahasa dapat lebih mudah dilaksakan.
9. Metode Elektik (Ath-tari:qah Al -intiqa :iyyah)
Metode elektik disebut juga metode campuran, yakni metode campuran dari unsur yang ada dalam metode langsung dan metote tata bahasa-Terjemahan. Metode ini disebut juga metode sktif di Francis (lihat macke, 1965:154, djunaidi,1987:38).
Keterampilan bahasa disuguhkan dengan urutan, berbicar, menulis, memahami, dan membaca. Aktivitas berbahasa termasuk termasuk didalamnya praktek berbahasa, membaca nyaring, bertanya dan menjawab. Latihan menerjemahkan, pelajaran tata bahasa secara dedukti, dan alat peraga digunajkan pula metode ini.
Metode elektik bisa menjadi metode yang ideal apabila didukung oleh penguasaan guru secara memadai terhadap berbagai macam metode, sehingga dapat mengambil secara tepat segi-segi kekuatandari setiap metode dan menyusaikannya denagan kebutuhan program pengajaran yang ditanganinya, kemudian menerapkannya secara proporsional.
10. Metode Unit
Metode ini merupakan penerapan system mengajar , menurut Herbart yang terdiri dari lima langkah yakni: persiapan si terdidik, penyuguhan bahan, bimbingan melalui induks, penarikan kesimpulan generalisasi, penerapan (lihat Mackey,1965:154; Djunaidi,1987:38). Langkah ini dapat ditrerapkan pada semua tingkat.
Keunggulan metode ini adalah siterdidik menemukan sendiri kaidah-kaidah itu dibawah bimbingan gur. Unsur demokrasi diperhatikan pulakarena bahan yang dipelajari dipilih secara suara bulat dikela. Disamping itusi terdidik mendapat latihan yang banyak yang memungkinkan mereka untuk kreati. Si terdidik tidak akan melupakan bahasa ibunya karena bahan mereka dipersiapkan dalam bahasa ibu meereka.
11. Metode Kontrol bahasa
Metode kontrol bahasa atau metode pembatasan bahasa dalah metode yang mengadakan pembatasan dan gradasi terhadap kosaa kata dan kalimat yang akan diajarkan (lihat Mackey,1965:154; Djunaida,1987:39).
Pembatasan ini dapat didasarkan pada studi tentang frekuwensi kata atau butir-butir yang beerguna. Makna dapat diajarkan melalui pembatasan aktivitas dan gamba, atau melalui peragaan bendanya atau visualisasi. Metode ini dapat disamakan dengan metode langsung, tetapim semua harus dipolakan dan terkontrol/dibatasi.
Keunggullan metode ini, yakni si terdidik tidak akan mempelajari kata dan kalimat yang tidak perlu, sebab hanya kata dan kalimat yang berfrekuwensi tinggi dalam pemakaian sehari-hari yang akan dipelajari.
12. Metode Memorisasi- Mimikri
Metode ini bisa juga disebut metode drill informant. Pengajaran dibagi atas demontrasi dan latihan atau drill.bahan yang di demontrasikan yakni tata bahasa, lafal dan kosa kat, baik yang dilaksakan oleh guru sendiri maupun oleh informan.
Keunggulan metode ini, adalah si terdidik mengulang pelajaran dan frekuensi latihan yang memadai yang memungkinkan si terdidik tidak mudah nelupakan pelajaran.
13. Metode Praktik- Teori
Metode ini mendahulukan praktik daripada teori (lihat Mackey,1965:155; DJUnaid,1987,39). Pola kalimat yang diajarkan dilaksakan dengan jalan mengulang-ulan, menirukan informan atau melalui rekaman. Kalimat- kalimat tadi lalu dianalisis secara fonetisdan structural kemudian I terdidik dimanta untuk memperluas atau membuat kalimat baru berdasarkan pola kalimat yang diajarkan.
Keunggulan metode nin adalah si terdidik memulinya dengan praktek. Teori akan ditemukan berdasarkan praktek.selain itu si terdidik beroleh kesempatan banyak untuk berlatih dan menciptakan kalimat baru sehingga Pola kalimat yang telah diajarkan tidak mudah dilupakan.
14. Metode Kognat
Dasar metode ini yakni kognat atau kemiripan antara bahasa yang sedabg dipelajari dengan bahasa ibu. Itu sebabnya si tedidik yang menerapkan metode ini memulainya dengan mempelajari kemiripan bentuk dan makna kosa kata dalam bahasa yang dipelajari dengan bahasa ibu.kata-kata itu digunakan dalam bahasa lisan dan latihan mengarang. Metode ini mirip dengan pendekatan analisis konstruktif.
Keunggulan metode ini, yakni si terdidik dapat membandingkan secara langsung kosa kata yang dipelajari dengan bahasa ibunya.
15. Metode dua bahasa
Metode ini mirip dengan metode kognat, yakni metode yang mendasarkan pada asumsi perbedaan dan persamaaan antara bahasa yang sedang dipelajari dengan bahasa ibu (lihat Mackey, 1965: 155). Yang diajarkan bukan saja kemiripan dan perbedaan kosa kata, tetapi juga fone, dan kalimat antara kedua bahasa itu.
Keunggulan metode ini adalah si terdidik dapat mengasosiasikan dengan bahasa ibunya sehingga kata atau pola kalimat yang diajarkan tidak mudah dilupakan.
16. Metode Audiolingual
Metode Audiolingual sering di sebut pendekatan dengar-ucap (Aural-Oral Approach) atau metode meniru menghapal (The Mimicry-Memorization Methode) atau metode informant-Drill.Metode ini mendasarkan teorinya pada aliran linguistik strukturaldan psikologi behaviorisme yang terkenal edngan teori stimulus-respon yang konsenya berasal dariseorang linguisyang bernama Bloomfield dan seorang psikolog bernama Skinner. Berdasarkan teori itu, teknik pelaksanaan metode audiolingualyakni dengan cara memberikan latihan (drill) dan latihan pola (pattem practice) (lihat purwo,dalam Dardjowijojo. Peny. 1988:228; Atmodarsono,1984; 61). Itu sebabnya latihan yang intensef dalam keterampilan berbicara dan menyimak dengan cara bercakap-caka,menghafal, dan latihan pola menjadiciri utama metode ini.
17. Metode Berlitz
Metode ini berasal dari penganjurnya yang bernama Maximilian Berlizt. Metode ini sama dengan prinsip dasar metode langsung (Mackey,1965;148).ciri umum metode, adalah :
a) Bahan didasarkan pada frase dan kosa kata yang digunakan dalam percakapan sehri-sehari
b) Si terdidik selalu dibawa pada pikiran yang diungkapkan dalam bahasayang sedang diajarkan
c) Bahasa ibu tidak digunakan
d) Kata benda diajarkan melalui pengamatan bendanya, tiruan atau gambarnya
e) Kata-kata yang bersifat abstrak dilaksakan dengan jalan demontrasi
Keunggulan metode ini, yakni si terdidik langsun menghayalti bahasa yang digunakan dalm kehidupan sehari-hari.
18. Metode realis
Metode realis (Realis Method) berdasarkan prinsipbahwa mempelajari bahasa harus sebagaimana tingkah laku berbahasa yang sesungguhnya. Itu sebabnya cirri methode ini, ialah :
a) Basa dipandang sebagai reaksi terhadap alam sekitar. Reaksi yang dimunculkan manusia akan berupa bahasa verba, bahasa nonverbal, bahasa nonverbaaldan bunyi-bunyj pernyataan yang lain.
b) Penggunaan bahasa harus sesui dengan tingkah laku berbahasa yang sesungguhnya.
c) Penyusunan bahan di lakukan atas kerja sama antara ahli bahasa dengan guru bahasa. Bahkan disajikan dalam  bentuk percakapan.
Keunggulan metode ini adalah si terdidik langsung menghayati penggunaan bahasa yang sesui dengan tinggkah laku berbahasa yang sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih jelasnya hubungan linguistik terapan dengan pembelajaran bahasa digambarkan sebagai berikut:
GURU BAHASA                                 BAHAN                                 PELAJAR
Linguistik Terapan         Teori                Pengajaran Bahasa                  Tuntas Berbahasa
AHLI BAHASA                                  BAHAN                                 PEMERIAN BAHASA
Linguistik Umum           Teori                Analisis Bahasa                        Pemerian Bahasa
Jadi, hubungan linguistik terapan dengan pembelajaran bahasa, karena adanya teori atau metode seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.