Monday, October 31, 2011

Kasampurnan Ala Serat Pangracutan

Serat Kekiyasanning Pangracutan adalah salah satu buah karya sastra Sultan Agung Raja Mataram antara (1613-1645). Serat Kekiyasaning Pangracutan ini juga menjadi sumber penulisan Serat Wirid Hidayat Jati yang dikarang oleh R.Ng Ronggowarsito karena ada beberapa bab yang terdapat pada Serat kekiyasanning Pangrautan terdapat pula pada Serat Wirid Hidayat Jati. Pada manuskrip huruf Jawa Serat kekiyasanning Pangracutan tersebut telah ditulis kembali pada tahun shaka 1857 / 1935 masehi.



ILMU KESAMPURNAAN

Ini adalah keterangan Serat tentang Pangracutan yang telah disusun Baginda Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma Panatagama di Mataram atas perkenan beliau membicarakan dan temu nalar dalam hal ilmu yang sangat rahasia, untuk mendapatkan kepastian dan kejelasan dengan harapan dengan para ahli ilmu kasampurnaan.


Adapun mereka yang diundang dalam temu nalar itu oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma Panatagama adalah:
1. Panembahan Purbaya
2. Panembahan Juminah
3. Panembahan Ratu Pekik di Surabaya
4. Panembahan Juru Kithing
5. Pangeran Kadilangu
6. Pangeran Kudus
7. Pangeran Tembayat
8. Pangeran Kajuran
9. Pangeran Wangga
10. Kyai Pengulu Ahmad Kategan

1. Berbagai Kejadian Pada Jenazah 
Adapun yang menjadi pembicaraan, beliau menanyakan apa yang telah terjadi setelah manusia itu meninggal dunia, ternyata mengalami bermacam-macam kejadian pada jenazahnya.

1) Ada yang langsung membusuk
2) Ada pula yang jenazahnya utuh
3) Ada yang tidak berbentuk lagi, hilang bentuk jenazah
4) Ada pula yang meleleh menjadi cair
5) Ada yang menjadi mustika (permata)
6) Istimewanya ada yang menjadi hantu
7) Bahkan ada yang menjelma menjadi hewan

Masih banyak pula kejadiannya. Lalu bagaimana hal itu dapat terjadi dan apa yang menjadi penyebabnya? Adapun menurut para pakar setelah mereka bersepakat disimpulkan suatu pendapat sebagai berikut : Sepakat dengan pendapat Sultan Agung bahwa manusia itu setelah meninggal keadaan jenazahnya berbeda-beda itu adalah merupakan suatu tanda karena ada kelainan atau salah kejadian (ketidak-wajaran). Pada waktu masih hidup berbuat dosa, setelah menjadi mayat pun akan mengalami sesuatu masuk ke dalam alam penasaran. Karena pada waktu pada saat memasuki proses sakaratul maut, hatinya menjadi ragu, takut, kurang kuat tekadnya, tidak dapat memusatkan pikiran untuk menghadapi maut. Maka ada berbagai bab dalam mempelajari ilmu ma’rifat, seperti berikut ini:

1. Pada waktu masih hidupnya, siapapun yang senang tenggelam dalam hal kekayaan dan kemewahan, tidak mengenal tapa brata, setelah mencapai akhir hayatnya jenazahnya akan menjadi busuk dan kemudian menjadi tanah liat. Sukmanya melayang gentayangan dan dapat diumpamakan bagaikan rama-rama tanpa mata sebaliknya. Namun bila pada saat hidupnya gemar mensucikan diri lahir maupun batin, hal tersebut tidak akan terjadi.

2. Pada waktu masih hidup bagi mereka yang kuat pusaka (gemar mengkoleksi pusaka) tanpa mengenal batas waktunya, bila tiba saat kematiannya maka mayatnya akan teronggok menjadi batu dan membuat tanah perkuburannya itu menjadi sanggar. Adapun rohnya akan menjadi danyang semoro bumi. Walaupun begitu, bila semasa hidupnya mempunyai sifat nrima atau sabar artinya makan tidur tidak bermewah-mewah cukup seadanya dengan perasaan tulus lahir batin kemungkinan tidaklah mengalami kejadian seperti di atas.

3. Pada masa hidupnya seseorang yang menjalani lampah (lelaku) tidak tidur tanpa ada batas waktu tertentu (begadang), pada umumnya disaat kematiannya kelak maka jenazahnya akan keluar dari liang lahatnya karena terkena pengaruh dari berbagai hantu yang menakutkan. Adapun sukmanya menitis pada hewan. Namun bila pada masa hidupnya disertai sifat rela, bila meninggal tidak akan keliru jalannya.

4. Siapapun yang tidak bisa mencegah nafsu syahwat atau hubungan seks tanpa mengenal waktu, pada saat kematiannya kelak jenazahnya akan lenyap melayang masuk ke dalam alamnya jin, setan, dan roh halus lainnya. Sukmanya sering menjelma menjadi semacam benalu atau menempel pada orang seperti menjadi gondoruwo dan sebagainya yang masih senang mengganggu wanita. walaupun begitu bila mada masa hidupnya disertakan sifat jujur tidak berbuat mesum, tidak berzinah, bermain seks dengan wanita yang bukan haknya, semuanya itu tidak akan terjadi.

5. Pada waktu masih hidup selalu sabar dan tawakal dapat menahan hawa nafsu berani dalam lampah (lelaku) dan menjalani mati dalamnya hidup (sering bertafakur/semedi), misalnya mengharapkan janganlah sampai berbudi rendah, dengan tutur kata sopan, sabar dan sederhana, semuanya tidak belebihan dan haruslah tahu tempat situasi dan kondisinya, yang demikian itu pada umumnya bila tiba akhir hayatnya maka keadaan jenazahnya akan mendapatkan kemuliaan sempurna dalam keadaannya yang hakiki. Kembali menyatu dengan zat yang Maha Agung, yang dapat menghukum dapat menciptakan apa saja ada bila menghendaki datang menurut kemauannya. Apalagi bila disertakan sifat welas asih, akan abadilah menyatunya Kawulo Gusti. Oleh karenanya bagi orang yang ingin mempelajari ilmu ma’arifat haruslah dapat menjalani: Iman, Tauhid dan Ma’rifat.

2. Berbagai Jenis Kematian 

Ketika itu Baginda Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma merasa senang atas segala pembicaraan dan pendapat yang telah disampaikan tadi. Kemudian beliau melanjutkan pembicaraan lagi tentang berbagai jenis kematian yakni

- Mati Kisas
- Mati kias
- Mati sahid
- Mati salih
- Mati tewas
- Mati apes

- Mati Kisas, adalah jenis kematian karena hukuman mati. Akibat dari perbuatan
orang itu karena membunuh, kemudian dijatuhi hukuman karena keputusan
pengadilan atas wewenang raja atau pemerintah.
- Mati Kias, adalah jenis kematian yang diakibatkan suatu perbuatan misalnya:
nafas atau mati melahirkan.
- Mati Syahid, adalah suatu jenis kematian karena gugur dalam perang, dibajak,
dirampok, disamun.
- Mati Salih, adalah suatu jenis kematian karena kelaparan, bunuh diri karena
mendapat aib atau sangat bersedih.
- Mati Tiwas, adalah suatu jenis kematian karena tenggelam, disambar petir, tertimpa
pohon, jatuh memanjat pohon, dan sebagainya.
- Mati Apes, adalah suatu kematian karena ambah-ambahan, epidemi karena santet atau
tenung dari orang lain. Yang demikian itu benar-benar tidak dapat sampai pada
kematian yang sempurna atau kesedan jati bahkan dekat sekali pada
alam penasaran.

Bertanya Sultan Agung: “Sebab-sebab kematian yang mengakibatkan kejadiannya itu apakah tidak ada perbedaannya antara yang berilmu dengan yang bodoh? Andaikan yang menerima akibat dari kematian seorang pakar ilmu mistik, mengapa tidak dapat mencabut seketika itu juga?”

Dijawab oleh yang menghadap : “Yang begitu itu mungkin disebabkan karena terkejut menghadapi hal-hal yang tiba-tiba. Maka tidak teringat lagi dengan ilmu yang diyakininya dalam batin yang dirasakan hanyalah penderitaan dan rasa sakit saja. Andaikan dia mengingat keyakinan ilmunya, mungkin akan kacau dalam melaksanakannya tetapi kalau selalu ingat petunjuk-petunjuk dari gurunya maka kemungkinan besar dapat mencabut seketika itu juga.

Setelah mendengar jawaban itu Sultan Agung merasa masih kurang puas dan bertanya, sebelum seseorang terkena bencana apakah tidak ada suatu firasat dalam batin dan pikiran, kok tidak terasa kalau hanya begitu saja beliau kurang sependapat oleh karenanya beliau mengharapkan untuk dimusyawarahkan sampai tuntas dan mendapatkan suatu pendapat yang lebih masuk akal.

Kyai Ahmad Katengan menghaturkan sembah: “Sabda paduka adalah benar, karena sebenarnya semua itu masih belum tentu, hanyalah Kangjeng Susuhunan Kalijogo sendiri yang dapat melaksanakan ngracut jasad seketika, tidak ada yang dapat menyamainya."

3. Wedaran Angracut Jasad 

Adapun Pangracutan Jasad yang dipergunakan Kangjeng Susuhunan Kalijogo, penjelasannya telah diwasiatkan pada anak cucu seperti ini caranya:
“Badan jasmaniku telah suci, kubawa dalam keadaan nyata, tidak diakibatkan kematian, dapat mulai sempurna hidup abadi selamanya, di dunia aku hidup, sampai di alam nyata (akherat) aku juga hidup, dari kodrat iradatku, jadi apa yang kuciptakan, yang kuinginkan ada, dan datang yang kukehendaki”.

4. Wedaran Menghancurkan Jasad 

Adapun pesan beliau Kangjeng Susuhunan di Kalijogo sebagai berikut : “Siapapun yang menginginkan dapat menghancurkan tubuh seketika atau terjadinya mukjizat seperti para Nabi, mendatangkan keramat seperti para Wali, mendatangkan ma’unah seperti para Mukmin Khas, dengan cara menjalani tapa brata seperti pesan dari Kangjeng Susuhunan di Ampel Denta adalah
- Menahan Hawa Nafsu, selama seribu hari siang dan malamnya sekalian.
- Menahan syahwat (seks), selama seratus hari siang dan malam
- Tidak berbicara, artinya membisu, dalam empat puluh hari siang dan malam
- Puasa padam api (patigeni), tujuh hari tujuh malam
- Jaga, (tidak tidur) lamanya tiga hari tiga malam
- Mati raga, tidak bergerak lamanya sehari semalam.

Adapun pembagian waktunya dalam lampah seribu hari seribu malam caranya :

1. Manahan hawa nafsu, bila telah mendapat 900 hari lalu teruskan dengan
2. Menahan syahwat, bila telah mencapai 60 hari, lalu dirangkap juga dengan
3. Membisu tanpa berpuasa selama 40 hari, lalu lanjutkan dengan
4. Puasa pati selama 7 hari tujuh malam, lalu dilanjutkan dengan
5. Jaga, selama tiga hari tiga malam, lanjutkan dengan
6. Pati raga selama sehari semalam.

Adapun caranya Pati Raga tangan bersidakep kaki membujur dan menutup sembilan lobang tubuh (babagan howo songo), tidak bergerak-gerak, menahan tidak berdehem, batuk, tidak meludah, tidak berak, tidak kencing selama sehari semalam tersebut. Yang bergerak tinggallah kedipnya mata, tarikan nafas, anapas, tanapas, nupus, artinya tinggal keluar masuknya nafas, yang tenang jangan sampai bersengal-sengal campur baur.

Perlunya Pati Raga 

Baginda Sultan Agung bertanya : “Apakah manfaatnya Pati Raga itu ?”
Kyai Penghulu Ahmad Kategan menjawab : “Adapun perlunya pati raga itu, sebagai sarana melatih kenyataan, supaya dapat mengetahui pisah dan kumpulnya Kawula Gusti, bagi para pakar ilmu kebatinan pada jaman kuno dulu dinamakan Meraga Sukma, artinya berbadan sukma, oleh karenanya dapat mendakatkan yang jauh, apa yang dicipta jadi, mengadakan apapun yang dikehendaki, mendatangkan sekehendaknya, semuanya itu dapat dijadikan suatu sarana pada awal akhir. Bila dipergunakan ketika masih hidup di Dunia ada manfaatnya, begitu juga dipergunakan kelak bila telah sampai pada sakaratul maut.

Hakekat HA NA CA RA KA



HA = Hana hurip wening suci
         (Adanya hidup adalah kehendak yang Maha Suci)

NA = Nur candra,gaib candra,warsitaning candara
         (harapan manusia hanya selalu ke sinar Ilahi)

CA = Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi
         (satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal)

RA = Rasaingsun handulusih
         (rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani)

KA = Karsaningsun memayuhayuning bawana
         (hasrat diarahkan untuk kesejahteraan alam)

DA = Dumadining dzat kang tanpa winangenan
         (menerima hidup apa adanya)

TA = Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa
         (mendasar ,totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang       hidup)

SA = Sifat ingsun handulu sifatullah 
         (membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan)

WA = Wujud hana tan kena kinira
          (ilmu manusia hanya terbatas namun bisa juga tanpa batas)

LA  = Lir handaya paseban jati 
         (mengalirkan hidup semata pada tuntunan Ilahi)

PA  = Papan kang tanpa kiblat 
          (Hakekat Allah yang ada di segala arah)

DhA = Dhuwur wekasane endek wiwitane 
           (Untuk bisa di atas tentu dimulai dari dasar)

JA  = Jumbuhing kawula lan Gusti
         (selalu berusaha menyatu -memahami kehendakNya)

YA  = Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi
          (yakin atas titah /kodrat Ilahi)

NYA = Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki 
           (memahami kodrat kehidupan)

MA  = Madep mantep manembah mring Ilahi 
          (yakin - mantap dalam menyembah Ilahi)

GA  = Guru sejati sing muruki 
         (belajar pada guru sejati)

BA  = Bayu sejati kang andalani 
         (menyelaraskan diri pada gerak alam)

THA = Tukul saka niat 
         (sesuatu harus tumbuh dari niat)

NGA = Ngracut busananing manungso 
         (melepaskan egoisme pribadi-manusia)

Saturday, October 22, 2011

matematika dan perubahan musim


Di pelajaran Fisika dan geografi kita belajar bahwa di beberapa bagian bumi ini memiliki empat musim (musim panas, musim gugur, musim semi dan musim dingin) dan ada juga yang hanya memiliki dua musim (musim hujan dan musim kemarau). Tetapi saat ini saya hanya akan membahas peristiwa terjadinya empat musim. Apakah yang sebenarnya menyebabkan adanya pergantian musim tsb?
Pergantian musim di suatu daerah dipengaruhi oleh banyaknya sinar matahari yang diterima oleh wilayah tsb, silakan ditengok di sini . Banyaknya sinar matahari di sini diukur dari durasi matahari menyinari wilayah tsb. Jadi suatu daerah akan mengalami musim panas jika durasi matahari bersinar lama, sedangkan durasi siang yang pendek akan berimbas pada terjadinya musim dingin.
Bagaimana matematika bisa berbicara tentang pergantian musim?
Matematika yang digunakan dalam konteks astronomi adalah geometri dan trigonometri; yaitu spherical geometry dan spherical trigonometry (sphere = bola). Langkah awal dalam matematika – astronomi adalah mengkonstruksi celestial sphere, yaitu suatu bola maya di alam semesta di mana bumi merupakan pusat bola tsb. Pemilihan bumi sebagai pusat celestial sphere bukan karena bumi merupakan pusat tata surya, tetapi karena bumi merupakan posisi pengamat.
Sebelum pembahasan lebih lanjut silakan disimak gambar berikut:
season.jpg
(Berhubung sedang malas menggambar maka gambar saya scan dari buku “Spherical Astronomy” karangan W.M. Smart dari Cambridge University)
Seperti telah disebutkan di awal bahwa pergantian musim tergantung pada banyaknya (lamanya) sinar matahari. Pada gambar di atas lingkaran ecliptic adalah perubahan-perubahan posisi  matahari relatif terhadap bumi (INGAT…bukan posisi matahari mengelilingi bumi. Beda lho…). Seperti terlihat pada gambar di atas, posisi matahari dan bumi senantiasa berubah sepanjang tahun dan pada bulan Juni dan Desember matahari berada pada posisi terjauh dari ekuator (bukan terjauh dari bumi lho). Mohon diingat ekuator pada gambar di atas bukanlah ekuator bumi tetapi ekuator celestial sphere (yaitu bidang orbit bumi mengelilingi matahari) karena bumi pada gambar di atas adalah titik Esebagai pusat celestial sphere. Perbedaan posisi matahari terhadap ekuatorcelestial sphere menyebabkan sudut arah pancar sinar matahari terhadap ekuator bumi juga berubah-ubah. Perubahan dan perbedaan posisi matahari menyebabkan adanya sudut deklinasi, yaitu kemiringan arah sinar matahari yang jatuh di permukaan bumi terhadap ekuator bumi. Besarnya sudut deklinasi matahari pada bulan Juni adalah 23o27′ sedangkan pada bulan Desember adalah sebaliknya, yaitu – 23o27′. Informasi tentang sudut deklinasi bisa dilihatdi sini.
Tambahan untuk menghindari kesalahan persepsi:
Mungkin rekan-rekan sudah akrab dengan kemiringan poros bumi sebesar 23,5o. Sudut sebesar 23,5o tersebut disebut sudut inklinasi bumi, yaitu sudut antara poros bumi dengan bidang orbit bumi.
Sedangkan sudut yang akan saya pakai selanjutnya dalam tulisan di sinibukanlah sudut inklinasi bumi tetapi sudut DEKLINASI matahari. Lalu apa bedanya sudut inklinasi dan sudut deklinasi?
Tentang definisi deklinasi dan inklinasi sudah saya tulis di atas, tetapi untuk lebih jelasnya begini…
Sebenarnya munculnya deklinasi dan inklinasi itu disebabkan oleh fenomena alam yang sama, yang menyebabkan munculnya dua sudut yang berbeda tsb hanyalah sudut pandang saja. Sudut inklinasi bisa dilihat sebagai bumi relatif terhadap bidang orbit bumi, sedangkan sudut deklinasi bisa dilihat sebagaimatahari relatif terhadap ekuator bumi.
Lalu kenapa saya lebih memakai sudut deklinasi, bukannya sudut inklinasi?
Saya memakai sudut deklinasi karena saya menggunakan pendekatan matematika astronomi dalam membahas masalah musim ini. Dalam matematika astronomi sekali lagi kita menggunakan celestial sphere (silakan dilihat lagi di atas) dan kita lebih menggunakan sudut deklinasi karena dalam celestial sphere bumi adalah pusat bola sehingga kita tdk memakai sudut yang dimiliki bumi itu sendiri (yaitu inklinasi) tetapi kita memakai sudut yang dibentuk titik-titik pada bola tsb (misal matahari, bintang atau planet lain) terhadap bumi sebagai pusat; yaitu sudut deklinasi.
Selain itu sepertinya sudah banyak yang membahas pergantian musim dengan menggunakan sudut inklinasi, jadi saya ingin tampil beda hehehe…
*************************
Sekarang mari kita menghitung durasi siang….
Durasi siang dirumuskan sebagai 2H, dimana H (dalam satuan jam) adalah sudut-sudut yang terbentuk pada interval antara jam 0 dan jam 12. Karena durasi satu hari adalah 24 jam, maka sudut terbesar pada interval jam 0 dan 12 adalah 180o (karena 24 jam berarti 360o).
Besarnya nilai H diperoleh dengan menggunakan rumus berikut:
rumus.jpg
Sekadar contoh perhitungan, maka saya pilih kota Utrecht:
Kota Utrecht memiliki koordinat posisi 52,083o Lintang Utara dan 5,13o Bujur Timur (selanjutnya ordinat garis busur tidak dibutuhkan dalam perhitungan).
Musim Panas:
Pada tanggal 21 Juni deklinasi sebesar 23o27′ , sehingga setelah nilai latitude Utrecht dan deklinasi dimasukkan ke rumus maka akan diperoleh nilai cos H = – 0,55.
Nilai cos H = -0,55 maka besar sudut H adalah 123,5o yang berarti nilai H adalah 8,233 jam.
Berarti pada tanggal 21 Juni matahari akan bersinar di atas kota Utrecht selama 2 x 8,233 jam, yaitu 16, 466 jam.
Durasi siang yang mencapai 16,466 jam cukup membuat kota Utrecht berlimpah cahaya matahari berimbas pada terjadinya musim panas, lebih tepatnya 21 Juni secara teoritis merupakan puncak musim panas.
Musim dingin:
Pada tanggal 21 Desember deklinasi sebesar -23o27′ , sehingga setelah nilai latitude Utrecht dan deklinasi dimasukkan ke rumus maka akan diperoleh nilaicos H = 0,55.
Nilai cos H = 0,55 maka besar sudut H adalah 56,64o yang berarti nilai H adalah 3,776 jam.
Berarti pada tanggal 21 Desember matahari akan bersinar di atas kota Utrecht hanya selama 2 x 3,776 jam, yaitu 7,552 jam.
Durasi siang yang hanya 7,552 jam menyebabkan kota Utrecht hanya menerima sedikit sinar matahari yang akhirnya akan berimbas pada terjadinya musim dingin, lebih tepatnya 21 Desember secara teoritis merupakan puncak musim dingin.
Musim semi dan musim gugur:
Seperti bisa kita lihat pada gambar, pada tanggal 21 Maret (puncak musim semi) dan 21 September (puncak musim gugur) posisi matahari sama-sama tepat di ekuator bumi sehingga kedua musim tersebut memiliki durasi siang yang sama. Yaitu:
Posisi matahari pada ekuator itu berarti bahwa sudut deklinasinya 0o sehingga setelah nilai tersebut kita masukkan ke rumus cos H kita akan mendapatkan nilai cos H = 0 (karena tan 0o). Jadi besar sudut H adalah 90o yang berarti nilai H adalah 6 jam. Jadi secara teoritis pada musim semi dan musim gugur durasi siang akan sama, yaitu sekitar 2×6 jam = 12 jam. Dan durasi siang pada tanggal 21 secara teoritis selama 12 jam)
Kenapa dengan durasi siang yang sama bisa terjadi dua musim yang berbeda?
Hal tsb terjadi karena pada musim semi yang terjadi adalah proses kenaikan suhu (dari musim dingin menuju musim panas) sedangkan pada musim gugur yang terjadi adalah proses penurunan suhu (dari musim panas menuju musim dingin).
*************************
Oh iya, kenapa daerah-daerah yang terletak pada garis katulistiwa memiliki durasi siang yang hampir mendekati 12 jam sepanjang waktu?
Daerah yang terletak pada katulistiwa mempunyai latitude 0o (ingat latitude adalah sudut yang dibentuk antara garis katulistiwa dengan posisi di bagian utara-selatan bumi).
Ketika nilai latitude = 0o dimasukkan ke rumus cos H, maka berapa pun nilai deklinasi yang diberikan akan selalu menghasilkan nilai cos H = 0 (karena tan 0 = 0).
cos H = 0 maka besar sudut H adalah 90o yang berarti nilai H adalah 6 jam. Sehingga durasi siang hari adalah 2 x 6 jam = 12 jam.
Sudah terjawab kan kenapa sepanjang tahun kita di Indonesia selalu mengalami siang hari selama 12 jam. Lalu kenapa Indonesia yang selalu memiliki durasi siang konstan bisa memiliki 2 musim yang berbeda? Jawabannya adalah pengaruh angin.
*************************
Untuk mengetahui bagaimana durasi matahari di daerah-daerah lain, silakan dihitung sendiri hehehe.
Tetapi secara umum dapat diketahui sebagai berikut:
1. Untuk daerah di sebelah utara katulistiwa.
Daerah-daerah tersebut memiliki latitude bernilai positif maka untuk daerah di utara katulistiwa akan berlaku:
  • Pada bulan Juni akan memiliki nilai cos H negatif sehingga besar sudut H lebih besar dari 90o. Hal ini berarti durasi siang hari di daerah-daerah tersebut akan lebih lama dari 12 jam, seberapa lamanya tergantung posisi koordinat masing-masing daerah.
  • Pada bulan Desember akan memiliki nilai cos H positif sehingga besar sudut H lebih kecil dari 90o. Hal ini berarti durasi siang hari di daerah-daerah tersebut akan kurang dari 12 jam, seberapa lamanya tergantung posisi koordinat masing-masing daerah.
2. Daerah di sebelah selatan katulistiwa:
Sebaliknya, daerah-daerah di sebelah selatan katulistiwa memiliki latitude bernilai negatif sehingga berlaku:
  • Pada bulan Juni akan memiliki nilai cos positif sehingga besar sudut H lebih kecil dari 90o. Hal ini berarti durasi siang hari di daerah-daerah tersebut akan kurang dari 12 jam, seberapa lamanya tergantung posisi koordinat masing-masing daerah.
  • Pada bulan Desember akan memiliki nilai cos H negatif sehingga besar sudut H lebih besar dari 90o. Hal ini berarti durasi siang hari di daerah-daerah tersebut akan lebih lama dari 12 jam, seberapa lamanya tergantung posisi koordinat masing-masing daerah.
*************************
Fakta di kutub utara dan kutub selatan:
Kutub utara secara teoritis memiliki latitude 90o sedangkan kutub selatan secara teoritis memiliki latitude – 90(karena kedua kutub terletak pada titik yang memiliki posisi tegak lurus dengan bidang ekuator).
Sehingga jika dimasukkan ke rumus cos H kita akan mendapatkan nilai cos H sebesar tak terhingga (positif dan negatif) karena besar nilai tangen 90o dan – 90adalah tak terhingga (dengan menggunakan konsep limit). Daftar besar nilai tangen beberapa sudut istimewa silakan bisa dilihat di sini . Nilai cos H yang tak hingga menyebabkan kita tidak bisa menentukan besar sudut H karena sejauh ini itu adalah sesuatu yang mustahil karena nilai maksimal cosinus suatu sudut adalah 1 dan nilai minimal cosinus adalah -1. Jadi secara teoritis (berdasarkan rumus cos H di atas) kita tidak dapat menentukan durasi siang di kedua kutub tersebut.
Tetapi pada kenyatannya di kutub yang terjadi adalah pergantian siang dan malam hari terjadi setiap enam tahun sekali. Pada tanggal 21 Maret sampai 20 September kutub utara mengalami siang hari selama 6 bulan sedangkan kutub selatan mengalami malam hari. Begitu juga sebaliknya, pada tanggal 21 September sampai 20 Maret kutub utara gantian mengalami malam hari terus sedangkan kutub selatan siang hari terus.
Jadi fenomena kutub ini tidak terpecahkan dengan menggunakan rumus cos H di atas

Apa sebenarnya hubungan tanggal lahir kita dengan zodiak?


[Catatan awal: tulisan ini tentang western zodiac (yang lebih mengacu pada tropical zodiac a.k.a sidereal zodiac) yang masih belum memasukkan Ophiucus dalam daftar zodiak.]
Saya yakin teman-teman sudah kenal apa yang namanya zodiak. Kita semua pasti memiliki yang namanya zodiak, terlepas kita peduli atau tidak dengan yang namanya zodiak. Zodiak sangat berkaitan erat dengan tanggal lahir seseorang karena zodiak ditetapkan berdasarkan tanggal lahir kita. Apakah zodiak mempengaruhi karakter seseorang? Wah maaf sekali saya bukanlah seorang dukun ataupun pakar strologi jadi saya tidak bisa menjawab pertanyaan tsb. Yang akan saya bahas hanyalah hubungan tanggal lahir seseorang dengan zodiak yang dimiliki (secara matematika astronomi)? Kenapa orang yang lahir tanggal 16 Juli bisa memiliki zodiak Cancer?
Sebenarnya zodiak tidak hanya termasuk dalam ranah astrologi saja tetapi zodiak juga termasuk dalam ranah astronomi, hal ini tergantung bagaimana kita memandang zodiak tsb. Tetapi banyak orang yang beranggapan kalau kita membicarakan zodiak maka berarti kita telah memasuki ranah astrologi. Secara singkat saya cantumkan definisi astrologi dan astronomi yang saya ambil dari wikipedia.
Pertama mari kita lihat definisi astrologi dan astronomi:
  1. Astrologi: ilmu yang menerjemahkan tentang kenyataan dan keberadaan manusiawi, berdasarkan posisi dan gerak-gerik relatif berbagai benda langit, terutama Matahari, Bulan, planetseperti dilihat pada waktu dan tempat lahir atau lain peristiwa dipelajari.
  2. Atau secara singkatnya astrologi adalah ilmu yang mengasumsikan bahwa takdir manusia dapat dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis di langit
  3. Astronomi: ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka.
Definisi astrologi dan astronomi tsb saya ambil mentah-mentah dari wikipedia.
Sekarang kita kembali ke masalah zodiak, apakah zodiak tsb? Zodiak sebenarnya merujuk pada konstelasi (gugus bintang) yang ada di angkasa. Tetapi saya tidak akan berbagi secara detail tentang apa definisi zodiak. Sesuai judul tulisan ini “Kenapa kita memiliki zodiak?” maka saya akan berbagi
bagaimana sebenarnya hubungan antara tanggal lahir dengan zodiak yang bersesuaian?
Seperti sudah saya sebutkan bahwa zodiak merujuk pada gugus bintang di langit, pembagian gugus bintang di langit ini dilakukan sepanjang eliptik *(“lintasan” semu matahari) dan pembagian dimulai dari vernal equinox (perpotongan antara ekliptik dan garis khatulistiwa bola langit). Oleh ilmuwan jaman Babilonia lingkaran eliptik dibagi menjadi 12 wilayah ** dengan ukuran sama, yaitu:
  1. Aries: 0^o \le \lambda < 30^o
  2. Taurus : 30^o \le \lambda < 60^o
  3. Gemini: 60^o \le \lambda < 90^o
  4. Cancer: 90^o \le \lambda < 120^o
  5. Leo: 120^o \le \lambda < 150^o
  6. Virgo: 150^o \le \lambda < 180^o
  7. Libra: 180^o \le \lambda < 210^o
  8. Scorpio: 210^o \le \lambda < 240^o
  9. Sagitarius: 240^o \le \lambda < 270^o
  10. Capricorn: 270^o \le \lambda < 300^o
  11. Aquarius: 300^o \le \lambda < 330^o
  12. Pisces: 330^o \le \lambda < 360^o
Nah seperti yang pernah saya tulis di sini, pada tanggal 21 Maret matahari berada pada vernal equinox sehingga longitude-nya 0^o (\lambda = 0^o). Oleh karena itulah orang yang lahir pada tanggal 21 Maret memiliki zodiak Aries. Untuk mengetahui zodiak pada tanggal-tanggal yang lain kita bisa menghitung besar \lambda seperti yang pernah saya tulis di sini, yaitu:
w (longitude)=(selisih hari tanggal bersangkutan dengan 21 Maret) x 0,986o
Kenapa orang yang lahir tanggal 16 Juli memiliki zodiak Cancer?.
Pertama kita harus menghitung besar longitude matahari pada tanggal 16 Juli, yaitu:
(1) Selisih 16 Juli dengan 21 Maret adalah 117 hari
(2) Longitude (w) = 117 x 0,986o = 115,362o
Nah karena pada tanggal 16 Juli matahari memiliki longitude sebesar 115,362omaka orang yang lahir tanggal 16 Juli akan memiliki zodiak Cancer, yaitu karena 115,362o terletak dalam selang 90^o \le \lambda < 120^o
Jadi hubungan antara tanggal lahir seseorang dengan zodiak tertentu sebenarnya karena jika dilihat dari bumi maka penampakan posisi matahari di langit senantiasa berpindah dari satu gugus bintang yang satu ke gugus bintang lain sesuai dengan fungsi waktu (perubahan hari). Maksud perubahan posisi sesuai dengan fungsi waktu adalah karena logitude matahari senantiasa berubah seiring dengan pergantian hari, nah longitude ini adalah salah satu hal yang menunjukkan posisi matahari di langit. Perubahan penampakan posisi matahari di langit disebabkan oleh adanya inklinasi bumi sehingga pergerakan revolusi bumi tidak “tetap” (hal ini pernah saya tulis di sini)
*************
Keterangan:
*) :
Eliptik bukanlah lintasan matahari mengelilingi bumi melainkan perbedaan posisi matahari di langit relatif terhadap bumi yang berubah sekitar 1^o setiap hari sehingga dalam waktu satu tahun akan membentuk 360^o alias satu lingkaran penuh.
**) :
Sebenarnya gugus bintang tidak hanya 12, melainkan 13 yaitu gugus Ophiucus (yang baru-baru ini heboh disebut sebagai zodiak ke-13) tetapi padawestern zodiac (yang mengacu pada tropical zodiac atau sidereal zodiac) gugus ini tidak dipakai salah satu alasannya adalah matahari hanya berada pada gugus ini selama 18 hari. Semoga suatu saat saya bisa menulis tentang Ophiucus.

Mengungkap Makna Kehidupan di Balik Huruf Jawa


Maaf bagi yang tidak mengetahui huruf Jawa tidak usah paranoid dulu ya karena inti tulisan ini bukan huruf Jawa itu sendiri, tetapi lebih ke masalah makna kehidupan. Anda tidak begitu membutuhkan kemampuan dan/atau pengetahuan tentang huruf Jawa kok, yang penting membacanya pelan dan jangan terpaku pada huruf Jawa-nya. Fokuslah pada penjelasannya.

(Informasi ini saya tambahkan untuk mengajak teman-teman yang tidak tahu huruf Jawa untuk tidak takut membaca )

Setelah mengetahui sedikit tentang sejarah huruf Jawa maka mari kita sedikit mengupas beberapa makna filosofis dari huruf Jawa tersebut. Ada begitu banyak makna secara filosofis dari huruf Jawa tersebut dan makna filososfis tsb bersifat cukup general alias tidak hanya untuk orang Jawa saja lho. Ada beberapa versi makna huruf Jawa tersebut, beberapa di antaranya adalah yang dikatakan Pakdhé Wikipedia di sini dan di sana, berhubung Pakdhé Wikipedia sudah bercerita dengan cukup jelas maka saya tidak akan menulis ulang pitutur Pakdhé tersebut.
Sekarang saya akan sedikit mengupas “tafsir” versi lain dari huruf Jawa tersebut. Ki Hadjar Dewantara tidak hanya mencetuskan konsep petuah tentang kepemimpinan yang sangat terkenal, beliau juga berhasil memberi penafsiran mengenai ajaran budi pekerti serta filosofi kehidupan yang sangat tinggi dan luhur yang terkandung dalam huruf Jawa .
Adapun makna yang dimaksud adalah sebagai berikut:
(1) HA NA CA RA KA:

hana1.jpg
Ha: Hurip = hidup
Na: Legeno = telanjang
Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas
Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani
Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.

(2) DA TA SA WA LA

hana2.jpg

DA TA SA WA LA (versi pertama):Da: Dodo = dada
Ta: Toto = atur
Sa: Saka = tiang penyangga
Wa: Weruh = melihat
La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.

DA TA SA WA LA (versi kedua):
Da-Ta (digabung): dzat = dzat
Sa: Satunggal = satu, Esa
Wa: Wigati = baik
La: Ala = buruk

(3) PA DHA JA YA NYA:

hana3.jpg
PA DHA JA YA NYA =Sama kuatnya (tidak diartikan per huruf).

(4) MA GA BA THA NGA :

hana4.jpg
Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa
Ga: Raga = badan, jasmani
Ba-Tha: bathang = mayat
Nga: Lungo = pergi

Tetapi selanjutnya dengan sedikit ngawur saya pribadi akan berusaha menyelami dan menjabarkan tafsir huruf Jawa versi Ki Hadjar tersebut sesuai dengan kemampuan saya. Kalau banyak kesalahan ya mohon dimaklumi karena saya bukanlah seorang filusuf, saya hanya ingin mengenal lebih jauh huruf Jawa (walaupun secara ngawur dengan cara sendiri).


(1) HA NA CA RA KA:Ha: Hurip = hidup
Na: Legeno = telanjang
Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas
Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani
Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.

Dari arti secara harfiah tsb, saya berusaha menjabarkannya menjadi dua versi:
**) Ketelanjangan=kejujuran
Bukankah secara fisik manusia lahir dalam keadaan telanjang? Tapi sebenarnya ketelanjangan itu tidak hanya sekedar fisik saja. Bayi yang baru lahir juga memiliki jiwa yang “telanjang”, masih suci…polos lepas dari segala dosa. Seorang bayi juga “telanjang” karena dia masih jujur…lepas dari perbuatan bohong (kecuali bayi aneh :D ). Sedangkan  CA-RA-KA mempunyai makna cipta-rasa-karya . Sehingga HA NA CA RA KA akan memiliki makna dalam mewujudkan dan mengembangkan cipta, rasa dan karya kita harus tetap menjunjung tinggi kejujuran. Marilah kita “telanjang” dalam bercipta, berrasa dan berkarya.
**)) Pengembangan potensi
Jadi HA NA CA RA KA bisa ditafsirkan bahwa manusia “dihidupkan” atau dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan “telanjang”. Telanjang di sini dalam artian tidak mempunyai apa-apa selain potensi. Oleh karena itulah manusia harus dapat mengembangkan potensi bawaan tersebut dengan cipta-rasa-karsa. Cipta-rasa-karsa merupakan suatu konsep segitiga (segitiga merupakan bentuk paling kuat dan seimbang) antara otak yang mengkreasi cipta, hati/kalbu yang melakukan fungsi kontrol atau pengawasan dan filter (dalam bentuk rasa) atas segala ide-pemikiran dan kreatifitas yang dicetuskan otak, serta terakhir adalah raga/tubuh/badan yang bertindak sebagai pelaksana semua kreatifitas tersebut (setelah dinyatakan lulus sensor oleh rasa sebagai badan sensor manusia).
Secara ideal memang semua perbuatan (karya) yang dilakukan oleh manusia tidak hanya semata hasil kerja otak tetapi juga “kelayakannya” sudah diuji oleh rasa. Rasa idealnya hanya meloloskan ide-kreatifitas yang sesuai dengan norma. Norma di sini memiliki arti yang cukup luas, yaitu meliputi norma internal (perasaan manusia itu sendiri atau istilah kerennya kata hati atau suara hati) atau bisa juga merupakan norma eksternal (dari Tuhan yang berupa agama dan aturannya atau juga norma dari masyarakat yang berupa aturan hukum dll).
(2) DA TA SA WA LA: (versi pertama)

Da: Dodo = dada
Ta: Toto = atur
Sa: Saka = tiang penyangga
Wa: Weruh = melihat
La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.

DA TA SA WA LA berarti dadane ditoto men iso ngadeg jejeg (koyo soko) lan iso weruh (mangerteni) lakuning urip. Dengarkanlah suara hati (nurani) yang ada di dalam dada, agar kamu bisa berdiri tegak seperti halnya tiang penyangga dan kamu juga akan mengerti makna kehidupan yang sebenarnya.
Kata “atur” bisa berarti manage dan juga evaluate sedangkan dada sebenarnya melambangkan hati (yang terkandung di dalam dada). Jadi dadanya diatur mengandung arti bahwa kita harus senantiasa me-manage (menjaga-mengatur) hati kita untuk melakukan suatu langkah evaluatif dalam menjalani kehidupan supaya kita dapat senantiasa berdiri tegak dan tegar dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kita harus senantiasa memiliki motivasi dan optimisme dalam berusaha tanpa melupakan kodrat kita sebagai makhluk Alloh yang dalam konsep Islam dikenal dengan ikhtiar-tawakal, ikhtiar adalah berusaha semaksimal mungkin sedangkan tawakal adalah memasrahkan segala hasil usaha tersebut kepada Alloh.

DA TA SA WA LA: (versi kedua)

Da-Ta (digabung): dzat = dzat
Sa: Satunggal = satu, Esa
Wa: Wigati = baik
La: Ala = buruk

DA TA SA WA LA bisa ditafsirkan bahwa hanya Dzat Yang Esa-lah (yaitu Tuhan) yang benar-benar mengerti akan baik dan buruk. Secara kasar dan ngawur saya mencoba menganggap bahwa kata “baik” di sini ekuivalen dengan kata “benar” sedangkan kata “buruk” ekuivalen dengan “salah”. Jadi alangkah baiknya kalau kita tidak dengan semena-mena menyalahkan orang (kelompok) lain dan menganggap bahwa kita (kelompok kita) sebagai pihak yang paling benar.

(3) PA DHA JA YA NYA:PA DHA JA YA NYA = sama kuat
Pada dasarnya/awalnya semua manusia mempunyai dua potensi yang sama (kuat), yaitu potensi untuk melakukan kebaikan dan potensi untuk melakukan keburukan. Mungkin memang benar ungkapan bahwa manusia itu bisa menjadi sebaik malaikat tetapi bisa juga buruk seperti setan dan juga binatang. Mengingat adanya dua potensi yang sama kuat tersebut maka selanjutnya tugas manusialah untuk memilih potensi mana yang akan dikembangkan. Sangat manusiawi dan lumrah jika manusia melakukan kesalahan, tetapi apakah dia akan terus memelihara dan mengembangkan kesalahannya tersebut? Potensi keburukan dalam diri manusia adalah hawa nafsu, sehingga tidak salah ketika Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa musuh terbesar kita adalah hawa nafsu yang bersemayam dalam diri kita masing-masing.

(4) MA GA BA THA NGA:Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa
Ga: Raga = badan, jasmani
Ba-Tha: bathang = mayat
Nga: Lungo = pergi

Secara singkat MA GA BA THA NGA saya artikan bahwa pada akhirnya manusia akan menjadi mayat ketika sukma atau ruh kita meninggalkan raga/jasmani kita. Sesungguhnya kita tidak akan hidup selamanya dan pada akhirnya akan kembali juga kepada Alloh. Oleh karena itu kita harus senantiasa mempersiapkan bekal untuk menghadap Alloh.

***********************************************************************************************

Demikian cerita ngawur saya tentang makna huruf Jawa, jika ada kesalahan dan ketidaktepatan mohon dimaklumi karena saya bukan filusuf dan kebetulan saat ini kepala sedang dipenuhi berbagai macam tugas.

*Sekedar alasan atas ketidakmampuan diri hehehe *

Semua hal yang saya diceritakan di atas merupakan keadaan yang ideal dan seharusnya, tetapi jika kenyatannya berkata lain maka itulah ANOMALI DALAM KEHIDUPAN