Wednesday, July 31, 2013

Apa Yang Kita Pikirkan Belum Tentu Benar Adanya



Dikisahkan, seorang pemuda sedang berada di ujung tanduk. Ia terancam diberhentikan oleh atasannya. Alasannya, ia telah melakukan kesalahan yang cukup fatal. Ia sebenarnya telah melakukan perjanjian pada hari sebelumnya untuk bertemu seorang investor guna melakukan kesepakatan proyek berskala besar.
Tetapi karena sesuatu hal, ia terlambat. Karena investor tersebut telah menunggu cukup lama dan tidak punya waktu lagi dikarenakan jadwal penerbangan ke luar negeri, maka kesepakatan tersebut batal sehingga membuat perusahaan tempatnya bekerja menderita kerugian.
Sang atasan sangat murka atas apa yang telah terjadi. Proyek besar yang sudah ada di depan mata hilang begitu saja. Meskipun pemuda tersebut berusaha menjelaskan alasan keterlambatannya, atasannya tidak peduli dan tidak mau tahu. Dengan wajah yang marah, ia langsung memecatnya dengan tidak hormat dan mengimbau agar dirinya tidak usah datang lagi esok. Pemuda tersebut sangat sedih, sekaligus pasrah menerima keputusan atasannya.
Beberapa detik kemudian, telepon genggam atasan berbunyi. Wajahnya yang marah berubah menjadi pucat ketakutan setelah mendengar berita bahwa ibunya kecelakaan dan terbaring di rumah sakit. Tanpa pikir panjang, ia segera bergegas menuju rumah sakit. Melihat keadaan itu, pemuda yang dipecat beserta karyawan lain juga ikut menyusul.
Akhirnya mereka mereka tiba di rumah sakit tempat ibu atasan dirawat. Segera mereka menuju ke kamar pasien dengan cemas untuk mengetahui kondisi pasien. Saat mereka tiba, pasien sedang tertidur. Dokter menegaskan, “Ibu Anda sekarang selamat. Untung saja ia cepat dibawa ke sini.”
Sang atasan menatap ibunya dengan wajah sedih. Tidak lama kemudian, mata ibunya mulai terbuka dan terbangun. Mereka begitu bersyukur dan bisa bernapas lega. Tiba-tiba, mata ibunya melebar seperti kaget ketika menatap seorang pemuda yang dipecat tadi.
Sambil menunjuk pemuda itu, ia bertanya pada anaknya, “Siapa pemuda itu?”
Sang atasan menjawab, “Ia mantan karyawan saya. Tadi pagi sudah saya pecat karena terlambat. Proyek saya gagal karenanya.”
Ibunya langsung berkata, “Anakku. Dia terlambat karena dia yang telah menolong dan membawa ibu ke rumah sakit ini. Kalau tidak ada dia, mungkin ibu tidak bisa diselamatkan lagi. Dialah penolong ibu. Kamu harusnya berterima kasih padanya, bukan memecatnya. Sekarang kamu harus minta maaf padanya dan pekerjakan dia kembali sebagai karyawanmu.”
Sang atasan begitu terkejut mendengar kenyataan ini, begitu juga dengan karyawan lainnya. Dengan wajah malu-malu, ia meminta maaf kepada pemuda yang tadi dipecatnya, kemudian membatalkan pemecatan dan mengangkatnya kembali ke posisi yang lebih tinggi karena rela menolong nyawa seseorang meskipun tahu akan kehilangan sebuah proyek besar.
Pesan kepada pembaca:
Sering kali apa yang kita pikirkan mengenai sesuatu atau seseorang tidak sesuai dengan kenyataan. Seperti halnya pada cerita di atas dimana atasan tidak tahu dengan pasti apa yang telah dilakukan karyawannya sehingga menyebabkan dirinya terlambat.
Kita kadang merasa sudah tahu segalanya dan merasa bahwa kita ini paling benar. Padahal apa yang kita ketahui sangatlah sedikit sekali dikarenakan keterbatasan pandangan mata dan pikiran kita. Karena keterbatasan itulah, kita sering membuat kesimpulan sepihak yang belum tentu benar 100%. Inilah yang membuat kita sulit untuk memahami orang lain. Ketika orang lain bertindak tidak sesuai dengan yang kita harapkan, kita cenderung main hakim sendiri tanpa pernah mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kita menjadi terlalu egois, merasa diri paling benar dan menganggap orang lain salah.
Begitu juga ketika kita memandang sesuatu hal yang terjadi. Kita hanya melihat dan menafsirkan sendiri sesuai dengan pemikiran kita. Kita akhirnya membuat kesimpulan dan memberi arti dari kejadian itu. Saat itulah kita menganggap pemikiran kitalah yang benar dan menilai salah pemikiran lainnya. Itulah sebabnya mengapa dua orang mengalami peristiwa yang sama, tetapi reaksi mereka sangat berbeda.
Dua orang karyawan dipecat. Satunya bereaksi negatif dengan cara mabuk-mabukan, stres atau marah-marah. Yang satu lagi bereaksi positif dengan cara bekerja keras agar bisa sukses melebihi atasannya. Dua orang memandang sesuatu yang sama secara berbeda.
Maka dari itu, mulai hari ini berusahalah untuk lebih bijaksana menilai sesuatu atau seseorang. Dengan begitu, kita akan lebih memahami prinsip dan nilai-nilai kehidupan yang lebih baik dan bermakna.
Source:http://topmotivasi.com

No comments: