Wednesday, July 18, 2012

Cuplikan Surat Novel Siluet Senja

Dear Steve,
  Sebelumnya aku meminta maaf atas smua kesalahpahaman yang terjadi diantara kita.

  To tell you the truth, tidak ada laki-laki lain di Surabaya atau di tempat lain seperti yang pernah kamu tuduhkan padaku. Yang ada hanyalah cinta yang lain. Cinta yang lebih agung dan suci dari sekedar cinta yang berlumur nafsu semata. Yaitu cinta yang aku temukan saat aku melihat lebih dekat hakikat cinta. Yaitu cinta kepada Ilahi, Sang Pencipta manusia dan alam semesta. Cinta yang tidak ada kebingungan diantaranya dengan nafsu. Cinta yang tidak akan pernah kita takut kehilangan karena yang diharapkan adalah pertemuan dengan-Nya. Cinta yang tidak akan pernah bertepuk sebelah tangan. Cinta yang mengantarkan kita pada kebahagiaan dunia akhirat.

  Cinta yang pernah kita kecap dan rasakan bersama adalah cinta semu yang ternoda. Karena keindahan cinta suci yang sejati hanya akan kita peroleh setelah ijab qabul terikrarkan di depan wali dan saksi.

  Jangan pernah menyesali apa yang telah menjadi keputusanku. Jangan pula mengingkari apa yang kau rasakan tentangku. Karena Islam telah memberi jawaban terhadap rasa itu. Bukan mengekang dan tidak pula membebaskannya tanpa batas. Biarlah waktu nanti yang akan menjawab dan menjadi saksi atas kisah perjalanan dua anak manusia yang berusaha memahami arti cinta. Jangan pernah ragu terhadap takdir Allah. Bila kita memang berjodoh, Insya Allah, Dia akan mempertemukan kita berdua lagi dalam keridhaan-Nya. Bila tidak, yakinlah, bahwa apa yang telah terjadi di antara kita, itulah yang terbaik, bagiku dan bagi dirimu. Surat ini bukanlah akhir dari segalanya. Tapi biarlah ia menjadi awal bagi persaudaraan kita yang terikat kuat oleh akidah Islam.

  Maafkan aku, yang tidak bisa memenuhi harapanmu untuk menjadi pelita bagi cintamu yang hampir beku. Karena aku sendiri ternyata butuh pijar lain yang Maha Menerangi cinta dalam hati ini. Biarlah Allah saja yang menjadi sumber kekuatan kita dalam melangkah.
Meta
(yang masih belajar tentang arti cinta)


Dearest Meta,
  Aku berusaha memahami arti cinta seperti yang kau rasakan. Cinta yang suci dan hakiki adalah cinta Ilahi. Tapi, jangankan merasakannya, menyentuhnya pun seakan aku tak kuasa. Cinta itu begitu agung sedangkan aku begitu kotor. Aku terbenam dalam lautan cinta yang tak kupahami. Aku menggapai-gapai dalam kesendirianku. Kehadiranmu begitu berarti untuk membimbing langkahku yang tertatih-tatih. Tapi dirimu terlanjur menjauh dan aku tak kuasa untuk berlabuh.

  Pelita hatiku telah padam sedang aku masih belum mampu menggapai pijar yang katamu Maha Indah nan Terang itu. Mungkin aku terlalu naif, tapi aku pun ingin hidupku berakhir penuh arti. Paling tidak, syahadat dan keimanan masih melekat di dalam hatiku. Meski hanya secuil.

  Menangislah jika ingin menangis. Karena perjalanan hidupku memang pantas untuk ditangisi. Tapi setelah itu, hapus air matamu dan pandang duniamu dengan lebih terarah. Doa kubingkiskan untukmu dan sematkanlah secuil doa bagi jiwa yang rapuh ini. Hanya Allah Maha Tahu apa yang terbaik bagi kita dan aku tak akan pernah bisa melawan takdirnya.

Steve
(Yang punya mimpi bisa setangguh Umar ibnul Khattab yang mengucurkan air mata kala dibacakan ayat suci di hadapannya)

No comments: